🍁009🍁

5.3K 391 8
                                    

Virgo merasa senang karena sudah berhasil menjalin hubungan yang erat dan sehat dengan Leon dan Sebastian. Hubungan yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan dapat terjadi, terutama mengingat di dunia asalnya, ia tidak pernah bisa sedekat ini dengan orang lain selain teman kantor dan kakaknya.

"Gimana kabar Falen, ya?" gumam Virgo, pandangannya menerawang ke arah jendela yang memperlihatkan taman belakang mansion yang luas.

Falen, kakak laki-lakinya, adalah sosok yang sangat berarti bagi Virgo. Walaupun sering bepergian jauh untuk mengikuti kegiatan pecinta alam, Falen tidak pernah lupa memperhatikan adiknya. Kehangatan dan kasih sayang yang selalu ia berikan membuat Virgo sangat merindukan kehadirannya. Pikirannya melayang, membayangkan bagaimana perasaan Falen saat ini, mungkin kakaknya merasa bersalah dan trauma karena kecelakaan yang menimpa Virgo. Virgo mengenal betul sifat kakaknya yang selalu merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

"Mau ketemu Falen," bisiknya, perasaan rindu menyelimuti hatinya.

Virgo bangkit berdiri dari sofa yang empuk, merasa tak betah berlama-lama di dalam mansion yang begitu besar namun terasa sepi. Sebastian sedang sibuk bekerja di kantor, sementara Leon masih di sekolah dan baru akan pulang malam karena ada rencana berkumpul dengan teman-temannya. Kesunyian yang melingkupi mansion membuat Virgo merasa terasing, dan ia tahu dirinya butuh udara segar.

"Apa sebaiknya aku pergi ke kaki Gunung Rouse untuk minum teh di sana?" tanyanya pada diri sendiri, mencoba mencari cara untuk mengusir rasa sepi.

Keputusan pun diambil. Virgo memanggil sopir pribadi keluarga untuk mengantarnya ke kaki Gunung Rouse, tempat yang ia ketahui sebagai destinasi wisata yang cukup populer. Dengan penuh harapan, ia berharap suasana di sana bisa sedikit menghiburnya dan sekaligus mengenang kenangan bersama Falen. Virgo telah mencari tahu tentang tempat tersebut sebelumnya dan mendapati bahwa Gunung Rouse adalah tempat yang ramai dikunjungi wisatawan, terutama untuk menikmati pemandangan alam yang indah sambil bersantai.

Dalam perjalanan menuju Gunung Rouse, Virgo merasa sedikit lebih lega. Ia memandangi pemandangan yang berlalu di luar jendela mobil, mencoba untuk menemukan kedamaian di tengah hiruk-pikuk pikirannya. Meski sudah berada di dunia yang berbeda, ingatannya akan Falen tetap hidup dan memberikan Virgo kekuatan untuk terus melangkah. Virgo berharap, di kaki gunung yang asri itu, ia bisa menemukan ketenangan yang ia cari, meski hanya untuk sementara. 

Gunung Rouse, sebuah tempat yang menawarkan keindahan alam yang memukau, berdiri megah dengan puncaknya yang selalu diselimuti kabut tipis. Dari kejauhan, gunung ini tampak seperti lukisan alam yang penuh pesona, dengan lereng-lerengnya yang dihiasi oleh hamparan pepohonan hijau yang menjulang tinggi. Udara di sini terasa sejuk, membawa aroma pinus yang segar dan menenangkan, seolah mengundang siapa saja untuk datang dan menikmati ketenangan yang ditawarkan.

Di kaki Gunung Rouse, pemandangan semakin memikat. Jalan setapak yang dilapisi bebatuan alami berkelok-kelok mengikuti kontur tanah yang landai, dikelilingi oleh padang rumput yang luas dan bunga-bunga liar yang bermekaran dengan warna-warna cerah. Matahari yang bersinar lembut menembus celah-celah pepohonan, menciptakan permainan bayangan yang menari di atas tanah, memberikan suasana damai yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Tak jauh dari kaki gunung, terdapat sebuah danau kecil dengan air yang begitu jernih hingga dasar danau tampak jelas terlihat. Airnya yang tenang memantulkan langit biru di atas, menciptakan cermin alam yang sempurna. Di sekitar danau, beberapa kafe kecil berdiri dengan bangunan yang terbuat dari kayu, atapnya yang terbuat dari jerami menambah kesan tradisional dan ramah lingkungan. Meja-meja di luar kafe dihiasi dengan payung-payung besar, tempat para wisatawan duduk sambil menikmati secangkir teh hangat dan menikmati pemandangan yang menenangkan hati.

Di puncak Gunung Rouse, bagi yang berani mendaki, terdapat sebuah pemandangan yang tak tertandingi. Dari sana, seluruh lembah di bawahnya terbentang luas, dengan kota kecil yang tampak seperti miniatur dari ketinggian. Saat matahari terbenam, langit berubah warna menjadi oranye dan merah muda, memberikan pemandangan yang begitu memukau dan menutup hari dengan penuh keindahan.

Gunung Rouse adalah tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, sebuah surga yang tersembunyi di tengah alam, di mana setiap sudutnya mengundang untuk dijelajahi dan dinikmati dengan penuh rasa syukur. 

Setelah perjalanan singkat yang menyenangkan, sopir mengantar Virgo ke kaki Gunung Rouse. Begitu keluar dari mobil, Virgo merasakan udara segar yang menyejukkan kulitnya. Ia melangkah menuju salah satu kafe kecil yang terletak dekat danau, di mana sebuah meja di luar kafe telah disiapkan khusus untuknya.

Virgo duduk di meja kayu yang sederhana namun nyaman, dengan pandangan langsung ke arah danau yang tenang. Di atas meja, sebuah cangkir teh panas menanti, asapnya mengepul lembut ke udara. Ia memandang cangkir itu sejenak, menghirup aroma teh yang menenangkan.

Dengan lembut, Virgo mengambil cangkir tersebut dan menyentuh bibirnya pada teh yang masih panas. Rasa hangat dari teh menyebar ke seluruh tubuhnya, membantunya merasa lebih rileks. Ia menatap nanar ke danau yang tenang di depannya, airnya berkilauan terkena sinar matahari sore. Refleksi langit yang biru dan awan putih bergerak perlahan di permukaan air menciptakan pemandangan yang damai dan menenangkan.

Sambil menikmati teh, Virgo mulai mengenang Falen. Senyum Falen, keceriaan, dan kasih sayangnya terasa begitu jelas di pikirannya. Kenangan saat mereka berdua menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang impian dan harapan, kembali muncul dengan jelas. Virgo merasa seolah Falen masih ada di sampingnya, memberikan dukungan dan cinta yang selalu ia rindukan.

Ada rasa kesedihan yang mendalam di hati Virgo. Dia ingat betapa Falen selalu menjaga dirinya dengan penuh perhatian, meskipun sibuk dengan aktivitas pecinta alamnya. Ia merindukan sosok kakaknya yang selalu bisa diandalkan dan pengertian. Di tengah keindahan alam Gunung Rouse, kenangan tentang Falen terasa semakin kuat, seolah ia bisa merasakan kehadiran Falen di setiap hembusan angin yang berhembus lembut di sekelilingnya.

Virgo mengalihkan pandangannya ke puncak gunung yang menjulang di kejauhan, berusaha membayangkan Falen yang mungkin sedang berada di tempat seperti itu, menikmati keindahan alam yang sama. Ia menyesap teh dari cangkirnya dengan pelan, membiarkan ketenangan dan keindahan sekitar membawanya kembali ke momen-momen indah bersama kakaknya.

Saat Virgo terlarut dalam lamunan, sebuah pelukan lembut mengelilingi tubuhnya dari belakang. Tubuhnya menegang, merasakan kehadiran yang tidak dikenalnya. Aroma asing yang mengisi udara di sekelilingnya memicu rasa tidak nyaman. Suara berat pria yang tidak dikenal mulai mengalun lembut di telinganya. 

"Aku sangat merindukanmu, Istriku."

Suara itu membuat Virgo tersentak, jantungnya berdebar kencang. Dengan hati-hati, ia menoleh sedikit, mencoba mengidentifikasi sosok di balik suara tersebut. Di belakangnya berdiri seorang pria dengan ciri-ciri mencolok: rambut hitam legam yang rapi, mata perak yang bersinar penuh misteri, dan mengenakan jas kemeja putih yang terbalut jas hitam elegan yang tergantung di punggungnya. Penampilannya tampak sangat resmi dan memikat.

Pria itu menarik Virgo lembut untuk berdiri, tanpa memberikan kesempatan bagi Virgo untuk melawan. Dengan gerakan yang penuh kelembutan bibirnya menyentuh bibir Virgo dalam sebuah ciuman yang lembut namun penuh hasrat. Dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh desah angin, pria itu membuka mulut Virgo dengan lembut dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya menggunakan lidahnya.

Virgo terkejut dan langsung merasakan sesuatu yang asing di dalam mulutnya, membuat tubuhnya menegang lebih keras. Kesadaran mulai memudar dengan cepat seiring dengan efek dari apa yang baru saja dimasukkan ke dalam mulutnya. Tubuhnya menjadi lemas dan pandangannya semakin kabur.

Dengan senyum kemenangan yang menawan, pria itu mengangkat tubuh Virgo dengan hati-hati, memastikan ia tidak terjatuh atau terluka. Pria itu kemudian dengan cepat membawa Virgo pergi dari tempat itu, langkahnya penuh percaya diri. Di wajahnya, tersimpan sebuah senyum penuh kepuasan, seolah-olah merayakan keberhasilannya dalam rencana yang telah dirancang dengan sempurna.

Di belakang mereka, taman yang tenang kembali seperti sediakala, meninggalkan hanya jejak dari kekacauan singkat yang baru saja terjadi.


***

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang