Yaya🌸 X Blaze🔥
Yaya duduk termenung di kursi ruang tamu, matanya menatap kosong ke arah layar ponselnya yang menyala. Berita itu terlalu mengerikan untuk ia terima.
"Rumah keluarga Blaze terbakar habis, dan diduga ada korban jiwa."
Kata-kata itu masih berputar-putar dalam pikirannya. Meski berita itu sudah tersebar di seluruh sosial media dan grup chat sekolah, Yaya merasa sulit mempercayainya.
Blaze... cowok jahil itu... Apa benar rumahnya terbakar? Apa benar dia...?
Yaya menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang perlahan menggenang di sudut matanya. Bayangan tentang Blaze, si badboy yang selalu mengganggu dan menjahilinya, terlintas di pikirannya. Meski sering bertengkar kecil dengannya, Yaya tak bisa memungkiri bahwa dia sebenarnya merindukan kehadiran Blaze.
“Yaya, gimana sih lo? Masa berita gede kayak gini lo bisa nggak tahu?” tanya Fang tadi di chat grup.
Semua orang di grup langsung menebar simpati dan doa untuk Blaze dan keluarganya, tapi Yaya justru membeku. Baginya, Blaze adalah sosok yang tak tergantikan. Bahkan dalam segala kenakalannya, ada kenangan-kenangan manis yang membuat Yaya tersenyum.
Yaya memejamkan matanya, membiarkan pikirannya melayang pada momen-momen ketika Blaze sering menjahilinya.
---
“Aduh, Yaya! Hati-hati dong!” Blaze tertawa lepas saat Yaya terpeleset setelah melewati jalan becek di belakang sekolah. Ternyata itu semua ulah Blaze yang sengaja menuang air dari botol minumnya di jalan yang dilalui Yaya.
“Blaze! Lo tuh emang nggak ada kerjaan selain ngerjain orang!” teriak Yaya kesal sambil membersihkan rok sekolahnya yang kotor. Namun, Blaze malah terus tertawa, menikmati reaksi kesal Yaya. Meski jengkel, Yaya tahu kalau ini adalah caranya untuk mendapat perhatian darinya.
“Kalau lo ngambek gitu, jadi makin lucu,” ujar Blaze sambil menyeringai jahil. Yaya hanya mendengus dan memalingkan wajahnya, berusaha mengabaikan tawanya yang menggemaskan.
Di lain waktu, Blaze pernah mengerjai Yaya dengan memasukkan cicak palsu ke dalam tasnya. Saat Yaya membuka tas dan melihat cicak itu, dia langsung melompat ketakutan. Blaze yang menyaksikan dari kejauhan langsung tertawa terbahak-bahak, puas dengan reaksinya.
“Blaze! Lo tuh nyebelin banget tau nggak!” protes Yaya sambil mengejar Blaze yang lari menghindar. Tapi, di balik marahnya, Yaya tak bisa menahan senyum saat memikirkan betapa menyenangkan rasanya bermain kejar-kejaran seperti itu.
Blaze mungkin jahil dan sering membuat Yaya jengkel, tapi tak bisa dipungkiri bahwa kenakalannya itu adalah bagian dari keseharian Yaya yang ia rindukan.
Namun, semua mulai berubah saat itu.
Hari itu, suasana sekolah seperti biasa—ramai dengan siswa-siswi yang lalu-lalang. Yaya sedang berjalan menuju kelas, sibuk membaca catatan pelajaran di tangannya. Fokusnya teralihkan sejenak ketika ia melihat Blaze dari kejauhan. Seperti biasa, senyum nakal di wajah Blaze selalu menjadi pertanda bahwa dia sedang merencanakan sesuatu.
Yaya merasa sedikit waspada, tapi mencoba mengabaikannya dan kembali fokus pada catatannya. Namun, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang basah menetes dari atas. Saat ia menengadah, sebuah balon air pecah tepat di atas kepalanya, membuatnya basah kuyup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Romance
Fanfiction[Sebenarnya kumpulan cerita One/two/three-shoot] Cinta yang tulus tidak selalu perlu diumbar dengan kata-kata. Kadang, keheningan dan momen-momen kecil cukup untuk membuat perasaan itu terasa nyata, meskipun belum terungkap sepenuhnya. era #boya