Dia gak bin4l kayak kamu!

514 39 52
                                    

Aiden tidak menuntut bicara malam itu. Disuruhnya Molly langsung tidur saja. Hal itu mengherankan Molly.

Yang lebih mengejutkannya lagi, setelah Molly mandi dan sudah memakai gaun tidur, dia melihat Aiden tidur di sofa kamar.

Dengkurnya terdengar. Pria itu sudah tidur pulas.

Molly tidak mengerti. Kalau pria itu memang semarah itu padanya sampai tak mau seranjang dengannya, kenapa tidak diusirnya Molly dari kamar mereka? Aiden kan bisa memintanya tidur di kamar lain.

Kenapa pria itu justru tidur di sofa sementara secara tak langsung dia membiarkan Molly tidur di ranjang mereka yang biasa?

Molly ingin bertanya. Tapi malam sudah larut. Dia pun menelentangkan tubuhnya di atas tempat tidur. Perlahan dia terlelap.

Dia terbangun ketika sinar matahari menelusup masuk ke celah-ceah matanya. Begitu dia membuka matanya, dilihatnya Bibi yang sedang menggeser gorden di tiap jendela.

"Oh! Ini sudah jam Bibi bersih-bersih ya," gumam Molly, menguap. "Bapak di mana, Bi?"

"Ampun, Bu, sudah di ruang makan."

Molly ke kamar mandi. Dia hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu mengganti baju tidurnya dengan pakaian yang lebih rapi. Blouse dan celana panjang.

Dia menghampiri Aiden di ruang makan. Duduklah dia di dekat pria itu.

"'Ngapain?" tegur Aiden dingin. "Mau sarapan? Tidak boleh!" Pria itu memukul tangan Molly yang hendak mengambil roti yang ada di tengah meja makan.

Molly meringis. "Kenapa tidak boleh, Mas?"

"Pakai nanya sih kamu!" Aiden melotot. "Memangnya kamu sudah minta maaf ke saya?"

"Maaf? Maaf untuk apa?" tanya Molly berlagak pilon.

"Kamu tidak sadar kesalahan kamu apa?" balas Aiden gemas. "Boro-boro minta maaf! Menyesal saja tidak!"

"Ya... memangnya aku salah apa?" jawab Molly makin menyebalkan.

"Serius, Molly?" Aiden menatap istrinya tajam-tajam. "Kamu pergi, lho, Molly! Kamu pergi temuin mantan pacar kamu! Seharian kamu pacaran sama dia!"

"Aku gak pacaran sama dia. Aku dan dia cuma jalan-jalan. Makan. Nonton..."

"Kalau tidak ingat Cessa, saya sudah pasti menceraikan kamu, kamu tahu?" potong Aiden geram.

"Ya kenapa nggak dilakukan? Mas pikir aku mau, bertahan sama laki-laki yang hatinya ketutup kayak Mas?"

"Ngejawab sih kamu!" bentak Aiden gusar. "Pantas saja mantan kamu si Kaisan-Kaisan itu tidak mau seriusin kamu! Kamu menyebalkan!"

"Ya pantas juga, takdirnya Mas sama aku, bukan sama tunangan Mas!"

"Jangan bahas dia ya! Ini urusan kamu sama saya!"

"Baru saja disinggung sudah marah. Secinta itu ya Mas sama dia?"

"Jelas iya," tandas Aiden. "Dia orang baik-baik. Gak bin4l kayak kamu!"

Molly diam setelah mendengar ucapan Aiden barusan. Kenyerian melecuti hati pria itu saat dilihatnya wajah istrinya yang dilumuri kesedihan.

Mau bagaimana lagi. Dia sudah telanjur mengatakannya. Apa yang dia pikirkan tentang Molly memang begitu.

Wanita itu bin4l dan jika ditelusuri lebih dalam lagi, Aiden menganggap istrinya sama sekali tak punya h4rga diri.

Itulah alasan sikap Aiden yang dingin. Tatapannya yang penuh kebencian. Sentuhannya yang kejam. Karena wanita seperti Molly memang menurutnya tidak pantas diperlakukan dengan baik.

Dont Ever Let Me Go | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang