Sebatas Teman Lama(?)

870 88 6
                                    

Selamat membaca

Ruka berdiri di tengah keramaian Bandara Icheon, ia merasakan gejolak kegembiraan di dadanya. Ia memastikan tujuannya: kota kelahirannya, Tokyo, Jepang, dengan melihat sekilas boarding pass-nya. Itu adalah pembelian impulsif, kebutuhan akan sesuatu yang segar dan baru. Namun, ia belum memberi tahu Ahyeon, pacarnya di Seoul.

Ia merasakan rasa bersalah menggerogoti dirinya saat ia duduk di pesawat. Ia seharusnya memberinya penjelasan atas tindakannya, tetapi ia takut akan reaksinya. Bagaimana jika ia tidak mengerti? Bagaimana jika ia marah?

Pesawat itu lepas landas, menerbangkannya meninggalkan kota yang penuh kenangan, termasuk kenangan bersama Ahyeon. Ia memejamkan mata, berusaha mengabaikan rasa bersalah, berfokus pada semua yang menantinya di Jepang.

Tokyo menyambut Ruka dengan baik, ia merindukan pemandangan, suara, dan bau seperti masa kecilnya dulu. Makanan jalanan dan lampu neon menghiasi jalan-jalan yang ramai, yang penuh dengan aktivitas.

Ruka menceburkan diri ke jalanan kota ini, menjelajahi setiap jalan dan toko. Namun di balik semua aktivitas itu, masih ada perasaan hampa yang tak terelakkan, rasa rindu pada seseorang yang telah ditinggalkannya, Ahyeon.

Ia terjun ke dalam kehidupan malam Tokyo, mencoba menyembunyikan rasa sedih dan bersalahnya di balik kegembiraan di lokasi barunya. Namun, semakin larut malam, kenangan bersama Ahyeom terus membekas di benaknya, dan kenangan tak berujung tentang keputusan yang telah diambilnya.

Tahun demi tahun telah berlalu, Ruka memiliki banyak teman di Jepang. Namun, ia masih belum bisa melupakan perasaan yang mengikutinya, tidak peduli seberapa jauh ia pergi atau berapa banyak pengalaman yang ia dapatkan.

Ia sedang berjalan di jalanan larut malam ketika ia mendengar lirik sebuah lagu terulang di kepalanya, mengingatkannya pada kehidupan yang telah ditinggalkannya di Seoul. Ia merindukan Ahyeon, senyum manisnya, jalan-jalan larut malam mereka di kota, dan percakapan random mereka.

Kenyataan itu menghantamnya dengan keras. Ia merindukannya, merindukan kehidupan yang mereka jalani bersama. Namun, sekarang sudah terlambat, sudah terlambat untuk kembali dan memperbaiki keadaan.

Dengan berat hati, Ruka memesan tiket pesawat kembali ke Seoul, Korea Selatan, kota tempat semuanya bermula. Harapan, ketakutan, dan hasrat bercampur aduk dalam emosinya saat ia duduk di dalam pesawat.

Begitu ia melangkah keluar dari pesawat dan berjalan di jalanan Manhattan, pemandangan dan suara nyaman dari tetangga lamanya mengelilinginya. Namun semakin jauh ia melangkah di kota ini, setiap langkah terasa lebih berat dari sebelumnya.

Jantungnya berdegup kencang saat akhirnya ia berdiri di luar apartemen Ahyeon. Ia ragu sejenak, lalu mengetuk pintu berharap Ahyeon akan memaafkannya dan memberinya kesempatan lagi.

Pintu terbuka, Ahyeon berdiri di sana, matanya terbelalak karena terkejut dan tidak percaya. Ruka melihat ekspresinya dan jantungnya berdebar-debar karena campuran antara harapan dan kekhawatiran. Harapannya sirna ketika dia melihat seorang pria lain yang tidak dikenalnya berdiri di ruang tamu apartemennya.

Suara Ahyeon memecah keheningan. “Kak, apa yang kamu lakukan di sini?” Nada suaranya terdengar waspada, tatapannya berpindah-pindah antara Ruka dan orang asing itu.

Ruka menyadari keseriusan situasi ini, hatinya berdebar kencang. “A … aku datang untuk bicara,” katanya terbata-bata, menatap gugup dari Ahyeon ke pria yang duduk di sebelahnya.

Dengan nada kesal dan cemburu dalam suaranya. Matanya menyipit ke arah Rula, dia bertanya, "Siapa ini?"

Ahyeon ragu-ragu, ekspresi bingung tampak di wajahnya. “Ini ... Ruka,” jawabnya, ada sedikit rasa tidak percaya dalam suaranya. “Dia... teman lama.”

ONESHOT | RUKAHYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang