Yaya🌸 X Gempa🗻
Di SMA Akademi Pulau Rintis, Yaya dan Gempa dikenal sebagai pasangan "Mutually Beneficial Friends" yang kompak. Mereka selalu terlihat bareng, baik itu di kelas, di kantin, atau saat ekstrakurikuler.
Hubungan mereka erat, tapi ada satu aturan yang mereka pegang teguh: mereka bukan pacar.
Mereka cuma teman dekat yang saling membantu, tanpa perasaan romantis. Namun, siapa sangka, semakin lama mereka menjaga aturan itu, semakin kabur batasannya.
---
Suasana di SMA Akademi Pulau Rintis pagi itu seperti biasa, ramai dengan siswa-siswi yang berlarian ke kelas masing-masing. Di sudut halaman sekolah, Yaya dan Gempa sedang duduk di bangku taman, menghabiskan waktu sebelum bel masuk berbunyi. Yaya terlihat sibuk membaca catatan pelajaran, sementara Gempa sesekali melirik jam tangannya.
"Kamu udah siap buat ulangan Matematika nanti, Yaya?" tanya Gempa sambil membuka botol minumnya.
Yaya mengangguk santai. "Udah dong. Kemarin kamu juga udah bantuin aku belajar kan, masa aku nggak siap."
Gempa tersenyum kecil. "Bagus deh. Kalau nanti ada soal yang susah, kita kerjain bareng aja."
Mereka berdua memang sering belajar bareng, saling membantu mengerjakan tugas, bahkan sering diskusi tentang berbagai hal.
Hubungan mereka terjalin sangat dekat, tapi mereka selalu menegaskan bahwa mereka bukan sepasang kekasih.
Aturan mereka simpel: saling membantu dan peduli, tapi jangan sampai ada perasaan yang lebih dari itu.
Meskipun begitu, teman-teman di sekolah sering meledek mereka karena kedekatannya. “Eh, kalian berdua nggak bosen apa selalu bareng?” tanya seorang teman sekelas mereka, Ying, sambil menyeringai jahil.
“Duh, Ying, berapa kali sih harus aku bilang? Aku sama Gempa itu cuma temen dekat,” jawab Yaya sambil mengangkat bahu. “Nggak lebih dari itu.”
“Yakin?” Ying melirik Gempa yang cuma tertawa kecil. “Kadang-kadang, perasaan itu datangnya tanpa diundang, loh.”
Gempa yang mendengar percakapan itu cuma tersenyum tipis. “Santai aja, Ying. Kita tahu batasnya kok,” jawabnya ringan.
Ying hanya mengangkat alis dan pergi sambil bergumam pelan, “Kita lihat aja nanti.”
Setelah Ying pergi, suasana kembali tenang. Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Yaya. Entah kenapa, kata-kata Ying tadi terus terngiang di kepalanya. Apakah benar mungkin perasaan bisa berubah seiring waktu?
Dia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran itu.
---
Waktu terus berjalan, dan hubungan Yaya dan Gempa tetap seperti biasanya. Namun, seiring dengan semakin seringnya mereka bersama, mulai ada momen-momen kecil yang membuat keduanya merasa bingung.
Suatu sore sepulang sekolah, mereka berdua memutuskan untuk nongkrong di sebuah kafe dekat sekolah. Kafe itu adalah tempat favorit mereka untuk melepas penat setelah seharian belajar. Sambil menunggu pesanan datang, mereka asyik ngobrol tentang hal-hal ringan.
“Eh, Yaya, minggu depan ada acara festival sekolah, kan? Kamu udah siapin apa buat bazarnya?” tanya Gempa sambil memainkan sedotan di minumannya.
“Aku udah rencana mau bikin stand makanan bareng temen-temen cewek di kelas. Kamu mau bantu nggak?” tawar Yaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Romance
Fanfiction[Sebenarnya kumpulan cerita One/two/three-shoot] Cinta yang tulus tidak selalu perlu diumbar dengan kata-kata. Kadang, keheningan dan momen-momen kecil cukup untuk membuat perasaan itu terasa nyata, meskipun belum terungkap sepenuhnya. era #boya