🍁027🍁

3K 264 24
                                    

Cedric tersenyum tipis saat melihat Virgo yang sudah tertidur lelap di kamarnya. Ya, di kamarnya, bukan di kamar Virgo. Setelah memastikan Virgo tertidur, Cedric menutup pintu kamarnya perlahan dan menguncinya. Sebenarnya, tanpa dikunci pun tidak masalah, tetapi ia tidak ingin sahabat-sahabatnya mengganggu ketenangan Virgo. Baginya, malam ini Virgo harus mendapatkan istirahat yang sempurna, jauh dari gangguan apa pun.

"Julukan 'Dokter Hantu' memang benar-benar menakutkan," ujar Clovis yang tanpa sengaja melihat apa yang dilakukan Cedric.

Cedric menoleh dan menyeringai. "Ah, kau melihatnya?"

"Kapan kau meracuninya? Apa itu tidak berbahaya untuk kesehatannya?" tanya Clovis dengan nada khawatir, meskipun ia tahu bahwa Cedric selalu berhati-hati dalam segala tindakannya.

Cedric mengangkat bahu santai. "Hmm, jangan khawatir. Racun itu hanya tersebar di udara dan hanya akan membuatnya pusing. Karena itu, aku membawanya ke kamarku. Racun itu tidak akan membahayakannya. Hanya dengan cara ini, dia akan datang kepadaku," jelas Cedric sambil memperingatkan Clovis agar tidak mendekati kamar Virgo.

Clovis mendengus pelan, merasa tidak setuju. "Aku tahu tuh kamu aneh, Cedric, tapi jangan main-main dengan racun! Bagaimana kalau dia benar-benar sakit?"

Cedric menatap Clovis sejenak sebelum menjelaskan lebih lanjut. "Racun itu akan hilang dalam sehari lagi. Jangan biarkan pelayan masuk ke kamarnya atau mereka bisa langsung mati jika terkena racunnya."

Clovis hanya bisa menggelengkan kepala, merasa bingung dengan logika Cedric. Seperti inilah Cedric—bermain dengan kesehatan Virgo dan mempermainkannya demi kesenangan pribadinya. Meski begitu, inilah cara Cedric mencintai Virgo. Mereka berlima memanglah aneh, mencintai dengan cara yang tidak biasa, dan mungkin itulah yang membuat persahabatan mereka begitu kuat.

"Kau sudah menyelidiki penyakitnya itu?" tanya Clovis, mengingat berita bahwa penyakit misterius Virgo telah menghilang.

"Aku sedang memeriksanya sekarang," jawab Cedric sambil melangkah menuju ruang khusus miliknya. "Karena itu, aku menariknya ke sisiku. Jadi, untuk sementara, jangan ada yang menyentuhnya."

Ruangan khusus Cedric adalah tempat yang mencerminkan kepribadiannya—rapi, higienis, dan steril. Aroma obat-obatan memenuhi udara, dengan berbagai peralatan medis tertata rapi di sekelilingnya. Ruangan ini adalah kerajaan kecil Cedric, di mana ia menjadi penguasa mutlak, seorang dokter yang mampu menaklukkan segala jenis penyakit, termasuk yang belum pernah ditemukan dunia medis sekalipun. Cedric menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa setiap detil kesehatan Virgo terjaga. Baginya, ini bukan hanya soal menjaga kesehatan Virgo, tetapi juga bentuk pengabdian dan cintanya yang mendalam.

Cedric melangkah ke dalam ruangan khususnya dengan tenang. Ia berjalan ke meja kerjanya, di mana layar komputer menampilkan data-data terbaru tentang kondisi kesehatan Virgo. Wajahnya yang biasanya dingin terlihat sedikit lebih serius, menandakan betapa pentingnya situasi ini baginya.

Dengan hati-hati, Cedric memasang sarung tangan steril dan memulai analisisnya. Ia memeriksa kembali data hasil uji laboratorium, memutar ulang video hasil pemeriksaan medis, dan mencatat setiap detail yang mungkin terlewat. Setiap informasi, sekecil apa pun, adalah petunjuk yang bisa membantunya mengungkap apa yang terjadi dengan Virgo.

Cedric menghela napas panjang. Di depan matanya, berbagai hasil tes yang menunjukkan bahwa penyakit yang menggerogoti tubuh Virgo tiba-tiba menghilang begitu saja. Tidak ada tanda-tanda perbaikan bertahap, tidak ada perubahan yang bisa dijelaskan dengan logika medis. Semuanya hilang seolah-olah penyakit itu tidak pernah ada.

"Ada beberapa anomali dalam sistem imun Virgo yang tidak bisa dijelaskan dengan gejala umum. Ini bukan penyakit biasa. Ada sesuatu yang bekerja di balik layar, mungkin semacam virus atau racun langka yang tidak terdeteksi oleh alat medis konvensional," jelas Cedric dengan nada datar, meskipun di dalam dirinya, ia merasakan lonjakan adrenalin. Tantangan seperti inilah yang selalu memicu semangatnya.

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang