•••
。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
•••
✷ ·
˚ * .
* * ⋆ .
· ⋆ ˚ ˚ ✦
⋆ · *
⋆ ✧ · ✧ ✵
· ✵。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
•••
Setelah beberapa pekan berada di rumah selama libur semester, Gita mulai merasa jenuh. Setiap harinya dihabiskan dengan aktivitas yang sama: bangun tidur, makan, menghabiskan waktu dengan membaca buku atau menonton film, dan sesekali mengobrol dengan Oniel. Namun, belakangan ini, Oniel sering keluar rumah, lebih sering bertemu dengan Indah daripada introspeksi mengenai hubungannya dengan Sisca yang masih dalam fase "break." Gita hanya bisa menggeleng kepala, merasa sedikit geli dengan cara Oniel menghadapi masalahnya.
Suatu hari, saat Gita sedang termenung di kamarnya, ponselnya berdering. Pesan dari Kathrina, adik kelasnya yang sudah lama menunjukkan ketertarikan padanya, muncul di layar. Kathrina tidak pernah menyerah untuk mencoba mendekati Gita, meskipun Gita selalu menjaga jarak.
"Kak Gita, besok jalan-jalan yuk! Masa libur kayak gini cuma di rumah aja. Aku tahu tempat seru buat kita nongkrong."
Gita membaca pesan itu dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa ragu untuk menerima ajakan Kathrina, mengingat situasi perasaannya yang masih kacau. Namun, di sisi lain, ia sangat bosan dan butuh udara segar.
Setelah mempertimbangkan beberapa saat, Gita akhirnya mengetik balasan:
"Oke, besok jam berapa?"
Kathrina menjawab dengan cepat. "Jam 10 pagi, ya! Aku jemput Kak Gita di rumah."
Gita menghela napas panjang setelah mengirim pesan itu. "Mungkin ini cara yang baik untuk mengalihkan pikiranku," pikirnya.
•••
Keesokan harinya, tepat pukul 10 pagi, Kathrina tiba di rumah Gita. Dengan senyumnya yang cerah, Kathrina mengajak Gita menuju tempat nongkrong favoritnya, sebuah kafe kecil yang cozy di pinggiran kota. Gita sedikit terkejut dengan pilihan Kathrina, tempat itu terlihat nyaman dan tidak terlalu ramai.
Mereka duduk di sudut kafe, menikmati minuman dingin dan cemilan ringan sambil mengobrol santai. Kathrina, dengan sikap cerianya, terus-menerus mengajak Gita berbicara, membuat Gita sedikit melupakan kekhawatirannya. Namun, di tengah percakapan, Kathrina tiba-tiba berubah serius.
"Kak Gita," kata Kathrina sambil menatap Gita dengan mata yang penuh harap. "Aku udah lama mau ngomong ini, tapi selalu takut Kak Gita nggak suka. Aku... Aku suka sama Kak Gita. Beneran suka. Aku mau Kak Gita jadi pacar aku."
Gita terdiam, merasakan debaran jantungnya yang semakin cepat. Perasaan terkejut dan bingung bercampur menjadi satu. Ia menatap Kathrina yang menunggu jawaban dengan penuh harap, namun Gita tahu bahwa perasaannya terhadap Kathrina tidak sama dengan perasaannya pada Eli. Ada rasa sayang, tentu saja, tetapi rasa itu lebih seperti kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.
Setelah beberapa saat, Gita akhirnya berbicara. Suaranya pelan namun tegas, mencoba menjelaskan posisinya tanpa melukai perasaan Kathrina. "Kathrina... Aku nggak tahu harus ngomong gimana. Kamu anak yang baik, tapi... Ini nggak bisa. Ini katanya... dosa, kata temen aku."
Kathrina tersenyum lembut, meskipun ada sedikit kesedihan di matanya. "Dosa? Kak, kalau berdosa tapi kita bisa ke neraka bareng-bareng, aku nggak masalah. Aku rela asal sama Kak Gita."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL
Fiksi Penggemar𝘈𝘯𝘥 𝘪𝘧 𝘪 𝘴𝘢𝘪𝘥 𝘪 𝘭𝘰𝘷𝘦𝘥 𝘺𝘰𝘶, 𝘸𝘰𝘶𝘭𝘥 𝘺𝘰𝘶 𝘵𝘸𝘪𝘴𝘵 𝘪𝘵 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘢 𝘬𝘯𝘪𝘧𝘦? 𖦹𖦹𖦹 𝙐𝙣 • 𝙧𝙖𝙫 • 𝙚𝙡𝙚𝙙; 𝙐𝙣 • 𝙧𝙖𝙫 • 𝙚𝙡 • 𝙞𝙣𝙜; 𝖵𝖾𝗋𝖻 1. 𝘜𝘯𝘥𝘰; 2. 𝘐𝘯𝘷𝘦𝘴𝘵𝘪𝘨𝘢𝘵𝘦 𝘵𝘰 𝘴𝘰𝘭𝘷𝘦 �...