9 Hampir Pada Tempatnya
"Happy birthday, Tante!"
Dania terkejut ketika membuka mata dan melihat pemandangan yang tidak dia duga. Di hadapannya, Samuel dan Ben telah menyiapkan kejutan ulang tahun yang begitu sederhana namun penuh cinta.
Walaupun di pesta tadi dia mengalami banyak hal buruk, dihina oleh keluarganya sendiri, namun saat ini, dia merasa sangat beruntung. Ini adalah pertama kali dia mendapat kejutan pesta ulang tahun setelah ibunya meninggal.
"Ben sudah siapkan hadiah untuk Tante! Ben gambar sendiri, loh! Tante jangan sedih lagi ya? Jangan pikirkan perkataan Tante jahat tadi! Ben sudah mengigitnya dan memberinya pelajaran!" Bocah kecil itu langsung melompat memeluk Dania dengan erat, membuatnya tersenyum hangat.
"Terima kasih ya, Ben?" Dania mengusap lembut puncak kepala bocah kecil itu, merasakan kehangatan dan ketulusan dalam pelukan Ben. "Anak baik, manis, Tante sangat menyayangimu!"
"Aku juga sayang Tante! Aku akan mengizinkan Tante menjadi ibuku!" ucap Ben dengan nada polos yang membuat Dania tertegun sejenak. Kata-kata itu begitu lugas dan jujur, membuatnya merasa haru.
"Aku tidak mau ibu lain! Aku hanya mau Tante Dania!" Ben tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang mungil, matanya bersinar dengan kepolosan khas anak-anak.
"Kamu yakin?" Dania dan Samuel berseru hampir bersamaan, terkejut dengan kepastian yang Ben tunjukkan dalam ucapannya.
"Tentu saja! Tante Dania baik dan selalu melindungiku dari anak nakal! Mulai hari ini, aku akan memanggilnya Mama!" Ben berseru dengan semangat, tanpa ragu sedikit pun. Kata-kata Ben begitu sederhana, tapi mampu menyentuh hati Dania dan Samuel dengan cara yang paling dalam.
Dania terdiam sesaat, merasakan kebahagiaan yang perlahan-lahan mengisi hatinya. Dalam sekejap, semua rasa sakit dan luka yang dia alami sepanjang hari seolah mulai memudar, digantikan oleh kehangatan cinta yang tulus dari Samuel dan Ben. Pesta ulang tahun sederhana ini mungkin tidak megah, tetapi bagi Dania, ini adalah momen yang paling berharga.
Dari arah depan, Nadya tersenyum dengan airmata berlinang. Dia sangat bahagia, sungguh. Nadya harap, Dania akan menjaga keluarganya saat dia berhasil menyebrang nanti. Saat waktu yang diberikan semesta untuknya telah habis.
*****
"Jadi mereka melakukan hal seburuk itu padamu?" Samuel berbicara pelan, nadanya hati-hati. Setelah semua yang terjadi, dia tidak ingin menyinggung atau membuat Dania sedih lagi.
Dania mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Sekarang kamu tahu kenapa aku ingin keluar dari rumah itu? Kenapa aku begitu ingin punya keluarga? Kamu tahu sekarang apa arti 'ingin bahagia' yang selalu aku ucapkan?" Suaranya terdengar penuh kerinduan akan kebahagiaan yang sederhana. Dia menatap ke arah hantu Nadya, mengikuti instruksi yang hanya dia bisa dengar. Dania kemudian memeluk Samuel dengan tiba-tiba, erat dan penuh keyakinan. Kali ini, dia tidak akan lagi merasa ragu-ragu. Dia bertekad untuk benar-benar membuat Samuel menjadi miliknya.
Samuel terkejut sejenak, tapi tidak menolak. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa membuatmu bahagia?" tanyanya, nadanya serius, seakan menimbang beban tanggung jawab yang dia rasakan.
"Apapun keadaanya, aku bahagia bersamamu dan Ben!" jawab Dania cepat, matanya bersinar penuh harapan.
Samuel menghela napas, lalu dengan nada sedikit tajam, dia memotong ucapannya, "Kalau aku tidak bahagia?"
Dania terdiam sesaat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Nadya yang terus bersemangat memberikan instruksi tentang bagaimana cara menghadapi sifat dingin Samuel agar akhirnya meleleh. "Mau tidak mau, kamu harus tanggung jawab kan?" Dania menjawab dengan nada sedikit main-main, namun penuh tekad.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wife For My Husband (On Going)
RomanceDania, seorang indigo yang sejak kecil dianggap sebagai aib oleh keluarganya, terutama oleh ayahnya yang lebih memihak ibu dan saudara tirinya. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya muncul setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibunya puluha...