🍁041🍁

1.7K 178 7
                                    

Virgo kembali mengunjungi kafe kucing, kali ini sendirian. Setidaknya, itulah yang ia pikirkan. Seorang supir yang biasa mengantarnya memang ikut serta, tetapi Virgo tidak menyadari bahwa setiap kali ia pergi, ada pengawal pribadi yang selalu menjaga jarak dan memantau dari kejauhan tanpa sepengetahuannya.

Begitu memasuki kafe yang dipenuhi aroma kopi dan suara kucing menggemaskan, Virgo langsung memesan menu favoritnya. Setelah memesan, ia memilih meja di sudut ruangan—tempat favoritnya—untuk bermain dengan kucing-kucing yang berkeliaran bebas. Hari ini, kafe terlihat cukup ramai. Hampir semua meja sudah terisi, dan suasana kafe dipenuhi percakapan rendah serta tawa ringan para pengunjung.

Saat ia sibuk mengelus kucing berbulu lebat yang duduk di pangkuannya, pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan seorang pria di seberang ruangan. Pria itu duduk sendiri di sudut lain, dengan mata berwarna hijau zamrud yang tampak sangat mirip dengan milik Virgo. Tatapan mereka saling terkunci beberapa detik sebelum Virgo tersenyum tipis, menganggukkan kepala singkat, dan kembali fokus pada kucing yang sedang digelitiknya. Ia mengira pertemuan tatapan itu hanyalah kebetulan semata.

Tanpa ia sadari, mata berwarna hijau zamrud seperti miliknya adalah ciri khas yang sangat jarang dimiliki orang. Akan tetapi, meski ia tahu sekalipun, Virgo bukanlah tipe orang yang terlalu peduli akan hal-hal seperti itu.

Sambil terus bermain dengan kucing di sekitarnya, Virgo memasang earphone wireless dan memutar lagu favoritnya dari saluran YouTube *Hello World*. Suara lembut musik memenuhi telinganya, mengusir hiruk pikuk di sekeliling kafe, membuatnya semakin tenggelam dalam dunianya sendiri. Tawa kecil pengunjung, suara mesin kopi yang berdengung, dan obrolan sesekali menjadi latar belakang samar bagi dunianya yang tenang.

Namun, meskipun Virgo terlihat sepenuhnya tenggelam dalam kesendiriannya, setiap gerak-geriknya sebenarnya masih berada dalam pengawasan. Para bodyguard tetap berjaga, memperhatikan dari kejauhan tanpa membuat keberadaan mereka terasa, memastikan Virgo tetap aman dalam dunianya yang penuh kedamaian dan kehangatan dari para kucing yang ia sukai. 

Ada nama di hati
Bergetar dalam diam 
Senyuman itu mengisi
Hari penuh bayang 

Langkah kecil menyusuri 
Ruang waktu yang sunyi 
Peluk erat dalam mimpi 
Cinta takkan pernah pergi

Sebuah nama di hati 
Selalu ada di dalam jiwa
Meski dunia berganti wajah
Engkau tetap milikku selamanya

Rebah dalam imajinasi 
Selalu abadi dalam jiwa 
Meski dunia berganti wajah
Engkau tetap milikku selamanya

Rebah dalam imajinasi 
Saat sendu ini menyapa 
Nada hati berbisik lirih
Temani malam dengan cinta 

Waktu kan terus berlalu 
Namun hati tetap satu 
Kehangatan seakan tahu
Rindu menyatu dalam rindu

Sebuah nama di hati
Selalu ada di dalam jiwa
Meski dunia berganti wajah
Engkau tetap milikku selamanya 
Selamanya...

Virgo baru-baru ini menemukan saluran YouTube *Hello World*, dan salah satu lagu di sana langsung membawanya pada kenangan masa lalu yang seharusnya ia lupakan. Setiap kali mendengarkan lagu tersebut, hatinya terasa sakit, seperti luka lama yang kembali terbuka. Meski sudah enam tahun berlalu sejak kejadian itu, ia masih belum mampu melupakan mantan kekasihnya. Hidupnya terasa begitu terpuruk dan tidak pernah benar-benar baik-baik saja, hingga akhirnya Falen, saudara terdekatnya, mengajaknya berlibur—liburan yang akhirnya membawa Virgo (atau Clasia saat itu) pada kematiannya.

Aditama Gilbert, pria yang pernah mengisi hari-hari Clasia, adalah satu-satunya kekasih yang bertahan paling lama dalam hidupnya. Clasia tahu betul bahwa Gilbert menderita kanker. Ia sadar hidup Gilbert tidak akan lama lagi, tetapi itu tidak menghentikannya. Clasia tetap mencintai Gilbert dengan sepenuh hatinya, tanpa peduli seberapa singkat waktu yang tersisa.

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang