8. Musuh

136 11 1
                                    

Di kamar yang luas itu terlihat seorang pemuda tengah bergulung di dalam selimutnya dengan nyaman, suasana di kamar itu begitu sunyi dan hanya ada suara dentingan jam dinding.

Seokmin yang masih terlelap saat itu, sejuknya angin pagi yang masuk melalui sela jendela kamarnya membuat pemuda itu semakin betah untuk bersembunyi di dalam selimut tebalnya.

"Lee Seokmin! Bangun sekarang." Ucap ny. Lee dengan suara yang nyaring khas ibu-ibu agar putra tunggalnya itu bangun dari tidur pulasnya.

Mata yang terpejam itu perlahan mengerjap, beberapa kali mengernyit untuk menyamankan mata dari cahaya lampu di kamarnya.

"Iyaa Seokmin bangun..." suara berat itu terdengar hingga keluar kamar agar sang ibu mendengarnya.

"Cepet siap-siap terus turun, sarapan."

Pemuda bangir itu tidak menyaut, setelah dirasa sang ibu tidak lagi berteriak diluar kamarnya ia tidak langsung bangun dan pergi mandi, melainkan kembali menarik selimutnya untuk memejamkan matanya barangkali 5 menit—

"Mami tau ya kamu tidur lagi, bangun Seokmin!" Seokmin tersentak saat kembali mendengar suara ibunya, ternyata ny. Lee masih berdiri diluar menunggu tanda-tanda anaknya sudah bangun untuk bersiap atau justru kembali tidur. Ia tau betul sifat anaknya itu.

Meskipun Seokmin mendengus kesal ia tetap menurut dan turun dari kasur empuk nya. Mengambil handuk dan pergi kekamar mandi. 15 menit berlalu pintu kamar mandi itu terbuka menampakan sosok Seokmin yang hanya melilitkan handuknya dipinggang dengan rambut basahnya. Ia beralih mengeringkan rambut dan pergi membuka lemari untuk memakai seragam nya.

Selesai bersiap, ia mengambil tas sekolah dan menggantungkan nya dipundak, berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"Nih rotinya, susunya juga diminum..." Seokmin mengangguk dan menerima roti yang diberikan ibunya itu. Sementara pria paruh baya yang berstatus sebagai ayah nya hanya memperhatikan putra nya dalam diam.

"Kamu akhir-akhir ini bahagia banget, kamu punya pacar ya?" Tanya tn. Lee tiba-tiba membuat Seokmin tersedak roti yang ada dimulutnya. Pemuda bangir itu buru-buru meraih segelas susu dan meminumnya.

"Iya, mami perhatiin dari tiga bulan lalu kamu murung aja, sekarang ceria banget... ada apa?" Tanya ny. Lee ikut penasaran.

Orang tua Seokmin memang tidak mengenal Vano sejak awal, Seokmin tidak sempat mengenalkan mantan kekasihnya itu pada mereka dan juga membuat semua orang dikediaman keluarga Lee ini bingung dengan tingkah Seokmin yang murung lalu tiba-tiba ceria akhir-akhir ini.

"Nggak punya pacar Seokmin pi..." jawab Seokmin.

"Hmm... agak kurang percaya, tapi kalo punya mah dikenalin ke kita, mami mau liat selera kamu kayak gimana." Ujar ny. Lee.

"Baru berusaha mi, nanti kalo jadian Seokmin langsung kenalin..." ucap Seokmin pelan.

"Emang kayak gimana orang yang kamu deketin nak?" Tn. Lee mengeluarkan suaranya.

"Ada deh, nanti juga aku kenalin kok... Seokmin berangkat deh, dah mami... dah papi." Ucapnya sambil meminum susu hangatnya dengan terburu, ia tak mau di interogasi lebih lanjut oleh kedua orang tuanya itu.

"Hati-hati!" Seokmin mengangguk lalu melangkah keluar menuju halaman rumah dan mendekati motornya yang terparkir tak jauh darinya. Ia memakai helm, menyalakan mesin dan menjalankan motornya meninggalkan rumah itu.

•••••

Jisoo sudah berada di parkiran sekolah, motornya sudah selesai servis dan ia bisa membawanya hari ini. Setelah memarkiran motor kesayangannya itu, Jisoo melangkah pergi menuju koridor yang terlihat sedikit sepi, mungkin karena masih terlalu pagi.

Believe It (SeokSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang