bodoh

163 7 3
                                    

“Bagaimana kalau kita melakukan pemberontakan?” Usul Seokjin dengan suara pelan.

Namjoon dan Hoseok saling melihat satu sama lain, memberi sinyal, apakah mengiyakan ajakan Seokjin. Sedangkan, Yoongi disampingnya lanjut meminum wine-nya.

Hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan Park Company. Yang mana disana, diatas panggung, Park Jimin selaku pemilik perusahaan Park Company sedang memberi pidato singkat pertanda pestanya dimulai.

Semua tamu undangan, karyawan, ataupun para petinggi perusahaan duduk melingkar di mejanya masing-masing. Seperti Namjoon, Hoseok, dan Seokjin. Mereka bertiga adalah atasan tertinggi di setiap divisi. Sedangkan Yoongi, adalah kaki tangan langsung sang pemilik perusahaan tersebut.

“Bagaimana caranya?” Tanya Hoseok.

“Tunggu, aku harus tahu mengapa kita akan memberontak?” Tanya Namjoon waspada.

“Tidakkah kalian merasa tidak nyaman bekerja di industri gelap ini? Apalagi pemimpinnya seperti itu.” Celetuk Seokjin menghasut Namjoon dan Hoseok yang sepertinya masih terlihat ragu.

“Tapi meskipun pekerjaan kita banyak dan kadang tidak masuk akal, gaji yang diberikan juga setara—”

“Apakah kamu cukup dengan gaji itu, Namjoon-ah?” Tanya Seokjin memotong alasan Namjoon. “Memang besar, tetapi untuk jabatan kita seperti sekarang, bukankah sedikit? Aku masih belum bisa menambah koleksi mobil mewahku.” Lanjut Seokjin.

“Kalau kita memberontak dan sudah menjatuhkan Jimin itu, lantas mau bagaimana?” Tanya Hoseok yang sepertinya sudah tertarik oleh kata-kata Seokjin.

“Kita ambil alih perusahaan Park Company ini, dan kita bagi empat sama rata, bukankah seperti itu, Yoongi-ah?” Tanya Seokjin kepada Yoongi yang sedang menggoyangkan gelas wine-nya. Yoongi hanya mengangguk seraya meminumnya.

Hoseok merapatkan kursinya ke arah Seokjin. “Sejujurnya, aku sudah lebih dari lima bulan mengambil sedikit uang perusahaan.” Akunya tiba-tiba. Mungkin saja dengan Hoseok terbuka ini, dirinya bisa mendapatkan bagian perusahaan sedikit lebih banyak nantinya. Dirinya harus terlihat sejahat-jahatnya di hadapan Seokjin, agar dirinya bisa ikut dalam proses pemberontakan ini.

“Aku juga sudah merencanakan pemberontakan ini dengan Yoongi dari jauh-jauh hari. Tapi, jika hanya kita berdua, sepertinya kekuatan kita akan kurang. Aku tidak menyangka jika kamu akan sepemikiran, Hoseok-ah!” Ujar Seokjin menggebu. Dirinya mendapatkan teman dengan kubu yang sama.

“Baiklah! Lantas mau rencana seperti apa yang ingin kita lakukan?” Tanya Namjoon pasrah, mengikuti rencana gila Seokjin.

“Bagaimana kalau menitipkan adik kita masing-masing kerumah Jimin. Pas sekali rumahnya yang besar itu tepat di belakang sekolah Taehyung, bagaimana? Suruhlah mereka mencari bahan yang kita perlukan untuk nantinya bisa menjadi ancaman bagi Jimin!” Usul Seokjin dengan percaya diri.

“Sayangnya aku tidak memiliki adik. Aku anak tunggal.” Ujar Namjoon.

“Begitupun denganku!” Timpal Hoseok. “Ah! Ada keponakanku dari keluarga eomma, Jeon Jungkook! Mungkin saja ia satu sekolah dengan adik Taehyungmu itu, Hyung!” Ujar Hoseok menggebu.

“Kalau kau, Min?” Tanya Seokjin.

“Aku tidak punya orang tua dan tidak punya saudara.” Jawab Yoongi singkat.

“Baiklah, kita akan berbicara pada Jimin. Kau karanglah cerita, jika tuan Jeon menitipkan anaknya ke kamu, Hoseok-ah. Tetapi, kita bertiga nanti akan mengambil tugas luar negeri, dan menyewa lantai satu rumah Jimin untuk adik kita, bagaimana?” Usul Seokjin dengan rencananya yang sudah sangat matang itu.

JIMIN SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang