Yaya🌸 X Supra⚡️☀️
Akademi Pulau Rintis selalu menjadi tempat yang ramai dengan aktivitas siswa-siswinya. Sekolah elit ini terkenal dengan prestasi akademik dan keaktifan ekstrakurikulernya. Di antara semua siswa, Yaya adalah salah satu yang paling menonjol.
Selain cantik dan berprestasi, dia juga menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Sebagai sosok yang tegas dan berintegritas, Yaya sering dipercaya untuk memimpin pemeriksaan rutin terhadap barang-barang terlarang di kalangan siswa.
Namun, di balik rutinitas ini, ada seseorang yang menyimpan niat jahat. Sosok ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan selalu tersenyum, tetapi siapa sangka, senyuman manisnya itu menutupi rencana licik yang tersembunyi. Tidak ada yang pernah curiga akan sifat aslinya—kecuali satu orang: Supra.
Supra, seorang siswa pendiam dengan kacamata minus yang rupawan, dikenal sebagai salah satu siswa terpintar di kelasnya. Meski penampilannya sederhana, banyak siswi diam-diam mengaguminya karena ketenangan dan kecerdasannya.
Namun, di balik sikap dinginnya, Supra memiliki kepekaan luar biasa terhadap perilaku orang lain. Dia mampu membaca gerak-gerik dan ekspresi kecil yang sering kali terlewatkan oleh orang lain. Dan entah bagaimana, dia merasa ada yang tidak beres dengan seseorang di kelas mereka.
Pagi itu, pemeriksaan tas rutin dilakukan oleh OSIS. Yaya memimpin jalannya pemeriksaan, sementara siswa-siswi lainnya berbaris dengan tertib menunggu giliran. Semuanya berjalan lancar hingga tiba giliran Yaya sendiri.
“Baik, kita lanjutkan ke tas saya,” kata Yaya dengan nada percaya diri. Dengan senyuman yang biasa ia tunjukkan saat menjalankan tugas, ia membuka resleting tasnya. Namun, senyum itu seketika pudar ketika dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya ada di dalam tasnya.
Sebuah kantong kecil berisi barang terlarang terselip di antara buku-bukunya. Yaya terkejut.
“Ini… apa-apaan ini?” tanyanya dengan suara bergetar. Seluruh perhatian tertuju padanya, dan bisik-bisik mulai terdengar di antara siswa yang lain.
Kepala sekolah yang juga hadir dalam pemeriksaan langsung memandang Yaya dengan tatapan serius.
“Yaya, sepertinya kita harus bicara di ruang kepala sekolah. Ini masalah serius.”
Yaya hanya bisa mengangguk, meski rasa bingung dan ketakutan menguasainya. Tidak mungkin dia membawa barang seperti itu. Sebagai wakil ketua OSIS, dia tahu betul peraturan sekolah. Tapi, bagaimana barang itu bisa ada di dalam tasnya?
Saat Yaya dibawa ke ruang kepala sekolah, seseorang di antara kerumunan siswa tersenyum kecil—senyuman yang penuh kemenangan, namun tak ada satu pun yang menyadarinya.
Sosok tersebut berhasil menyusun rencana dengan sempurna, memastikan Yaya terjebak dalam skenario ini. Di sisi lain, Supra yang sejak awal merasa ada yang tidak beres, mengamati semua dengan diam-diam.
Setelah beberapa saat, Supra berjalan mendekati ruang kepala sekolah. Dia ingin memastikan Yaya baik-baik saja dan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini.
Namun, saat dia hendak memutar kenop pintu untuk masuk, sebuah tangan kecil tiba-tiba menahan pergelangan tangannya.
Supra menoleh dan melihat Ying, sahabat dekat Yaya, berdiri di sana. Wajah Ying tampak serius, dengan sorot mata yang dingin.
“Supra, jangan masuk. Ini bukan urusanmu,” kata Ying dengan nada datar.
“Aku tahu ini bukan urusanku,” jawab Supra sambil menatap lurus ke arah Ying, “tapi aku tidak bisa diam saja melihat seseorang dijebak untuk sesuatu yang tidak dia lakukan.”
Ying menatap Supra dalam-dalam, dan di balik tatapannya yang penuh ketegangan, ada rasa cemburu yang tak bisa ia sembunyikan. Selama ini, dia selalu merasa bahwa tatapan Supra terhadap Yaya berbeda. Ada perhatian khusus yang Supra berikan kepada Yaya, meski dia berusaha menyembunyikannya.
Ying tidak bisa menerima itu. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini diam-diam dia kagumi lebih memerhatikan sahabatnya daripada dirinya.
“Kenapa kamu selalu peduli sama Yaya? Kenapa dia yang selalu kamu perhatikan? Aku sudah melakukan banyak hal untukmu, tapi kamu tetap saja melihatnya,” kata Ying dengan nada yang sedikit bergetar.
Supra diam sejenak. “Jadi, ini semua rencanamu?” tanyanya pelan, suaranya dingin dan penuh ketegasan.
Ying tersenyum, kali ini senyuman penuh kepahitan. “Kamu tidak akan pernah mengerti, Supra. Aku hanya ingin dia keluar dari hidupmu.”
Supra melepaskan genggaman tangan Ying dengan lembut, tapi tegas. “Maaf, Ying. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi.”
Tanpa berkata apa-apa lagi, Supra membuka pintu ruang kepala sekolah dan melangkah masuk. Di dalam, Yaya sedang mencoba membela diri dengan segala bukti yang bisa ia berikan, tapi semuanya terasa sia-sia. Kepala sekolah tampak tidak percaya dengan penjelasannya.
“Saya tidak tahu bagaimana barang itu bisa ada di tas saya, Pak. Saya tidak pernah menyentuh hal-hal seperti itu,” kata Yaya dengan suara yang mulai serak karena emosi.
Kepala sekolah hanya menggelengkan kepala. “Yaya, kamu tahu ini masalah besar. Bahkan jika kamu tidak mengaku, barang bukti sudah cukup kuat untuk menjatuhkan sanksi serius.”
Saat itulah Supra berbicara. “Pak, maaf jika saya lancang, tapi saya tahu siapa yang sebenarnya membawa barang itu.”
Semua mata langsung tertuju pada Supra, termasuk Yaya yang menatapnya dengan mata penuh harap. Kepala sekolah mengerutkan kening. “Apa maksudmu, Supra?”
Supra menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Saya yang memasukkan barang itu ke tas Yaya.”
Ruangan seketika hening. Kepala sekolah menatap Supra dengan tajam, sementara Yaya terkejut dan hampir tidak bisa berkata-kata.
“Apa yang kamu bicarakan, Supra? Kenapa kamu melakukan itu?” tanyanya dengan suara parau.
Supra tetap tenang. “Ada beberapa alasan pribadi yang membuat saya melakukannya. Tapi saya tidak bisa membiarkan Yaya disalahkan untuk sesuatu yang tidak ia lakukan. Saya akan menerima semua hukuman yang seharusnya diberikan padanya.”
Kepala sekolah tampak bingung dan tidak sepenuhnya percaya dengan pengakuan Supra. “Supra, ini bukan masalah sepele. Kalau kamu benar-benar pelakunya, maka sanksi yang akan kamu terima bisa sangat berat.”
“Saya siap menerima konsekuensinya,” jawab Supra tanpa ragu.
Yaya menatap Supra, masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ada sesuatu di tatapan Supra yang memberitahunya bahwa ini bukan kesalahan yang dia lakukan. Ada sesuatu yang lebih dalam di balik tindakan Supra ini.
Setelah beberapa perdebatan dan penyelidikan lebih lanjut, kepala sekolah akhirnya memutuskan untuk menerima pengakuan Supra dan melepaskan Yaya dari segala tuduhan. Supra diberikan hukuman sesuai dengan peraturan sekolah, meski semua orang tahu bahwa ada sesuatu yang aneh dari pengakuannya.
Di luar ruang kepala sekolah, Ying berdiri diam dengan ekspresi datar. Ketika Supra keluar dari ruangan, dia hanya memandangnya sejenak sebelum berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa.
Senyuman kecil terbentuk di sudut bibirnya, seolah-olah dia puas dengan hasil akhir dari rencananya, meski dengan harga yang mahal.
Supra menatap punggung Ying yang menjauh, menyadari bahwa semua ini adalah hasil manipulasi yang sangat terencana. Namun, dia tidak menyesal telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Yaya.
Dia tahu bahwa dalam hidup, kadang kebenaran harus disembunyikan untuk melindungi orang yang kita pedulikan.
☀️⚡️☀️⚡️☀️⚡️☀️⚡️☀️⚡️

KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Romance
Fanfic[Sebenarnya kumpulan cerita One/two/three-shoot] Cinta yang tulus tidak selalu perlu diumbar dengan kata-kata. Kadang, keheningan dan momen-momen kecil cukup untuk membuat perasaan itu terasa nyata, meskipun belum terungkap sepenuhnya. era #boya