Part 06

37 5 4
                                    

ANYONGHASEOOOOO

Gimana kabar kalian? Sehat-sehat kan yaa? Jangan sakit dong nanti aku cedih tauuu ~Dekaral.

.
.
.
.
.

Selamat membaca ❤️‍🔥


Cahaya mentari pagi menembus celah-celah tirai kaca balkon kamar apartemen milik Fikras.

Zana mengerjapkan mata nya beberapa kali, saat nyawanya terasa sudah terkumpul, perut Zana terasa di timpa oleh benda yang lumayan berat. Zana menunduk melihat kepala Fikras yang menindih perut nya serta tangan besar laki-laki itu yang memeluk pinggang nya posesif.

'kalian pasti bisa lah ya ngebayangin hehe' ~Author.

Karna punggung nya sudah terasa kebas, Zana memutus kan untuk memindahkan kepala Fikras ke samping dengan pelan agar tidak menggangu tidur laki-laki itu. Setelah kepala Fikras Zana letakkan di atas bantal samping perut nya ia lalu melepaskan pula tangan Fikras yang memeluk pinggang nya secara perlahan-lahan.

Zana beranjak turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah lalu menggosok gigi nya sebentar. Zana keluar dari kamar Fikras seraya menutup pintu secara perlahan agar kekasihnya itu tidak terbangun.

Disini lah Zana sekarang, memasak makanan dengan bahan seadanya yang tersedia di lemari es. Dengan telaten Zana memotong bahan-bahan seperti bawang, tomat, cabai, dan lain-lain, rencana nya ia akan memasak tumis kol dan membuat telur mata sapi yang di temukan nya dalam kulkas.

Sedang asik menumis bumbu, Zana tersentak kaget dengan teriakan lantang dari arah kamar kekasihnya, tidak lupa dengan suara isakan tangis yang kencang.

"Ck, pasti nangis lagi tu bayi, hadeh" Zana mematikan kompor nya dan melepaskan apron yang sedari tadi melekat di tubuh nya lalu berjalan menuju kamar bayi gede itu.

"Hiks hiks, Huaaa anaa jaahat! Hiks hiks" Fikras sibuk meraung dan menendang-nendang kasur dengan kesal tidak menyadari suara decitan pintu yang di buka oleh Zana.

Zana bersedekap dada dan menggeleng lelah menatap kelakuan kekasih tampannya itu.

"Udah nangis nya?" Tanya gadis itu dengan tenang.

Mendengar suara merdu yang sangat tidak asing bagi nya, Fikras langsung mengangkat kepala nya dan tersenyum lebar walau terdengar isakan yang masih sesenggukan.

"Kenapa sih pagi-pagi udah nangis dan raung kayak orang gila hah? Kamu kira tetangga apartemen di sebelah ga denger suara kamu yang Toa itu? Gedung apartemen ini bukan cuma kamu aja yang sewa Ikass!" Zana menjelaskan dengan panjang lebar dan menampilkan muka garang has emak-emak.

Fikras yang di tatap hanya mengerjap polos dengan hidung yang memerah dan mata yang sembab karna menangis.

"T-tapi gedung apartemen ini sepenuhnya punya aku dan atas nama aku, lagian yang tinggal di gedung ini cuma aku doang, gaada orang lain" Ucap Fikras menampilkan wajah yang polos.

Zana dibuat tak percaya oleh perkataan Fikras, bagaimana bisa Gedung sebanyak 25 tingkat ini tidak berpenghuni?! Dan hanya sang kekasih yang menghuni? Jika hanya satu orang yang menghuni siapa yang akan membayar biaya listrik, gaji karyawan dan pajak bangunan mewah seperi ini?!. Pikir Zana tak percaya.

FINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang