"Tapi kita benar benar membutuhkan uang, sayang..." Pria paruh baya itu menatap sayu istrinya.
"Tapi tetap saja bukan seperti itu caranya.." Wanita paruh baya yang masih cantik itu menghela nafas menatap suaminya.
"Lalu bagaimana? Kamu ingin perusahaan kita yang sudah besar itu berakhir dengan buruk?" Ucapan pria itu membuat istri nya terdiam.
"Tapi Kazuki... Dia anakmu.." Ayasa berucap.
"Kita tidak punya pilihan lain... Dan Aku tidak peduli dengan nya.." Perkataan terakhir itu sengaja tidak ia besarkan agar istri nya tidak mendengar ucapannya.
Di saat yang bersamaan pula, anak sulung dari keluarga tersebut pulang dengan wajah yang terlihat sangat lelah.
"Mau bagaimana pun kita harus menyerahkannya..." Ucapan Kazuki membuat Lisa berhenti berjalan saat ia hendak melewati ruang tamu.
"Asa bukan lah barang, Kazuki..." Ucapan Ayasa membuat Lisa menyirit.
"Tapi aku benar benar membutuhkan uang itu... Hanya dengan Furoki kita bisa mempunyai uang yang sangat banyak untuk mengatasi perusahaan.." Ucap Kazuki.
"Ayo lah, sayang.." Ucap Kazuki lagi.
"Asa hanya anak yang tidak tahu menahu apa yang terjadi, Kazuki... Sangat berbahaya baginya.." Ucap Ayasa.
"Apapun yang terjadi aku akan menyerahnya pada Furoki." Ucap Kazuki.
"Menyerahkan apa?" Lisa yang masuk ke ruang tamu membuat keduanya menoleh.
"Kamu baru kembali, sayang?" Ayasa bertanya.
"Kamu ingin menjual adik kecil ku dengan orang asing, huh?" Lisa menatap datar Kazuki.
"Bukan urusanmu, Lisa." Ucap Kazuki yang tak kalah datar.
"Kamu tidak bisa melakukan hal itu... Kamu saja tidak mengizinkan nya keluar dari rumah selama ini... Bagaimana bisa kamu ingin menjualnya?" Lisa bersedikap dada.
"Sudah ku bilang ini bukan urusanmu..." Ucap Kazuki.
"Apapun yang berkaitan dengan adik ku, itu adalah urusan ku... Begitu juga dengan Chisa." Lisa menatap tajam sang papa.
"Jika hal ini terjadi, maka aku tak akan pernah menganggapmu sebagai ayahku lagi, pak.." Ucap Lisa.
"Aku tidak peduli dengan ucapanmu... Sekali lagi ku katakan, ini bukan urusanmu." Ucap Kazuki sebelum pergi dari sana meninggalkan keduanya.
Lisa yang mendengar itu berdecih, Ayasa hanya menghela nafas dan menatap Lisa yang masih sedikit kesal.
"Aku tak ingin terjadi sesuatu pada adikku yang terlalu penurut dan polos itu..." Ucap Lisa sebelum pergi menuju kamar Asa.
"Lisa.." Ucap Ayasa.
"Katakan pada papa, aku akan melakukan segala hal agar perusahaan papa kembali membaik... Dan Asa tidak di jual dengan orang yang bernama Furoki." Ucap Lisa.
Lisa bisa melihat Asa yang sudah tertidur pulas dengan Chisa yang berada di samping nya.
Lisa rasa keduanya ketiduran saat menonton film karena Lisa bisa melihat ponsel milik Chisa masih menyala dengan sebuah film.
Lisa perlahan mendekati Asa yang tertidur, ia sedikit menunduk.
"Ah kamu terlalu cepat tidur..." Lisa menyelipkan anak rambut Asa kebelakang telinganya.
"Chisa..." Lisa yang perlahan membangunkan adiknya itu.
Chisa yang sedikit terusik itu terbangun sembari terduduk.
"Kamu baru kembali?" Chisa bertanya sembari mengucek ngucek matanya.
"Ada yang ingin ku katakan padamu..." Ucap Lisa.
"Jika itu soal perusahaan ku, katakan lah besok..." Ucap Chisa yang hendak berbaring.
"Tidak... Ini soal Asa dan papa." Lisa yang menahan Chisa.
"Ada apa?" Chisa menyirit.
❢❢
"Kamu sedang tidak bercanda kan?" Chisa yang baru saja membuka kaleng soda nya itu kembali menatap saudarinya.
"Tidak... Aku sedang tidak bercanda..." Lisa yang menggeleng.
Keduanya sedang berada di dapur karena Lisa yang menariknya keluar dari kamar si adik bungsu.
"Asa benar benar akan di jual dengan orang asing..." Ucap Lisa.
"Apa yang terjadi? Apa perusahaan papa benar benar sangat turun sehingga adikku di jual dengan orang jahat?" Chisa merengut.
"Ya... Aku mendengar nya dia membutuhkan uang banyak untun perusahaan... Padahal kita bisa mengatasinya dengan cara lain.." Ucap Lisa.
"Ck, aku sangat tidak setuju... Bagaimana jika Asa berada di tangan orang yang jahat? Itu sangat berbahaya.. Aku tak ingin hal buruk terjadi padanya, aku benar benar sangat tidak setuju... Adikku terlalu polos dan penurut... Itu sangat berbahaya jika dia menuruti perkataan aneh dari si penjahat nantinya.." Ucap Chisa panjang lebar membuat Lisa menghela nafas menatapnya.
"Ya aku tau, bawel... Aku tau kau juga sangat tidak setuju..." Ucap Lisa menatap intens.
"Katakan pada pria bajingan itu bahwa aku akan membantunya mengatasi perusahaan dengan cara lain tanpa melibatkan Asa." Ucap Chisa.
"Aku sudah mengatakannya, dia tidak mendengarkan ku.." Ucap Lisa.
"Ck, pak tua itu selalu saja berbuat yang tidak baik pada anak bungsu nya... Apa dia lupa bahwa adikku juga anaknya? Aku akan membunuh----
Ucapan Chisa terpotong karena Lisa yang dengan sengaja menyodorkan roti coklat ke mulutnya agar diam.
"Chisa... Kamu terlalu bawel..." Ucap Lisa memutar bola mata malas.
"Aku juga benar benar tidak setuju..." Lanjut Lisa.
"Kau harus tau bahwa kepala adik kita terluka karena nya.." Ucapan Chisa itu membuat Lisa menoleh.
"Apa yang terjadi?" Lisa merengut.
"Aku tidak tau.. Asa hanya mengatakan bahwa papa kembali memukul nya dan juga membenturkan kepalanya.." Ucap Chisa.
"Ck..." Lisa yang beranjak dari duduknya.
"Hey kau ingin kemana, tua?!" Chisa menyirit.
"Menemui ayahmu."
Lisa kembali berjalan menuju kamar orangtuanya, beruntung nya pintu kamar orangtuanya belum terkunci sehingga ia menyelonong masuk kedalam.
"Apa yang terjadi dengan mu?"
Kedua orangtua nya tertegun melihat Lisa yang masuk begitu saja bersama dengan Chisa.
"Berhentilah melukai adikku hanya karna kamu stres memikirkan perusahaan." Lisa mendekati Kazuki.
"Jangan melakukan kekerasan pada adikku." Lisa dengan kasar menarik piyama Kazuki sehingga Kazuki tercekat.
"Lisa!" Ayasa yang sedikit terkejut.
"Jika kau benar benar menjual adikku... Aku benar benar akan melakukan hal yang lebih dari sebelum nya kepada mu.." Lisa yang menggertak kan giginya.
"L-lepaskan aku, Lisa." Kazuki yang tercekat.
"Kau tidak bisa menyentuh adik bungsu ku."
Vote and comment😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelinci Kecil Tuan Muda (RORASA)
Teen FictionTIDAK ADA TERKAIT NYA DENGAN IDOL ASLI!! 18+ Rorasa G!P Futa