Dania terbangun perlahan, merasakan dinginnya kompres yang diletakkan di dahinya. Pandangannya masih sedikit kabur, namun ia langsung tersadar saat melihat Samuel tertidur di sisi kanannya, wajahnya yang tampak lelah namun damai terkulai di atas bantal. Di sisi kirinya, Ben kecil juga tertidur lelap, tubuh mungilnya merapat dekat, seakan mencari perlindungan dan kenyamanan dari ibunya.
Jantung Dania seketika berdegup kencang, setiap detaknya menggetarkan hati yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan. Bibirnya melengkung sempurna, membentuk senyum lembut yang tulus. Wajahnya terasa memanas, tidak hanya karena demam yang belum sepenuhnya reda, tapi juga karena perasaan hangat yang meluap dalam hatinya—sebuah kebahagiaan yang begitu murni dan langka.
Pemandangan ini, Samuel dan Ben yang tertidur di sampingnya, membuatnya merasa terlindungi, diterima, dan dicintai dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Baginya, ini adalah momen yang sempurna, sebuah potret keluarga yang selama ini hanya bisa ia impikan.
Dania menghela napas pelan, menikmati setiap detik yang terasa begitu berarti. Tangan kanannya bergerak pelan, tanpa sengaja menyentuh lengan Samuel yang masih dalam posisi tidur. Sentuhan itu terasa hangat, menyalurkan energi yang menenangkan ke seluruh tubuhnya.
Ia merasakan desakan air mata di sudut matanya, bukan karena kesedihan, tetapi karena rasa syukur yang mendalam. "Inikah rasanya dicintai?" pikirnya, sambil menatap Samuel yang masih terlelap. Dania merasa hatinya meleleh, terutama ketika ia melihat Samuel yang tampak begitu peduli, begitu lembut di tengah kekacauan yang baru saja terjadi.
Dengan hati-hati, Dania memiringkan tubuhnya sedikit ke arah Ben, menatap wajah polos anak kecil itu yang membuatnya tersenyum. "Aku sangat menyayangimu, Ben." bisiknya dalam hati, menyentuh lembut rambut Ben yang acak-acakan.
Dania tahu bahwa jalan di depan mereka mungkin tidak akan mudah, dengan segala rintangan yang masih harus dihadapi. Tapi untuk saat ini, di antara dua orang yang begitu berarti baginya, Dania merasa lebih kuat. Ia bertekad untuk melindungi kebahagiaan ini, apapun yang terjadi.
Mengembuskan napas panjang dan dalam, Dania mencoba menenangkan dirinya, menikmati kehangatan yang tercipta dari kebersamaan mereka. Namun, ketika ia kembali menghadap Samuel, tiba-tiba pria itu membuka matanya.
Seketika, Samuel bangkit dari tidurnya, meraih handuk di dahi Dania, dan dengan gerakan lembut namun tegas, membasuhnya kembali dengan air dingin. Sentuhan itu membuat Dania merasa diperhatikan dengan cara yang baru, berbeda dari sebelumnya.
"Kenapa sampai sakit?" Samuel bertanya dengan nada cemas yang tersembunyi di balik suaranya yang tenang. "Karena Aleksa lagi? Kata Ben, dia menganggumu. Aku sudah membuat perhitungan padanya."
Mata Dania membulat mendengar kata-kata Samuel. Membuat perhitungan? Apa maksudnya? Dalam benaknya, ia mencoba memahami maksud Samuel yang terdengar serius.
"Maksudmu?" Dania bertanya dengan nada cemas, matanya menatap Samuel penuh tanya.
"Ya, aku memintanya untuk menjauh dan tidak menganggumu lagi. Jika dia masih nekat, aku akan menegur perusahaannya. Suaminya, si cemen itu, kan? Gembel yang dipercaya mertua untuk memimpin? Mereka benar-benar membuatku muak," jawab Samuel dengan nada tegas yang jarang ia gunakan.
"Iya, tapi—" Dania mencoba menjelaskan, tetapi Samuel langsung memotongnya lagi.
"Sudahlah, jangan pikirkan lagi. Aku akan buatkan kamu makanan, kamu harus minum obat, jadi perut tidak boleh kosong," kata Samuel sambil bangkit dari ranjang, tidak memberinya ruang untuk berargumen lebih lanjut.
Dania hanya bisa tersenyum saat melihat Samuel beranjak pergi, jantungnya berdetak lebih cepat, merasakan perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya. Ada kehangatan, kebahagiaan, dan juga rasa penasaran. Kenapa mendadak Samuel menjadi sebaik ini? Sikap Samuel yang protektif membuatnya merasa dihargai dan dilindungi, sesuatu yang selama ini ia rindukan.
