borahae

141 7 19
                                        

“Kembaran lo kaga masuk lagi, Tae?” Tanya Yeonjun heran akan kedatangan Taehyung dan Jungkook masuk ke dalam kelas berdua.

Taehyung menganggukkan kepalanya, “jadwal cuci darah.” Ia meletakkan tasnya dan mulai mengeluarkan beberapa buku. Tangannya menengadah ke hadapan Yeonjun yang ada di depannya.

Yeonjun menaikkan alisnya satu. “Mau apa lo?” Tanyanya tidak mengerti. Pasalnya dua bersaudara itu sama-sama mengangkat tangannya seperti meminta sesuatu pada dirinya.

“Gue nggak ngerjain tugas, sini bagi tugas lo!” Suruh Jungkook, menjawab pertanyaan Yeonjun sekaligus mewakili suara Taehyung.

Bibir Yeonjun maju, mencibir. “Kebiasaan kalian berdua nih, ya! Mentang-mentang Jimin kaga masuk, gue dijadiin tumbal.” Tetapi tangannya tetap memberikan bukunya pada tangan mereka berdua.

“Nggak usah kek bebek bibir lo itu. Udah jelek makin jelek tuh!” Ejek Taehyung yang mulai menyalin jawaban milik Yeonjun.

Yeonjun naik pitam. “Lo masih mending gue kasih nih, ya—”

“Gue traktir nanti!” potong Taehyung.

“—oh, oke!”

Amarah Yeonjun mereda. Ia langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke depan. Mulai menikmati dunianya, karena teman sebangkunya, Jimin tidak masuk sekolah.

“Ck! Dasar murah!” Bisik Jungkook pelan. Dirinya terkekeh melihat bagaimana suasana hati Yeonjun begitu mudah berubah hanya satu kata ‘traktir’.

Tapi memang benar saja. Yeonjun rela menjaga Jimin dari pantangan makanan yang tidak boleh Jimin konsumsi, kegiatan melelahkan yang tidak dapat Jimin ikuti, dan membantu Jimin yang kadang kala sulit berkonsentrasi di dalam kelas. Semua itu sesuai dengan yang diperintahkan oleh enam saudara Jimin lainnya, asal dirinya mendapat traktiran.

“Yang gratis itu, yang enak!”

Walaupun itu semua berawal dari demi mendapat traktiran, seiringnya waktu Yeonjun menjaga Jimin dengan tulus. Dirinya prihatin dengan kondisi Jimin yang sudah sangat parah itu.

Segerombolan anak kelas lain mulai datang. Begitu pula dengan satu kelompok yang sangat amat tidak menyukai Jimin karena penyakitnya itu. Mereka tidak suka, karena Jimin seperti di anak emaskan oleh guru, teman kelasnya, bahkan enam saudaranya yang juga satu sekolah tersebut.

“Oh! Si penyakitan kaga masuk lagi, tuh!” Celetuk Mingyu yang mulai memasuki kelas.

“Seperti biasa, lah! Bolos dengan kedok penyakitnya yang nggak seberapa itu.” Balas Jaehyun di samping Mingyu yang mulai cekikikan karena Yeonjun duduk sendirian.

“Eh! Eh! Guys! Gue sesak nafas!” Suara Beomgyu di belakang mereka menginterupsi. Memegang lengan Soobin disampingnya erat dengan raut wajah yang terlihat menjanjikan.

Mingyu dan Jaehyun yang mengerti hal itu segera masuk ke dalam drama. “Gyu! Kita ke UKS, ya? Tunggu sebentar, gue masih hubungin kakak dulu, ngehahaha!” Tawa Jaehyun menggelegar setelah mereka melakukan reka adegan bagaimana tindakan Taehyung dan Jungkook yang panik dan selalu siap siaga ketika penyakit Jimin kambuh di dalam kelas.

Mingyu, Soobin dan Beomgyu sudah tertawa terbahak-bahak. Sungguh itu sangat menyenangkan.

Tawa Mingyu terhenti akibat Jungkook sudah menerjang meninjunya. Jungkook tidak tahan dengan segala drama yang mereka lakukan tersebut, padahal ini masih pagi.

“Orang yang penyakitan itu merepotkan, Kook! Ngapain lo ngebela sampe segitunya—”

Kini giliran Jaehyun yang tersungkur karena Yeonjun juga menerjangnya. Jungkook dan Yeonjun tidak memberi jeda apapun untuk Mingyu dan Jaehyun meminta ampun.

JIMIN SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang