Memuaskan diri

4K 25 38
                                    

Ketika Aiden masuk ke kamar, Molly terkesiap. Dia menghadap samping, memunggungi Aiden.

Aiden mendekatinya. Menyingkap selimutnya. Dihelanya napas berat.

"Biasa kayak gini?" tegur Aiden kecewa.

"Biasa." Molly menarik tangannya dari bagian sensitifnya.

"Kamu punya suami, Molly."

"Memang ada larangannya?"

"Nggak ada, tapi daripada melakukannya sendiri, lebih baik kamu minta saya."

"Yah aku nggak bisa nahan. Lagian Mas ngomong gitu kayak Mas gak pernah memuaskan diri sendiri saja!"

"Tidak." Lugas Aiden menjawab. "Tidak setelah kita nikah. Kamu tahu sendiri. Setiap saya di rumah, kamu dekat saya. Ketika saya mau melakukannya, ya saya memilih untuk ajak kamu."

"Aku nggak keberatan kalau Mas mau melakukan itu."

"Kenapa saya melakukan itu kalau saya punya kamu?" Molly tidak menjawab. Aiden melanjutkan ucapannya, "Kamu sering begitu?"

"Sering."

"Kenapa?"

"Kemarin-kemarin kan Mas kasar sama aku. Aku suka membayangkan Mas menyentuhku dengan kasih. Eh ternyata keterusan sampai sekarang."

"Bagaimana kamu melakukannya?"

"Ya... ya begitu," sahut Molly bingung.

"Tunjukkan ke saya. Bagaimana kamu melakukannya?"

"Malu aku."

"Kenapa malu? Sama suami sendiri masa malu?"

"Takut menyinggung."

"Saya lebih ke penasaran sih."

"Mas belum pernah lihat?"

"Tidak secara langsung."

"Di film?"

"Ya pernahlah," sahut Aiden, tertawa kecil. Dia duduk di sofa dekat tempat tidur. "Ayo saya mau lihat."

Molly mempertimbangkannya sejenak, lalu menyahut, "Tapi ada syaratnya. Mas tidak boleh menyentuh diri Mas selama Mas menonton aku melakukannya."

"Ngg...."

"Bisa nggak?"

"Kenapa saya harus mengiyakan?"

"Ya sudah kalau nggak mau!"

Aiden mendengus jengkel. Tapi tetap dia setuju. "Ya sudah. Saya hanya akan mengawasi!"

Molly duduk di atas tempat tidur, menghadap Aiden. Dua lututnya bertumpu di sana.

Dia tanggalkan pakaiannya. Tangannya meraba-rabai tubuhnya. Lehernya. D4danya. Turun. Turun. Turun terus sampai ke bagian sensitifnya.

Wajah Aiden berubah memerah. Peluh membanjiri dahinya.

Jari tengah Molly masuk. Dia tak langsung bermain.

Dipandanginya Aiden sesaat. Membuat Aiden kesal.

"Molly, ayo.. lanjutkan..," pintanya separuh putus asa.

Molly menurut. Jarinya merojok-rojok di sana. Pinggulnya ikut meliuk mendukung aksinya.

Mata Aiden memandang dari atas ke bawah. Molly yang terus menatap ke arahnya. Ujung payvvdara Molly yang mengeras.

Kemudian jari Molly yang berubah gaya. Yang tadinya menusuk keluar-masuk, kini memutar-memutar di dalamnya.

Beberapa Aiden bisa menahan diri. Namun lama-kelamaan sesuatu dalam dirinya terasa mau meledak.

Aiden tidak sabar. Dia menghampiri Molly. Mendorongnya hingga perempuan itu telentang.

"Mas!" kata Molly tak sepenuhnya marah.

"Kalau nyentuh kamu, boleh kan?"

"Mas..."

"Jawab, Molly."

"Boleh," desah Molly pasrah.

Dia merasakan sesuatu masuk ke dalam dirinya. Aiden menghujamnya dan menyentak-nyentaknya. Keras tapi tidak sadis.

Bibir Aiden bertaut dengan bibir Molly. Satu tangannya merangkum d4da perempuan itu. Meremasnya.

Aiden menarik kepalanya. Dikecupinya pipi. Leher. Lalu dikulumnya pvyudara Molly kuat.

"Mas....," erang Molly memejamkan matanya.

Aiden semakin mendorong maju-mundur. Tak ada tempo yang melambat. Keduanya sama-sama ingin cepat sampai ke puncak.

Aiden tak langsung menarik diri. Dia berbisik pada Molly, "Jangan lagi melakukannya sendirian ya."

"Kalau Mas pergi?"

"Sabar sampai saya pulang. Kamu harus latih diri kamu untuk sabar."

"Hmm.. ya sudah deh," kata Molly pelan.

"Molly." Hati-hati Aiden mencabutnya, lalu tiduran di sebelah istrinya. "Saya ada kabar bagus untuk kamu. Kamu tahu Ben, teman kuliah saya dan Cessa?"

"Tahu. Dulu dia lumayan sering ke rumah. Kenapa?"

"Dia punya bisnis real estate. Dan dia setuju kamu kerja di sana."

"Serius?" Berbinar mata Molly. "Mas yang bantuin aku masuk kerja di sana? Tapi... memangnya boleh begitu?"

"Sudah sering hal seperti itu terjadi di dunia kerja, Molly. Itulah pentingnya koneksi."

"Aku takut buat Mas kecewa kalau aku ternyata tidak bisa kerja."

"Nggak. Saya yakin sama kemampuan kamu."

Senyum Molly mengembang. "Terima kasih ya, Mas."

"Ya sudah kamu tidur ya. Saya mau mandi dulu. Tadi dari luar kan belum mandi."

Molly hendak turun dari tempat tidur. Dia berniat mengambilkan handuk dan baju tidur.

Aiden mencegat. "Tidak usah. Tidur saja ya."

Dikecupnya bibir istrinya. Betapa berharapnya Molly dia akan terus berbahagia dengan suaminya.

Tidak pernah terpikir olehnya Ben masih naksir dirinya. Tidak pernah dia bayangkan Ben akan melakukan hal kejam padanya dan Aiden.

** i hope you like the story **

Dont Ever Let Me Go | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang