Perhatian!Part ini mengandung adegan kekerasan, dan karena part ini juga SEMESTA harus masuk mature content dan sudah tidak termasuk dalam genre teenfict.
Harap ditanggapi dengan bijak.
________________
• • ✐ᝰ.ᐟ• •
Sejak pertama kali membuka matanya, Christy tahu ia sedang terjebak dalam sebuah gudang. Langit-langit ruangan ini tinggi dengan baja dan dinding kokoh yang menyanggah atapnya. Peti-peti kayu berjejeran di sepanjang sisi ruangan. Setiap suara yang mereka keluarkan akan disambut oleh gema dari suara yang serupa. Christy seperti tengah terjebak dalam sebuah gua tua.
"Makan dulu," ujar Raga seraya melepaskan kain pengikat di mulut Christy. Christy memicingkan matanya, menatap bengis ke arah Raga serta dua pemuda berbadan besar yang ada di sana.
Sejak mematikan sambungan telepon tadi, pemuda itu memang tak lagi memukul Christy. Ia bahkan membiarkan Christy menendang apapun yang ada di depannya.
Raga menyodorkan se-nampan makanan ke arah Christy, namun alih-alih menerimanya, Christy justru meludah tepat di wajah Raga, membuat pemuda itu terkekeh geli.
Indra-pemuda bertubuh besar yang dulu Christy kenal sebagai 'kru Aldo'-sudah hampir bangkit dari tempatnya, namun dengan sigap Raga menahannya.
Raga menyeka wajahnya, lalu berjongkok di depan Christy. Membalas tatapan nyalang gadis itu dengan sorot lembut yang selama ini gadis itu temui di mata Aldo.
"Nggak apa-apa kalau lo mau membenci gue, kalau lo mau marah sama gue, lo berhak."
Raga mengelus rambut Christy lembut, lalu mengembuskan napas pelan. Dendam ini juga perlahan membunuhnya, tapi Raga tak ingin mati dengan sia-sia. Jika mata harus di bayar mata, maka nyawa adalah harga mutlak atas sebuah kematian.
Semula, skenario yang Raga ciptakan berbeda dengan situasi saat ini. Ia hanya akan mengorbankan Christy, lalu membiarkan Zeeandra perlahan-lahan mati oleh rasa sakit yang sama dengan yang ia rasakan, tapi ternyata ia tak bisa. Gadis ini mengingatkannya pada seseorang di masa lalu, binar matanya adalah ketulusan, senyum yang Christy tawarkan adalah keikhlasan. Gadis ini seolah tercipta dengan cinta yang tak memiliki batasan.
Maka dari itu, ia ubah jalan ceritanya. la akan melampiaskan dendamnya langsung pada yang paling berhak menerima pembalasan. Meskipun untuk mencapainya, Christy tetap harus menjadi alat.
"Gue bukan membenci lo, gue jijik sama lo!" Christy menatap Raga nyalang, penuh kebencian. "Sejak kapan lo merencanakan ini? Kenapa lo bisa tiba-tiba jadi Raga? Kenapa lo kebetulan ada di saat gue membutuhkan pertolongan?"
"Ini abad 21 dan lo masih percaya konsep kebetulan?" Raga tertawa geli lalu menggelengkan kepalanya. "Angelina Christy, sejak pertama kali kita ketemu, semuanya bukan kebetulan. Di jalan tol, di taman sampai di toko buku, semuanya bukan kebetulan. Setiap hari, hampir dua puluh jam sehari, mobil gue selalu ada di belakang mobil Tian ataupun Zeeandra. Gue tahu tempat-tempat mana aja yang kalian tuju. Mall, Dufan, dermaga, dimana pun itu gue ada di belakang kalian, menunggu moment paling tepat."
Raga menyelipkan rambut Christy ke belakang telinga gadis itu yang langsung ditepis kasar oleh Christy.
"Ah ya, soal pameran, maaf itu juga fiktif tapi gue serius lo sepertinya memang berbakat untuk menjadi model," kalimat Raga hanya disahut decihan oleh Christy.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA : Tribute to Angelina Christy
Romance"Yang fana itu waktu, kita abadi bukan?" Tentang sepasang ganjil yang tak digenapkan oleh tangan Tuhan. "Kalau ada satu juta orang yang cinta sama lo, maka gua salah satunya. kalau ada satu orang yang cinta sama lo, maka gua orangnya. Dan kalau suda...