mati

97 8 5
                                    

"Untuk tahanan nomor 1310, ada kiriman!" Teriak penjaga diluar sel.

Tahanan tersebut segera keluar dari sel, berjalan malas menuju tempat penitipan.

Ia menatap jengah beberapa kiriman lauk beserta berbagai hidangan pendamping lainnya. Ia menatap surat kecil yang selalu sama di setiap bulannya.

Mohon maaf, Ayah! Hanya ini yang bisa saya titipkan.
_jimin

Ayah Jimin segera meremat kertas tersebut lantas membuangnya ke tempat sampah. Ayah Jimin menyadari, beberapa bulan terakhir, kirimannya semakin berkurang.

Selama lima tahun tuan park dipenjara, Jimin tidak pernah sekalipun melewatkan tanggal tiga di setiap bulan, untuk mengirimi ayahnya berbagai lauk atau apapun yang biasa Jimin titipkan.

Awal mula tuan park divonis penjara 25 tahun, ia sangat terkejut mendapati bingkisan dari anak sulungnya.

Tuan park yang masih diselimuti emosi sehingga berani membunuh istri dan anak bungsunya, Jungkook, merasa diolok-olok oleh anaknya sendiri. Seakan kembali menegaskan bahwa dirinya tidak berdaya karena sudah berada didalam penjara dengan adanya bingkisan tersebut.

Tetapi, hingga hari ini, anak sulungnya itu masih tetap mengiriminya bingkisan, hingga dia sendiri merasa jengah.

Bukankah aku yang membunuh ibu dan adiknya, tapi kenapa ia masih mengingatku disini?
Tanya tuan park setiap ia menatap bingkisan itu, bingkisan yang selalu datang disetiap bulannya.

-

Jimin baru saja pulang bekerja tepat pukul sepuluh malam.

Jimin rela putus sekolah tepat setelah berita ayahnya yang masuk penjara menyebar seantero sekolah.

Jimin rela banting tulang hanya untuk menghidupi adik satu-satunya, Taehyung. Dengan melakukan pekerjaan apa saja, karena rumor ayahnya yang pembunuh membuatnya susah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Kini Taehyung menjadi mahasiswa tahun kedua. Sesekali ia juga diam-diam bekerja paruh waktu hanya untuk menambah uang saku dan keperluan sekolahnya.

Taehyung mendapati Jimin meringkuk disofanya, menunggu dirinya pulang. Ia menatap plastik putih di atas meja, yang sudah pasti Taehyung tebak itu adalah makanan malamnya.

Setiap pulang dari bekerja, Jimin pasti membawa satu porsi makanan hanya untuknya. Jadi, walaupun Taehyung sudah makan malam bersama teman-temannya, Taehyung akan memaksakan dirinya untuk memakan makanan yang dibawa Jimin.

Setelah bebersih, Taehyung masih mendapati Jimin yang meringkuk sembari memeluk dirinya sendiri. Posisinya masih sama. Ia berjalan pelan, mengambil makanannya.

Taehyung mengernyitkan dahinya, mendapati plastik kecil disampingnya.

"Obat?"

Taehyung bertanya-tanya, mengapa ada obat di plastik tersebut. Dirinya tidak sakit. Apakah ini obat milik kakaknya?

Dirinya menatap Jimin didepannya. Wajahnya nampak lebih pucat dari biasanya.

Taehyung mendekatkan diri pada kakaknya. Berusaha membangunkannya, dan meminta penjelasan mengenai obat apa yang sedang ia pegang.

Panggilan Taehyung tak mampu membuat Jimin terbangun. Taehyung menepuk pelan pipi Jimin yang ketika ia sentuh, mendingin.

Taehyung semakin panik, ketika Jimin tidak merespon apapun, panggilan dan gerakan kecil yang Taehyung berikan.

Dirinya segera mengangkat tubuh Jimin yang terkulai lemas, dan tak ada respon sama sekali.  Dalam gendongannya, Taehyung merasakan tidak ada detak jantung yang ia rasakan, tidak ada hangatnya hembusan nafas yang ia rasakan, dan dinginnya tubuh Jimin yang semakin membuat ia membeku pada posisinya.

JIMIN SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang