•••
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
•••
✷ ·
˚ * .
* * ⋆ .
· ⋆ ˚ ˚ ✦
⋆ · *
⋆ ✧ · ✧ ✵
· ✵。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
•••
Gita mendesah pelan, merasakan kelegaan yang samar setelah akhirnya menyelesaikan ujian semester ganjil terakhirnya. Ruangan ujian yang tadinya penuh dengan ketegangan kini mulai kosong, hanya menyisakan beberapa siswa yang masih sibuk merapikan barang-barang mereka. Di luar jendela, sinar matahari sore mulai mengintip dari balik gedung sekolah, menandakan akhir dari hari yang panjang dan penuh dengan stres.
Gita melangkah keluar dari ruang ujian, merasakan udara sore yang sedikit lebih sejuk menyentuh wajahnya. Dia merasa tubuhnya sedikit lebih ringan, meskipun kelelahan masih jelas terasa. Seperti biasa, Gita selalu memberikan yang terbaik dalam setiap ujiannya, tetapi kali ini, tekanan dan kelelahan mental terasa lebih berat dari biasanya. Mungkin karena banyak hal yang terjadi belakangan ini-dari hubungannya dengan Oniel, masalah Sisca, hingga perasaannya yang semakin kacau balau.
Saat Gita berjalan melewati lorong sekolah yang mulai lengang, dia melihat Eli keluar dari ruang ujian yang berbeda, masih dengan gaya santainya yang khas. Eli tampak segar, seolah ujian tadi tidak memberinya tekanan sama sekali. Sejenak, Gita merasa iri dengan cara Eli menangani semuanya dengan begitu tenang.
"Li, bisa kerjainnya?" tanya Gita saat mereka akhirnya bertemu di depan pintu ruang ujian, senyumnya muncul meski matanya masih terlihat lelah.
Eli mengangkat bahu sambil menyeringai, ekspresi percaya diri yang sudah sangat familiar bagi Gita. "Gampang lah, Git. Lumayan lah," jawab Eli dengan nada santai, seperti biasa. Ada ketenangan dalam suaranya, seolah-olah ujian tadi hanyalah hal sepele yang bisa ia selesaikan dengan mudah.
Gita tertawa kecil, meskipun dalam hatinya dia sedikit merasa cemas dengan hasil ujiannya sendiri. "Syukurlah kalau gitu."
Eli hanya mengangguk, memulai langkahnya menuju tangga yang akan membawa mereka keluar dari gedung sekolah. "Menurut gue soalnya nggak seberapa susah kok. Tapi ya, memang butuh mikir sedikit lebih lama."
Mereka berdua berjalan bersama-sama, menuruni tangga yang terbuat dari beton dingin dan terasa sedikit keras di bawah kaki. Gita melihat sekeliling, memperhatikan beberapa siswa lain yang masih bercakap-cakap tentang ujian, saling bertukar pikiran tentang soal-soal yang baru saja mereka hadapi. Namun, suasana yang tadinya tegang kini perlahan berubah menjadi lebih santai, seolah semua orang sudah bisa menarik napas lega karena akhirnya ujian telah selesai.
Setelah menuruni beberapa anak tangga, mereka akhirnya tiba di lantai bawah, menuju koridor yang mengarah ke gerbang sekolah. Lorong itu masih dipenuhi beberapa kelompok siswa yang berkumpul, membicarakan rencana mereka selama liburan yang sebentar lagi tiba. Gita dan Eli pun mulai membicarakan hal yang sama.
"Besok udah mulai libur ya," kata Gita, suaranya terdengar sedikit lega. "Akhirnya bisa istirahat setelah sekian lama."
Eli tersenyum sambil mengangguk. "Iya, akhirnya bisa bebas. Gue sih udah ngerencanain buat liburan ke luar kota bareng keluarga. Lu gimana, Git? Ada rencana khusus?"
Gita terdiam sejenak, berpikir. "Belum ada sih. Mungkin cuma bakal ngabisin waktu di rumah, nonton film, baca buku, ya gitu-gitu aja."
Eli menatap Gita sejenak sebelum menggeleng. "Ah, Git, jangan di rumah mulu lah. Sesekali lu harus keluar, refreshing. Mumpung libur panjang, lu bisa jalan-jalan, atau ketemu temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL
Fanfic𝘈𝘯𝘥 𝘪𝘧 𝘪 𝘴𝘢𝘪𝘥 𝘪 𝘭𝘰𝘷𝘦𝘥 𝘺𝘰𝘶, 𝘸𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘺𝘰𝘶 𝘵𝘸𝘪𝘴𝘵 𝘪𝘵 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘢 𝘬𝘯𝘪𝘧𝘦? 𖦹𖦹𖦹 𝙐𝙣 • 𝙧𝙖𝙫 • 𝙚𝙡𝙚𝙙; 𝙐𝙣 • 𝙧𝙖𝙫 • 𝙚𝙡 • 𝙞𝙣𝙜; 𝖵𝖾𝗋𝖻 1. 𝘜𝘯𝘥𝘰; 2. 𝘐𝘯𝘷𝘦𝘴𝘵𝘪𝘨𝘢𝘵𝘦 𝘵𝘰 𝘴𝘰𝘭𝘷𝘦 �...