🍁014🍁

4.5K 385 26
                                    

Virgo menatap dua sosok di hadapannya, Saveryn dan Claude, yang berdiri dengan tubuh berlumuran darah. Pakaian mereka penuh dengan noda merah, dan entah darah siapa itu, tetapi jelas membuat pemandangan yang mengerikan. Raut wajah keduanya menunjukkan rasa kesal, seolah-olah apa yang baru saja mereka lakukan adalah sesuatu yang biasa. Namun, bagi Virgo, situasi ini jauh dari biasa.

"Dunia novel ini benar-benar gila," pikir Virgo dalam hati, berusaha menenangkan diri. "Aku jelas-jelas membaca genre teenfic, tapi kenapa tiba-tiba berubah menjadi dark action seperti ini?"

Meski hatinya bergetar ketakutan, Virgo memutuskan untuk tetap tenang. Dia melangkah mendekat, menyeka wajah tampan kedua putranya dengan lembut, mencoba menutupi ketakutannya. Perasaannya bercampur aduk; ingin sekali dia berteriak atau melarikan diri, tetapi dia tahu bahwa dia harus bertahan. Virgo menyadari bahwa jika dia menunjukkan rasa takut atau jijik, Saveryn dan Claude mungkin akan kembali memandangnya seperti Virgo yang sebelumnya—ibu yang dingin dan penuh kebencian. 

"Kalian sudah selesai bermain?" tanya Virgo dengan nada selembut mungkin.

Saveryn melirik ke arah Virgo, kemudian menundukkan kepalanya. "Maaf," katanya pelan.

Virgo menggelengkan kepalanya, mencoba menunjukkan ketenangan. "Kenapa kamu minta maaf? Bajumu memang kotor sekali, tapi lain kali bermainlah dengan lebih bersih," balas Virgo, meski dalam hati dia sendiri tidak yakin dengan apa yang diucapkannya.

"Ibu tidak marah?" tanya Claude dengan nada penuh harap, matanya memandang Virgo dengan cemas.

Virgo tersenyum lembut, meski hatinya berdegup kencang. "Tentu saja ibu marah. Lihat wajah dan pakaian kalian yang kotor seperti ini, ketampanan kalian bisa hilang jika terus seperti ini," jawabnya sambil membersihkan luka di tangan Claude.

Ketika Virgo merawat luka itu, dia merasa jantungnya mencelus. Luka itu cukup dalam, tapi Claude seolah tidak merasakan sakit. "Kau juga terluka," lanjut Virgo dengan nada yang lebih serius. "Cepat mandi, Ibu akan merawat luka kalian setelah itu."

Saveryn dan Claude saling pandang, ragu sejenak sebelum Saveryn bertanya dengan nada sendu, "Tapi, Ibu tidak akan membenci kami, kan?"

Virgo tertegun mendengar pertanyaan itu. Dia menatap mereka berdua dengan tatapan lembut namun tegas. "Kenapa Ibu harus membenci kalian?" tanyanya dengan polos, meski ada sedikit kekhawatiran yang ia sembunyikan.

"Karena kami monster, seperti yang sering Ibu katakan dulu," jawab Claude dengan suara pelan, menundukkan kepalanya seakan takut melihat reaksi Virgo.

Virgo merasa hatinya mencelus mendengar pengakuan itu. Dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan keterkejutan di wajahnya. "Kalian ini, mau Ibu mandikan?" tanyanya dengan nada menggoda, mencoba mengubah suasana.

"Tidak!" jawab mereka serentak, wajah mereka menunjukkan penolakan tegas.

"Mandi sekarang, baru kita bicara lagi," titah Virgo dengan nada tegas namun sabar, mendorong mereka berdua untuk segera membersihkan diri. Sambil melihat mereka berjalan pergi, Virgo menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Di dalam hati, dia tahu bahwa dia harus terus bersabar dan menjaga agar hubungan mereka tetap hangat, meski ada banyak hal yang masih menjadi misteri baginya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Saveryn dan Claude kembali ke ruang keluarga di mana Virgo sedang duduk. Hari ini, mereka tidak melihat Lucien di mansion. Biasanya, ketika Virgo ada di mansion, ayah mereka tidak akan keluar dari kamar setelah memperkosa ibu mereka selama berminggu-minggu, hingga akhirnya ibu mereka diculik lagi oleh suami yang lain.

"Ibu, di mana Ayah?" tanya Claude yang sudah duduk di sebelah kiri Virgo.

"Katanya ada masalah yang harus diurus," jawab Virgo sambil mengelus kepala Saveryn yang kini berada di pangkuannya.

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang