Mimpi Si Kecil

361 23 2
                                    








Yaya🌸 X Sori☀️☘️






Di antara anak-anak kecil yang bermain di sekitar taman, ada seorang bocah laki-laki bernama Sori. Usianya baru tujuh tahun, namun matanya yang besar dan ceria selalu memancarkan rasa ingin tahu yang luar biasa.

Setiap kali Sori datang ke taman, ia selalu membawa sebatang cokelat yang diberikan ibunya, lalu duduk di bangku panjang, menunggu seseorang yang sangat ia kagumi.

Sori kecil mengagumi seorang wanita yang sering ia lihat di taman. Wanita itu, dengan senyum manisnya dan kerudung merah muda yang selalu ia kenakan, begitu menarik perhatian Sori.

Setiap kali wanita itu datang, Sori akan diam-diam mengamati dari kejauhan, menyaksikan bagaimana ia berinteraksi dengan teman-temannya. Wanita itu adalah Yaya, seorang gadis SMA yang cerdas, baik hati, dan selalu peduli pada orang lain.

Sori memang masih sangat muda, tetapi ia tahu satu hal dengan pasti: ia ingin menikahi Yaya suatu hari nanti.

Pada suatu pagi, ketika Sori sedang asyik duduk di bangku taman sambil memakan cokelatnya, ia melihat Yaya datang. Hatinya berdegup kencang, dan tanpa sadar ia tersenyum lebar. Yaya, yang sedang berjalan sambil membawa buku, melihat Sori dan tersenyum ke arahnya.

“Hai, Sori! Lagi makan cokelat ya?” Yaya menyapa dengan ramah.

Sori tersipu-sipu. “Iya, Kak Yaya. Ini cokelat kesukaanku.”

Yaya duduk di sebelah Sori, membuat hati bocah itu semakin berdebar. “Kamu sering sekali ke sini, ya? Apa kamu suka main di taman ini?”

Sori mengangguk. “Aku suka. Di sini tempatnya asyik. Apalagi kalau Kak Yaya datang, aku senang sekali.”

Yaya tertawa kecil mendengar jawaban Sori yang polos. “Oh ya? Wah, Kakak jadi senang mendengarnya.”

Sori memandangi Yaya dengan mata berbinar. “Kak Yaya, boleh aku tanya sesuatu?”

“Tentu, Sori. Apa yang mau kamu tanyakan?”

Sori menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberaniannya. “Kak Yaya, nanti kalau aku sudah besar, boleh nggak aku menikahi Kakak?”

Mendengar pertanyaan itu, Yaya terkejut sejenak, lalu tersenyum geli. “Kenapa kamu mau menikahi Kakak, Sori?”

Sori, dengan polosnya, menjawab, “Karena Kak Yaya cantik, baik hati, dan selalu membuat aku senang. Aku mau Kak Yaya jadi istriku.”

Yaya tak bisa menahan tawa kecilnya. Bocah di sebelahnya ini memang sangat lucu dan menggemaskan.

“Sori, kamu tahu nggak, Kakak ini jauh lebih tua dari kamu? Apa nggak keberatan kalau umur kita beda jauh?”

Sori menggeleng dengan mantap. “Umur itu nggak penting, Kak. Yang penting aku suka sama Kakak.”

Yaya kembali tersenyum. Ia tahu Sori masih sangat kecil untuk memahami perasaan yang lebih dalam, tapi ia juga tak ingin meremehkan perasaan tulus bocah itu.

“Terima kasih ya, Sori. Kakak senang kamu bilang seperti itu. Tapi kamu harus tahu, menikah itu nggak hanya soal suka. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu akan mengerti.”

Sori tidak sepenuhnya mengerti, tetapi ia mengangguk seolah memahami. Baginya, yang terpenting adalah perasaannya terhadap Yaya.

“Aku janji, Kak, nanti kalau aku sudah besar, aku akan jadi pria yang kuat dan baik, biar bisa menikahi Kakak.”

Yaya menepuk lembut kepala Sori. “Kakak percaya kamu akan jadi pria yang hebat, Sori. Tapi sekarang, yang penting kamu belajar yang rajin dan bermain dengan teman-temanmu, ya?”

Silent RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang