Aku menggenggam spatula lebih erat saat suara hantu Nadya kembali bergema di telingaku. "Masukkan bawang putih, bawang bombay, kecap asin, kecap manis, saus tiram, lada sedikit saja, dan madu. Kalau sudah harum, tuang ayam yang sudah digoreng tanpa bumbu tadi. Ini adalah resep kesayanganku untuk Ben. Dia pasti akan sangat menyukainya dan makan dengan lahap!" Nadya mengoceh dengan nada yang penuh semangat, sementara aku merasa kepalaku mulai berdenyut.
"Kenapa kamu seperti tidak bersemangat begitu?" tanyanya tiba-tiba, suaranya terdengar sedikit menggoda.
Aku menghela napas panjang, mencoba menahan rasa kesal yang merambat di dadaku. "Ya kamu pikir ini jam berapa? Jam 4 pagi! Aku harus memasak saat semua orang tidur?"
"Ini untuk Ben sarapan besok, kamu panasi pakai microwave. Kalau dimasak pagi bumbunya tidak meresap! Kamu ini!" Nadya bersikeras, suaranya meninggi seolah aku tak punya pilihan lain.
"Iya, kamu ini cerewet sekali!" balasku sambil mengaduk masakan dengan cepat. "Sana bergabung dengan Mbak kunti yang terbang di jendela! Berteman saja sama dia!"
"Kastaku jauh lebih tinggi dari dia!" Nadya mendengus, terdengar tersinggung oleh ucapanku. "Lagipula, kamu harusnya bersyukur. Semenjak ada aku, mereka tidak berani mendekat. Bukankah begitu?"
Aku terhenti sejenak, memikirkan kata-katanya. Benar juga, semenjak kehadiran Nadya, hantu-hantu lainnya tidak lagi mendekat. Mereka hanya memandangiku dari jauh, seperti takut atau segan pada sosok Nadya yang selalu mengintilinya.
"Karena aku orang baik, aku diberi keistimewaan. Energiku jauh lebih besar dari hantu-hantu lainnya!" Nadya berkata dengan nada bangga, seolah menjelaskan sesuatu yang sangat penting.
"Benarkah?" tanyaku skeptis, tak yakin harus mempercayainya atau tidak.
"Kamu percaya? Benar-benar polos! Itulah mengapa aku merasa kamu cocok menggantikanku!" Nadya tertawa puas, meledekku dengan caranya yang khas.
"Dasar, selalu saja jahil!" Aku mencoba mengabaikan tawa kecilnya, kembali fokus pada masakan yang hampir matang.
"Aku dulu juga seorang indigo saat masih hidup. Sebenarnya kita pernah bertemu, kamu menyelamatkanku saat aku akan melompat dari atas gedung. Karena pembulian. Kamu ingat?" Nadya tiba-tiba berbicara dengan nada yang lebih serius, suaranya membuatku berhenti mengaduk sejenak.
Aku memicingkan mata, mencoba mengingat memori itu. "Kamu yang pakai baju seragam..."
"Ya, sekarang kamu tahu kenapa aku percaya padamu?" Nadya melanjutkan dengan lembut. "Tolong, Dania. Samuel orang baik. Kamu mau jika dia menikah dengan Clarin licik itu? Bagaimana jika anakku disiksa?"
Aku menghela napas panjang, merasa terjebak dalam dilema yang semakin rumit. "Jadi ini semua hanya untuk menguntungkanmu?"
Nadya tertawa kecil. "Samuel sangat kaya! Daripada kamu harus menghadapi orang tuamu yang menyebalkan itu, lebih baik kamu hidup bahagia dengan Samuel. Jika perlahan dia mencintaimu nanti, dia akan meratukanmu! Percaya padaku!"
Aku ingin menanggapi, tetapi suara langkah kecil mendekat menghentikan pembicaraan kami. Ben keluar dari kamar, matanya setengah tertutup karena kantuk. Dia berjalan ke arahku dengan langkah gontai, mengucek matanya, dan mengendus aroma masakan yang baru saja kuangkat dari wajan.
"Kenapa baunya seperti masakan Mama?" Ben bertanya dengan nada sedih, matanya yang kecil menatapku penuh harap.
Jantungku berdegup kencang, seolah waktu berhenti sejenak. Jadi Ben benar-benar mengenalinya hanya dari aroma? Hantu Nadya, yang semula berada di sampingku, terlihat menangis. Dia melayang-layang perlahan menjauh, meninggalkan rumah. Mungkin kekhawatirannya tentang putranya inilah yang membuatnya belum bisa menyeberang ke alam lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/373186641-288-k541770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wife For My Husband (On Going)
RomansaDania, seorang indigo yang sejak kecil dianggap sebagai aib oleh keluarganya, terutama oleh ayahnya yang lebih memihak ibu dan saudara tirinya. Kemampuan luar biasa yang dimilikinya muncul setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibunya puluha...