Dania memeluk selimutnya lebih erat, mencoba menahan perasaan bahagia yang meluap dalam hatinya. Perlahan-lahan, ia mulai percaya bahwa mungkin, hanya mungkin, mereka bisa melewati semua ini bersama-sama. Samuel telah menunjukkan sisi dirinya yang berbeda—sisi yang penuh perhatian dan peduli, yang siap melindungi orang-orang yang ia sayangi. Dania merasa bahwa mungkin, di balik semua kekhawatiran dan keraguannya, ada cinta yang perlahan tumbuh di antara mereka.
Dan itu adalah harapan yang cukup untuk membuatnya terus berjuang.
Samuel kembali ke kamar dengan semangkuk bubur hangat di tangannya. Tatapannya penuh perhatian saat ia mendekati tempat tidur di mana Dania berbaring. "Ayo, kamu harus makan sedikit dulu sebelum minum obat," katanya dengan lembut, menyodorkan sendok berisi bubur ke arah Dania.
Dania tersenyum lemah, namun senyum itu tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa Samuel akan sejauh ini memperhatikannya. Samuel, yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya, kini ada di sini, merawatnya dengan penuh kasih. "Aku bisa makan sendiri, Samuel," ujarnya pelan, meski dalam hatinya ia merasa senang diperlakukan seperti ini.
"Tidak usah. Kali ini biar aku yang melakukannya," Samuel menegaskan dengan nada yang tidak bisa dibantah. Dia menyuapkan sendok pertama ke mulut Dania, memperhatikan dengan cermat apakah Dania benar-benar menikmati makanan itu. "Enak, kan?" tanyanya dengan senyum tipis yang membuat Dania merona.
Sambil mengunyah pelan, Dania menatap Samuel dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa nyaman, terlindungi, dan—anehnya—lebih dicintai daripada sebelumnya. Samuel terus menyuapinya, dan Dania menerima setiap suapan dengan sukacita, meski perasaannya yang campur aduk tak bisa ia tolak.
Namun, di saat keintiman itu terjalin, Dania merasakan kehadiran lain di ruangan tersebut. Nalurinya segera menoleh ke arah jendela, di mana sosok Nadya, hantu dari masa lalu Samuel, berdiri dengan ekspresi nakal. Nadya tersenyum jahil dan mengedipkan mata, seolah-olah sedang menyoraki Samuel yang kini begitu manis menyuapi Dania.
"Lihat tuh, Sammy, akhirnya kamu bisa juga memperlakukan wanita dengan baik," kata Nadya dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Dania. Meski ucapannya terasa seperti ejekan, di baliknya ada rasa puas dan kebanggaan.
Dania hampir tersedak mendengar kata-kata itu, tapi ia berusaha tetap tenang. Samuel, yang tidak menyadari kehadiran Nadya, segera memberikan air putih kepada Dania. "Pelan-pelan, jangan buru-buru," katanya dengan nada khawatir.
Dania menerima gelas itu, mencoba menenangkan dirinya sambil mencuri pandang ke arah Nadya yang masih berdiri di sana. Tatapan mata mereka bertemu, dan Dania bisa merasakan perasaan hangat dari Nadya, seolah-olah hantu itu mendukung hubungannya dengan Samuel.
"Teruskan, Sammy. Dia butuh kamu," Nadya melanjutkan dengan senyum yang kini terlihat lebih tulus.
Dania menelan air liurnya, merasa sedikit lega. Tatapannya kembali ke arah Samuel, yang kini sedang mempersiapkan suapan berikutnya. "Samuel, terima kasih," ujarnya dengan suara lembut yang mengandung makna mendalam.
Samuel tersenyum, dan suapan berikutnya kembali masuk ke mulut Dania. Di luar jendela, Nadya perlahan memudar, meninggalkan keduanya dalam kehangatan dan cinta yang semakin tumbuh di antara mereka. Momen itu terasa sempurna, meski diwarnai oleh kehadiran hantu yang tetap berusaha menjaga keluarga kecil mereka.
Samuel menatap Dania dengan penuh perhatian, lalu dengan suara yang hampir berbisik, dia berkata, "Aku akan selalu ada untuk kamu, Dania. Kamu tidak perlu menghadapi semuanya sendirian." Kata-kata itu menembus hati Dania, membuatnya merasa lebih kuat dan siap menghadapi apapun yang ada di depan mereka.
Dania tersenyum, perasaan hangat menyelimuti hatinya. Dia tahu, di balik segala rintangan dan kesulitan, Samuel adalah sosok yang akan selalu mendukungnya. Dengan keyakinan itu, dia meneguhkan tekadnya untuk menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi.
*****
Yang mau baca cepat silahkan kunjungi karya karsa dan googleplay yaaaa
PDF di 085727338248
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wife For My Husband (On Going)
RomanceDania, seorang indigo yang sejak kecil dianggap sebagai aib oleh keluarganya, terutama oleh ayahnya yang lebih memihak ibu dan saudara tirinya. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya muncul setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibunya puluha...