𖦹 october passed me by

263 42 2
                                    

•••

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

•••

✷        ·
  ˚ * .
     *   * ⋆   .
·    ⋆     ˚ ˚    ✦
  ⋆ ·   *
     ⋆ ✧    ·   ✧ ✵
  · ✵

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

•••

Oktober telah berlalu dengan cepat, dan hubungan antara Sisca dan Oniel berjalan lancar meskipun mereka harus menyembunyikannya dari semua orang, kecuali Gita. Oniel merasa bahagia setiap kali bisa bersama Sisca, meski harus terus waspada agar tidak ada yang mengetahui hubungan mereka. Keduanya selalu menemukan cara untuk bertemu di luar jam sekolah, baik itu di rumah Oniel ketika Gita sedang tidak ada, atau di tempat-tempat yang jauh dari keramaian teman-teman sekolah mereka.

Sementara itu, Gita, yang mengetahui rahasia adiknya, terus merasa cemas. Meskipun ia sayang terhadap Oniel dan ingin melihatnya bahagia, Gita masih merasa sulit untuk menerima sepenuhnya hubungan adiknya dengan Sisca. Bukan hanya karena norma-norma sosial yang terus menghantui pikirannya, tetapi juga karena Gita sendiri masih bergumul dengan perasaannya terhadap Eli. Setiap kali ia melihat Oniel dan Sisca bersama, Gita merasakan pergolakan di dalam hatinya—perasaan bersalah, takut, tetapi juga iri.

Hubungan Gita dengan Chiko, di sisi lain, masih berlanjut meski terasa semakin hampa. Chiko adalah sosok yang baik, perhatian, dan selalu ada untuk Gita. Cinta Chiko terhadap Gita tampaknya semakin besar setiap harinya, namun Gita tidak bisa merasakan hal yang sama. Setiap kali mereka bersama, Gita merasa seperti sedang memainkan peran dalam sebuah drama yang sudah kehilangan maknanya. Ia mencoba untuk memaksakan perasaan cinta itu muncul, berharap suatu hari ia akan jatuh cinta pada Chiko seperti yang diharapkannya. Tapi, semakin ia mencoba, semakin ia menyadari betapa kosongnya hatinya ketika bersama Chiko.

Di balik senyum dan canda tawa yang ia berikan pada Chiko, Gita tahu bahwa perasaan itu tidak akan pernah muncul. Ia tidak bisa menipu dirinya sendiri, apalagi Chiko, yang begitu tulus mencintainya. Setiap perlakuan yang Chiko beri, setiap kata-kata manis dari Chiko hanya membuat Gita semakin merasa bersalah, seolah-olah ia sedang mengkhianati seseorang yang benar-benar tidak pantas diperlakukan seperti itu.

Namun, yang membuat Gita paling terguncang adalah perasaannya terhadap Eli. Semakin ia mencoba menepis perasaan itu, semakin kuat pula perasaan itu tumbuh di dalam hatinya. Eli adalah sahabatnya, seseorang yang selalu ada di sisinya tanpa menghakimi, yang mengenalnya luar dalam. Tapi, Gita tahu bahwa perasaannya pada Eli tidak seharusnya berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari persahabatan. Ia merasa terperangkap dalam dilema yang menyakitkan—antara terus menahan perasaannya terhadap Eli atau menyerah pada hasrat yang perlahan-lahan menggerogoti hatinya.

"Ini salah," bisik Gita kepada dirinya sendiri setiap kali perasaan itu muncul. "Aku nggak boleh jatuh ke jurang yang sama seperti Oniel. Aku nggak boleh."

Namun, setiap kali ia mengatakan itu, hatinya terasa semakin berat. Perasaan cintanya terhadap Eli adalah sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan, meski sekuat apapun ia mencoba. Gita merasa seolah-olah ia sedang berdiri di tepi jurang, takut untuk melangkah lebih jauh namun tidak bisa mundur. Ia takut akan perasaannya sendiri, takut bahwa suatu hari ia tidak akan bisa lagi menahan keinginannya untuk mencintai Eli dengan cara yang lebih dari sekadar sahabat.

Hari-hari berlalu dengan perasaan yang semakin rumit. Gita mulai menjauhi Eli sedikit demi sedikit, berharap jarak fisik bisa menghalangi perasaan yang berkembang di dalam hatinya. Namun, setiap kali ia melihat Eli, bahkan dari kejauhan, hatinya terasa berdebar lebih kencang. Ia tahu bahwa semakin ia menjauhi Eli, semakin sulit pula baginya untuk menghindari perasaan itu. Di sisi lain, Chiko, yang tidak mengetahui gejolak di dalam hati Gita dan berpikir bahwa Gita sudah menerimanya sepenuh hatinya karena hubungan mereka berjalan lebih lama dari yang dibayangkannya, terus memperlakukannya dengan penuh cinta dan perhatian. Chiko sering mengajak Gita untuk pergi jalan-jalan, makan malam romantis, atau sekadar menghabiskan waktu bersama, mencoba memperkuat hubungan mereka. Namun, Gita hanya bisa membalasnya dengan senyum yang dipaksakan dan kata-kata manis yang kosong.

UNRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang