Ayo Pulang!

10 3 0
                                    

"Alisha, bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alisha, bangun..." suara lirih nan lembut itu membangunkan tidur tak nyenyak. Sinar mentari menyambut pagi, serta daun yang jatuh itu membelai rambutku.

Manusia pertama yang aku lihat adalah Rhea. Rupanya tidak karuan. Wajah kantuknya masih menempel, rambutnya juga berantakan. Duduk di samping Alvian sambil melamun.

Sedangkan orang yang membangunkanku itu berdiri di samping batang pohon, memperhatikan sesekeliling. Dia Devano. Sepertinya dia tengah merencanakan sesuatu.

"Ternyata kita bisa tidur di tempat asing ini ya. Walau semalaman sepertinya aku digigit nyamuk," celetuk Alvian bangkit dari duduknya, melangkah melewati ranting berjatuhan. Dirinya menghampiri Devano, ingin tahu apa yang akan manusia itu lakukan.

Mahardika dan Mahawira sudah sedari tadi berjalan kesana-kemari. Mungkin maksudnya mencari tumbuhan yang dapat dimakan.

Memang. Tubuh kami sudah lemas, sebab siang kemarin tidak ada yang masuk ke perut. Hutan seharusnya banyak makanan, tapi untuk sekarang masih belum ada yang bisa dimakan.

"Kita sebaiknya jalan dulu saja, sembari cari makanan. Siapa tahu kita bisa ke sungai itu lagi..." Devano berjalan menghampiri para perempuan yang masih duduk di tanah.

Aku, Hani dan Rhea memutuskan untuk berdiri, mengikuti kemana Devano berjalan. Begitu pula Mahardika dan Mahawira juga berjalan menghampiri. Kami bertujuh berkumpul di satu titik, berdiri melingkar.

"Menurut kalian ke arah mana kita mulai berjalan?" tanya Alvian memulai perundingan. Tak lupa tangannya sibuk mempersiapkan handycam miliknya.

"Bagaimana kalau berlawanan arah dari kemarin?" usul Mahawira, walau dirinya juga tak terlalu yakin dengan usulan itu.

"Tapi bagaimana kalau kita kembali ke tempat itu lagi?" celetuk Rhea seolah tak menyetujui, "kita pilih jalan yang lebih terang saja, siapa tahu kita bisa keluar kan?"

"Masalahnya, kita tak tahu kita ini ada di daerah barat, timur, selatan atau utara." Devano ikut menyeletuk, "lalu bagaimana kita bisa memprediksi jalan yang benar?"

Mendengar itu, aku jadi ikut berpikir jalan mana yang mungkin membawa kami ke jalan keberuntungan. Huft, rumit sekali.

"Atau bagaimana kalau kita jalan saja entah kemana arahnya. Kan kita tidak tahu apa yang akan kita temukan nanti, kan?" Mahardika menyahut setelah sekian lama insan-insan di depannya diam seribu kata. Ia berjalan terlebih dahulu, memimpin jalan.

"Terserah deh..." gumam Devano menututi kemana temannya itu berjalan, kemudian diikuti Mahawira di belakangnya.

Aku dan Hani saling pandang. Seperti biasa, kami berdua selalu takut akan semua hal. Kami takut kalau kami akan semakin tersesat. Tapi walau bagaimana pun, kebersamaan akan membuat kami hangat. Jadi, aku mungkin bisa sedikit lega karena tak merasa sendiri.

AYO PULANG! [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang