Celaka Penghapus Legenda

9 4 0
                                    

Puluhan tahun lalu, dengar-dengar ada seorang wanita yang tengah berkelana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puluhan tahun lalu, dengar-dengar ada seorang wanita yang tengah berkelana. Ia berjalan kaki ribuan kilo meter, mencari sebuah ketenangan usai kepalanya penuh derungan. Kata orang-orang, ia diusir sang suami sebab sebuah pertengkaran. Jadi, ia memutuskan berpetualang seorang diri.

Hingga dirinya masuk ke sebuah hutan yang amat lebat. Rasanya damai sekali bila ia menginjakkan kaki di sana. Seolah jiwanya sudah terikat oleh suasana hutan. Melihat dedaunan hijau sembari menikmati sejuknya angin. Sepertinya dia menemukan rumah baru.

Akhirnya, ia memutuskan untuk tinggal di sana. Membangun rumah seadanya, setiap hari harus berburu hewan agar ada yang bisa dimakan. Jalan bolak-balik menuju sungai, mencari kayu bakar dan terkadang bercengkerama dengan para serangga.

Di saat keramaian datang, suara mesin penebang pohon serta suara tembakan pemburu, ia bisa mengamuk seperti orang gila. Ia bisa saja mengayunkan tangan dan melukai orang dengan pisaunya. Tidak jarang orang terluka setelah datang kemari.

Konon katanya, dia mengalami gangguan jiwa sebab berpisah dengan suami dan anaknya.  Ia suka membuat suara-suara aneh. Wanita itu terkadang berbicara sendiri, seolah bermain drama. Terdapat skenario buatannya yang tak dapat orang mengerti.

Kejadian itu terucap dari mulut ke mulut. Menjadi sebuah cerita di sebuah desa kecil. Pemikiran kuno itu pada akhirnya membuat legenda yang ditakuti semua orang. Terkadang, orang-orang terlalu berlebihan. Mereka bisa mengaitkan cerita itu dengan makhluk halus penghuni hutan.
Padahal wanita itu hanya korban dari sebuah rumah tangga yang hancur. Tetapi dampaknya bisa melebar kemana-mana. Hingga menjadi ketakutan sendiri bagi mereka. Awalnya ia hanya wanita biasa. Namun dampaknya luar biasa.

Ada yang mengatakan kalau wanita itu sudah mati, adapula yang mengira wanita itu jadi hantu. Tak ada yang mau ke hutan itu usai cerita legenda merajalela di seluruh desa. Tampaknya mereka tidak tahu kelanjutannya. Tidak ada lagi yang tahu sosok wanita itu.
Kecuali kami.

Lama sekali kutatap gubuk kecil di depan. Entah mengapa aku masih terheran-heran mengapa ada orang yang tinggal di tempat sunyi ini. Hingga suara langkah kaki lembut memecah lamunan. Kulihat kedua temanku diam di tempat, membicarakan sesuatu. Jadi, bukan mereka.

  “Anak-anak ini sedang apa kemari?” suara serak lemah tiba-tiba masuk ke dalam telingaku.

Diriku menoleh ke belakang. Tampak wanita tua dengan pakaian lusuh berdiri di sana. Rambut hitamnya memudar, sebagian berwarna putih. Kedua tangannya terikat ke belakang, sedikit membungkuk. Raut wajahnya terlihat lelah, pucat dan kotor.

Tatapan mata tajam menusuk. Memperhatikan kami bertiga dari kepala hingga kaki. Kakinya berjalan pelan, menghampiri keberadaan kami. Matanya terus tertuju pada satu arah saja. Ia tampak mengintimidasi.

  “Itu pisauku. Cepat kembalikan,” ketusnya dengan suara serak, membentak Alvian. Pandangannya mengarah pada pisau yang ada di tangan Alvian. Wajahnya sama sekali tidak bersahabat. Berkali-kali membuka telapak tangan, berharap benda tajam itu dikembalikan.

AYO PULANG! [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang