A Wife For My Husband (On Going)

10 Keraguan

10 Keraguan

"Kamu tahu nggak sih, kalau Dania itu gila? Memiliki penyakit kejiwaan? Kamu mau membahayakan Ben?" Clarin memutuskan untuk menemui Samuel setelah kejadian memalukan di pesta ulangtahunnya malam itu.

Dia tidak begitu menyukai Samuel, tapi apapun yang menyangkut Dania akan dia hancurkan. Akan dia rebut!

"Dia bahkan menyiapkan segalanya untuk Ben pagi ini. Sarapan, bekal, mengantar Ben sekolah, dia juga masih sempat mengurusku termasuk bekal makan siangku. Orang gila mana yang akan melakukan hal itu?"

"Lihat video ini, dia bicara sendirian. Masih banyak saksi, tanya saja dengan teman satu sekolahnya!" Clarin menunjukkan video-video saat Dania berbicara seorang diri dengan senyuman puas. Apalagi saat wajah Samuel terlihat sangat terkejut.

Samuel menatap layar ponsel yang Clarin tunjukkan dengan kening berkerut. Dalam video tersebut, Dania terlihat berbicara sendiri, seolah ada seseorang di hadapannya. Meskipun rekaman itu singkat, cukup untuk menimbulkan keraguan di benaknya. Clarin yang duduk di seberangnya, menyadari ekspresi Samuel yang mulai berubah.

"Lihat? Aku nggak bohong, Samuel. Dania itu nggak waras!" Clarin mengulang pernyataannya dengan nada yakin. "Kamu bisa tanya siapa saja, semua orang tahu kalau dia punya masalah kejiwaan. Aku hanya khawatir sama Ben. Apa kamu rela anakmu diasuh oleh seseorang seperti dia?"

Samuel menelan ludah, pikirannya bergolak. Clarin memanfaatkan momen ini untuk terus menekan. "Samuel, kamu laki-laki cerdas, kamu tahu kan apa yang terbaik buat Ben. Aku hanya nggak mau kamu menyesal nanti, setelah semuanya terlambat."

Samuel tetap terdiam, menatap video itu berulang-ulang. Dia tahu Dania memang berbeda, tapi apakah itu berarti dia gila? Apakah dia benar-benar membahayakan Ben?

Namun, hatinya enggan untuk langsung mempercayai Clarin. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang terasa manipulatif, terlalu bersemangat ingin membuat Dania terlihat buruk. Apalagi, setelah semua yang terjadi di pesta ulang tahun Clarin, Samuel tidak bisa begitu saja percaya pada apa yang Clarin katakan.

"Aku nggak bisa cuma percaya dengan video ini, Clarin," kata Samuel akhirnya, suaranya rendah tapi tegas. "Aku perlu bicara dengan Dania sendiri, mendengar penjelasannya. Dia sudah melakukan banyak hal untuk Ben, dan aku nggak akan menghukumnya hanya berdasarkan ini."

Clarin mendengus, wajahnya yang semula puas kini berubah kesal. "Samuel, aku hanya mencoba melindungi kamu dan Ben. Tapi kalau kamu lebih memilih untuk percaya pada perempuan gila itu, ya sudah, itu keputusanmu."

Samuel menatap Clarin dengan mata yang dingin. "Terima kasih atas perhatianmu, Clarin. Tapi aku akan membuat keputusan sendiri mengenai Dania. Dan soal ini, aku ingin kamu tidak ikut campur lagi."

Clarin terdiam, menatap Samuel dengan kemarahan yang ia tahan. Dia merasa kalah, namun dia belum menyerah. Sebelum pergi, dia menambahkan, "Kalau sesuatu terjadi sama Ben, jangan bilang aku nggak pernah memperingatkanmu."

Clarin kemudian beranjak pergi dengan langkah berat, meninggalkan Samuel yang masih terdiam dengan pikirannya sendiri. Video itu masih terputar di layar ponselnya, namun kini, rasa sayangnya pada Dania membuatnya merasa perlu menemukan kebenaran sendiri, bukan hanya mempercayai apa yang dilihatnya di video tersebut.

*****

Ben berlari ke arah Dania dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Tubuh kecilnya gemetar, dan suaranya pecah saat dia menangis, "Mama Dania! Ada nenek! Tapi... tapi wajahnya... rusak..."

Dania segera berjongkok, meraih tubuh kecil Ben dan menariknya ke dalam pelukan. Dia merasakan ketakutan yang begitu nyata dari bocah itu, membuat hatinya ikut teriris. "Ben, sayang, tenang, Mama di sini," bisiknya lembut sambil mengusap punggung Ben.