8 BULAN KEMUDIAN
Megan's pov
jangan tanya sehancur apa hatiku saat mengetahui semua tentang Gemi dari Rai waktu itu, sedih, sakit dan khawatir menjadi satu. itu semua karna aku menyadari bahwa ini adalah salahku. namun Rai berusaha menguatkanku,ia meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, jika kita lalui bersama. aku tidak menyangka bahwa semua berjalan sangat baik. hanya saja Gemi perlu di jaga lebih ketat olehku, sedangkan Rai menjaga Gemi dengan caranya yang kadang membuatku khawatir. seperti sekarang.
Gemi tengah tertawa ceria menunjukan gigi susunya yang masih tidak begitu nampak, di antara tangan Rai yang menggendongnya seperti memainkan pesawat mini, sanagat lucu saat kekehan itu keluar dari bayiku yang merasa senang di perlakukan seperti itu.
"Rai udah Rai, nanti kalian jatuh"
tentu saja itu mommy, ia masih mengkhawatirkan cara Rai yang agak ektrim bermain dengan Gemi, sedangkan aku sudah merasa lelah berbicara seperti itu, aku hanya menggelengkan kepala saat Rai memunculkan cengiran khasnya.
lelah bermain dengan Rai bayiku itu menangis kehausan, saat aku menyusuinya tidak lama Gemi tertidur begitu lelapnya seperti sangat lelah. aku menyadari satu hal, makin hari tingkah Gami sangat mirip dengan Rai, contohnya seperti sekarang, mereka sudah terlelap dengan posisi yang aneh namun terlihat nyaman
ini sudah masa Gemi mulai mengeluarkan suara dan memproses kata-kata yang muali di cerna oleh otaknya, dia anak yang sangat cerdas, tidak di ragukan lagi kecerdasannya saat ia memanggilku Amma, dan hingga detik ini entah sudah berapa puluh kali Gemi memanggil Rai dengan sebutan Appa, walau Rai sudah mencoba berulang kali agar Gemi memanngilku Mami, berulang kali juga Gami hanya terkekeh geli dengan kata-kata itu sampai Rai menyerah dan membiarkan saja Gemi dengan panggilan Amma untukku.
ini setelah lima minggu aku hitung kejadian itu berlalu, dan ini senyum terbaik Rai setelah lima minggu ia hanya menunjukan senyum palsu sepanjang harinya, setelah kejadian dimana aku dan Rai merasa hancur dengan makna yang berbeda.
flashback lima minggu yang lalu.
saat aku dan Rai datang memenuhi undangan makan malam yang Sekar adakan, kala itu kami kaget dan tidak tau tujuannya apa, namun setelah perbincangan yang panjang malam itu juga aku mengetahui bahwa Rai dan Sekar sudah renggang dan di ambang sudahnya hubungan mereka, aku yakin luka paling besar terdapat pada Sekar dan tidak bisa di tutupi juga jika luka itu di rasakan Rai, aku ikut terluka karna aku menyadari aku lah penyebab paling besar dari retaknya hubungan mereka.
"aku akan melanjutkan kuliahku di Yaman, mungkin dengan kuliah di negara itu aku bisa mendapat banyak pelajaran dan ilmu baru, suasana baru, dan menyamakan hatiku yang baru" saat kata-kata itu terlontar, seperti puluhan kerikil tajam. Memenuhi hatiku. Aku merasa tersindir akan kenyamanan hatinya yang mungkin aku lah penyebab terbesarnya.
"semoga kamu menemukan bahagiamu di negeri baru Sekar"
Saat itu wajahku seakan mengeras, tidak percaya dengan respon Rai dengan wajah tanpa ekspresinya, aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi di antara mereka. Aku hanya tau bahwa hubungan mereka kurang baik akhir-akhir itu, tapi aku tidak tau jika akan sejauh ini mereka mengambil keputusan. terutama langkah yang Sekar ambil, negara Yaman? Manhattan Bergurun, negeri itu menjadi pilihannya untuk mengenyam pendidikan, apa ia benar-benar memerlukannya?
"aku tidak akan lama di Yaman, hanya pertukaran mahasiswa, tapi setelah itu aku tidak akan kembali dan memilih negara lain untuk mengeyam pendidikan, aku akan mencari nanti, karna untuk sekarang aku belum tau" terdengar bingung dan kacau, tujuan yang berantakan dan bahkan tidak memiliki tujuan. aku rasa bukan hal yang baik, salah-salah langkah semuanya akan rusak dan berantakan.
apa Sekar membutuhkan Rai di masa bimbangnya, seperti sekarang?
namun aku tidak bisa berbuat banyak, seperti aku merasakan perang batin di antara mereka, bukankah wajah datar Rai menunjukan bahwa dia marah dengan keputusan yang Sekar ambil, dan senyum dengan mata tanpa ekspresi Sekar menunjukan bahwa ia sangat sedih dan kecewa, tapi aku bisa apa?
sejak malam itu aku tidak tau seberantakan apa Rai, dia masih mengurus Gemi seperti biasanya, dia masih tersenyum seperti sebelumnya, namun semua benar-benar berakhir saat Sekar meninggalkan negara ini untuk tujuan pendidikannya, semua senyum Rai sejak hari itu terasa hambar, tawanya terdengar pilu, jiwanya kadang-kadang berada di tempat lain saat ia memandang satu titik dengan waktu yang sangat lama.
dalam kurun waktu yang lambat laun memudar, hari ini Rai benar-benar menjadi dirinya yang dulu, senyumnya yang perlahan kembali kini sudah kembali total dan senyum itu bisa aku pastikan kembali sempurna saat Gemi mulai intens memanggilnya Appa.
aku bingung kemana hilangnya kabar Sekar, tidak ada satupun postingan di akun sosial media miliknya dan tidak ada kabar tentangnya lagi setelah keberangkatannya, atau mungkin seolah semuanya menutupi hal itu dari aku dan Rai, yang aku tau semua orang bisa bersikap sama dan biasa saja, bahkan Jihan masih sering kelihatan berkunjung kerumah Brisata.
memikirkan Brisata, hubungan Brisata dengan Rai seperti mengalir begitu saja, masih sering berdebat dan kadang mereka berbicara seperti layaknya kakak dan adik, walau lebih sering Rai mengeluarkan sikap acuhnya, tapi aku rasa Rai sudah lebih baik dari pada awal pertemuan dengan keluarga besarnya, perlahan dia mencair.
pikiranku kembali fokus saat Gemi terkikik geli, ,ereka yang baru bangun secara bersamaan dan langsung bercanda, namun sejak kapan mereka bangun, aku bahkan tidak menyadarinya, tawa Gemi makin keras saat Rai melemparkan bola dan bola sebesar bola karti itu ia akan tangkap setelah dekat dengan wajah Gemi, aku sudah mengatakan bahwa cara Rai bermain dengan Gemi memang agak ekstrim, wajar jika mommyku sering kali memarahinya dan aku yang sudah lelah berteriak ke arah Rai membiarkan saja aksi itu, toh Gemi sangat suka dengan hal-hal ekstrim yang di berikan Rai.
akan berbeda cerita saat Gemi menangis karna kesalahanku atau yang lainnya, pasti Rai akan marah, ia akan sedikit mengomel karna menilai Gemi menangis karna terjadi kesalahan, biar kadang jengkel dengan sikapnya namun aku merasa senang karna ternyata Rai begitu manyayangi Gemi.
kasih sayang yang Rai berikan kepada Gemi sangat nyata, bahkan bisa di rasakan, saat seolah dunia ini hanya milik mereka, tawa dan tangis menjadi misi pelengkap keduanya. aku tidak mengerti kenapa aku merasa wajah mereka kian hari semakin mirip, bahkan jika aku bandingkan dengan lelaki yang telah merusakku dulu tidak ada dalam wajah Gemi, seperti anakku juga tidak ingin memiliki wajah yang akan membuatku sedih, ada pada dirinya.
dalam kondisi seperti ini aku seperti enggan kehilangan banyak momen, aku menginginkan Rai tetap ada untuk Gemi. sekarang aku tidak lagi memikirkan tentang diriku, kebahagiaanku atau yang lain, aku hanya memikirkan Gemi.yang aku tau Gemi pasti akan keterbergantungan dengan Rai, dia dan Rai akan saling menyayangi, dan aku tau betul, jika banyak kemungkinan keduanya akan saling merasa kehilangan jika berjauhan, aku tidak siap, tidak akan pernah siap.
yang aku tau, sudah ribuan kata yang sama aku ucapkan untuk Sekar walau tanpa suara, yaitu kata maaf. yang mungkin sudah tidak berarti sekarang. namun setiap malamku kata-kata itu sudah seperti syair sebelum tidur, merafalkannya akan membuatku tenang dan tidak di hantui dengan rasa bersalah. walau sesekali bayangan tawa Rai ketika dengan Sekar masuk kedalam mimpiku, tawa yang sudah tidak pernah kelihatan lagi sekarang.
kenapa semua terasa hambar, kenapa aku merasa sosok Sekar terlalu kuat menjadi pendukung hidup Rai, kenapa sangat kuat dia menyelimuti Rai, aku tidak ingin terus di hantui rasa bersalah, namun aku tau rusaknya senyum seseorang terjadi karna satu tragedi, dan mungkin ini semua karnaku?
pikiranku kembali fokus saat melihat Rai menggendong Gemi ke ranjang bayinya, aku menatapi wajah damai Rai yang menatapi bayinya tertidur dengan lelap, begitu kuat kasih sayang Rai sampai dia hanya diam pun aura itu sangat nampak.
"Gemi udah tidur lagi?"
"hem kecapean kayanya"
"kamu si di bikin ketawa terus anaknya" aku menghampiri Rai, dia masih berdiri dengan tegap, menatapi Gemi yang sedang tertidur sambil mengulum ibu jari kecilnya.
"lucu ya" hatiku menghangat setiap kali dia memberikan respon memuja.
"lusa kamu udah mulai kerja ya? besok kita jalan yuk"
"jalan?" dia memutar pandangannya untuk menatapku, tatapan itu tatapan bertanya
"iya, ajak Gemi jalan keluar, kita nonton atau sekedar makan aja"
dia mengangguk, masih seperti Rai ku yang patuh dan penurut. seperti dulu.
atau memang Rai sebenarnya tidak pernah berubah kepadaku, dia masih tetap Raiku, si anak remaja yang mommy pekerjakan sebagai supir dan menuruti semua perintah keluargaku?
*****
Aku sudah duduk bersiap dengan Gemi di pangkuanku, ia memainkan pipet yang sengaja aku beli untuk membantu pertumbuhan giginya. sedangkan Rai yang baru selesai mengecek mobil bergegas masuk setelah membersihkan tangannya dengan tisyu basah.
rambutnya yang sudah panjang ia biarkan tergerai indah, kacamata dengan frame tebal hitamnya sangat pas melengkapkan hidung bengirnya, dengan kemeja panjang biru langit tipis yang menerawang tanktop hitamnya, sangat cocok berpadu dengan celana pendek sebatas pahanya warna coklat susu. sebenarnya aku mulai cemburu saat akhir-akhir ini pakaian yang dia kenakan agak feminim, namun juga merasa senang dan bangga karna ia begitu cantik dengan polesan make up tipisnya.
memandangi rambut panjang lurusnya aku jadi mengingat kembali seseorang yang juga memiliki rambut panjang dan indah sepertinya, seperti aku tidak menyadari jika rambutnya telah tumbuh menjadi indah, mungkin karna aku selalu bersamanya, menyaksikan proses tumbuhnya mahkota indah itu pada dirinya. belum lagi paksaan aku dan Shaly yang selalu mengajaknya perawatan rambut di waktu luang, dan beberapa vitamin rambut yang selalu di belikan Brisata setiap kali ia pulang dari luar negeri, menjadi alasan pendukung tumbuh sempurnanya rambut hitam lebat itu.
sangat cantik.
"kamu jangan terlalu terpana sama aku gitu deh, nanti jatuh cinta. itu Gemi mainannya jatuh"
aku terperanjat, mengambil mainan Gemi dan mengelapnya dengan tisyu basah, dia menyebalkan sekali jika sedang membahas jatuh cinta, apa mungkin karna aku tidak pernah mengatakan jika aku mencintainya jadi dia juga tidak bisa membaca perasaanku?
cantiknya berkurang 1% sekarang.GEMINIONS

KAMU SEDANG MEMBACA
Geminions (END)
Teen FictionGxG. Semua berawal dari pernikahan terpaksa. Pernikahan kontrak, bahkan perceraian yang sudah diatur waktunya. Namun semua berubah, Raigemi begitu mampu memikatku. Apa aku akan berhasil mempertahankan pernikahan pura-pura ini menjadi nyata? -Megan-