🍁019🍁

4.1K 289 14
                                    

Virgo berdiri di depan jendela besar, membiarkan sinar bulan menyinari wajahnya. Pemandangan malam yang tenang seolah meredam keheningan yang mendalam di dalam kamar Clovis. Clovis mendekat dari belakang, menyentuh lembut pundaknya, lalu membungkuskan lengannya dengan penuh kehangatan di sekeliling tubuh Virgo.

"Virgy," bisiknya lembut di telinga Virgo, napasnya menggelitik kulitnya. "Aku hanya ingin kau tahu, tak ada yang lebih berarti bagiku selain dirimu."

Virgo berbalik perlahan, menatap dalam ke mata Clovis yang memancarkan kasih sayang yang tulus. Tanpa kata, mereka saling memahami. Keheningan di antara mereka seolah berbicara lebih dari apa pun.

Clovis menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Virgo, hingga bibir mereka hanya berjarak beberapa inci. Perlahan, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam dan lembut, mengalirkan perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Keintiman itu terasa begitu natural, begitu hangat. Virgo merasakan detak jantung Clovis yang berdetak seirama dengannya.

Clovis menarik Virgo lebih dekat, tubuh mereka menyatu. Kelembutan sentuhan mereka membawa perasaan tenang dan nyaman, seolah dunia di luar kamar itu lenyap. Tangan Clovis bergerak lembut di punggung Virgo, membuatnya merasa dilindungi dan dicintai tanpa syarat. Ia tidak tergesa-gesa, seolah ingin menikmati setiap momen yang berharga ini.

Dengan ciuman yang lebih dalam dan intens, mereka membiarkan diri hanyut dalam perasaan yang mengalir, tenggelam dalam momen keintiman yang tidak memerlukan kata-kata. Di tengah keheningan itu, hanya ada mereka berdua, dengan cinta yang mengalir di antara napas dan sentuhan lembut mereka

Clovis tidak pernah merasa tenang ketika melakukan hubungan intim. Ada dorongan kuat dalam dirinya yang selalu membuatnya harus mengendalikan situasi, sering kali dengan cara yang lebih dominan. Ia bahkan sering mengikat Virgo dan berulang kali memaksanya. Meski sudah berulang kali mengeluarkan benihnya di dalam, Virgo tetap tak kunjung hamil untuk anak kedua mereka. Kenangan itu masih membekas, dan kali ini membuat Clovis sedikit ragu menyentuh Virgo lagi.

Namun, tangannya yang sudah terlalu akrab dengan tubuh Virgo mulai bergerak, tanpa bisa ia kendalikan. Dengan sedikit kasar, tangannya meremas buah dada Virgo.

"Aku paling suka bermain dengan kedua dadamu," bisik Clovis di telinga Virgo, membuat wajahnya memerah. Ada kehangatan dalam bisikan itu, meski terdengar provokatif.

Senyum manis muncul di wajah Clovis, wajah yang selalu bisa memikat Virgo tanpa ia sadari. Ia mulai mencium pipi Virgo, perlahan meluncur ke kening, hidung, kedua mata, lalu bibir. Kecupan itu tidak berhenti di situ, terus turun ke leher hingga ke bagian dadanya yang kini sudah tidak lagi tertutupi kain. Clovis mengecup lembut kedua buah itu, lalu mulai menjilat dengan hati-hati, memberikan sentuhan yang semakin intens.

Desahan halus keluar dari bibir Virgo, membuat Clovis semakin bergairah. Kedua tangannya terus sibuk, memijat dan meremas dada Virgo dengan gemas, sementara bibirnya bergantian menghisap puncak kedua buah itu, bergantian, seakan ingin merasakan setiap bagiannya.

Clovis masih terus mengeksplorasi tubuh Virgo dengan gerakan lembut namun penuh gairah. Setiap sentuhan yang ia berikan seakan membawa kehangatan yang tak tertahankan, membuat Virgo semakin tenggelam dalam sensasi yang bercampur antara gairah dan keintiman.

Virgo bisa merasakan bagaimana Clovis menikmati setiap detik, seolah-olah ia tak ingin melewatkan satu pun momen untuk merasakan tubuh Virgo. Ciumannya yang semula lembut mulai berubah menjadi lebih intens, seiring desahan halus Virgo yang semakin sering terdengar. Kedua tangan Clovis terus bergerak lincah, menyusuri lekuk tubuh Virgo, sementara bibirnya tak berhenti menjelajahi bagian-bagian yang paling sensitif.

"Aku tidak pernah bosan memujamu, Virgy," bisik Clovis dengan suara rendah, napasnya hangat di dekat telinga Virgo. "Kau selalu membuatku merasa seperti ini, tak pernah cukup."

Virgo hanya bisa mendesah kecil, kedua tangannya mulai terangkat dan menggenggam lengan Clovis, seolah-olah mencari pijakan di tengah badai gairah yang melanda tubuhnya. Ada perasaan campur aduk dalam dirinya — antara perasaan nyaman, terkejut, dan mungkin sedikit takut, mengingat bagaimana Clovis kadang bisa berubah menjadi begitu dominan.

Clovis, meskipun sedang tenggelam dalam hasrat, masih memperhatikan setiap reaksi dari Virgo. Kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Meski ia terbakar keinginan, ada rasa takut menyakiti Virgo, mengingat bagaimana hubungan mereka dulu penuh dengan kontrol. Namun, di balik semua itu, ada rasa cinta yang mendalam. Clovis mencintai Virgo bukan hanya karena fisiknya, tetapi karena Virgo adalah dirinya sendiri — seorang wanita yang ia kagumi dan cintai dengan seluruh kekurangannya.

"Virgy, kau tahu, bukan? Aku mencintaimu... Bukan hanya tubuhmu, bukan hanya wajahmu. Aku mencintai semuanya. Karena kau adalah Virgo. Hanya itu yang penting," ucap Clovis dengan lirih, suaranya penuh dengan emosi yang tak bisa ia sembunyikan.

Virgo terdiam sejenak mendengar kata-kata itu. Ada perasaan hangat yang tiba-tiba menyeruak di dadanya. Kata-kata Clovis, meski terdengar sederhana, terasa sangat tulus. Mungkin untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasakan cinta yang tak bersyarat dari pria di hadapannya ini.

Clovis menatap Virgo dengan lembut, lalu melanjutkan dengan sentuhan yang lebih pelan, lebih penuh kasih sayang. Gairah yang sebelumnya membara kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih tenang, seolah-olah mereka tak hanya berbagi tubuh, tetapi juga perasaan mereka yang paling dalam. 

Clovis dan Virgo memulai malam mereka dengan gaya misionaris. Clovis membimbing Virgo untuk berbaring dengan punggungnya menempel pada ranjang yang lembut. Dengan lembut, Clovis berbaring di atas Virgo, menempatkan tubuhnya di atas tubuh Virgo dengan penuh perhatian. Ia sudah memastikan milik Virgo sudah basah dengan kedua jarinya yang bermain dipusat gairah milik Virgo. 

Clovis memposisikan benda pusaka miliknya ke depan pintu gerbang gairah milik Virgo. Dengan sekali gerakan ia memasukkan miliknya dengan penuh ke dalam pusat gairah milik Virgo. Gerakan mereka teratur, dengan Clovis memastikan bahwa setiap gesekan terasa nyaman dan penuh kasih sayang.

Kemudian, Clovis memutuskan untuk mencoba gaya yang lebih dinamis. Dia membantu Virgo berdiri di samping ranjang dan mengubah posisinya menjadi gaya doggy style. Virgo mengandalkan tangan dan lututnya, sementara Clovis berdiri di belakangnya. Clovis memegang pinggul Virgo dengan lembut, menyesuaikan sudut dan gerakan dengan hati-hati. Setiap dorongan terasa nikmat, menciptakan ritme yang nyaman dan menggairahkan.

"Ahh ... Clovis!" desah Virgo setiap Clovis menghentakkan milik pria itu dengan kasar.

Setelah beberapa waktu, Clovis membalikkan posisi mereka dan mengajak Virgo untuk mencoba gaya cowgirl. Clovis berbaring di ranjang, sementara Virgo duduk di atas pangkuannya, menghadap ke arahnya. Virgo menggunakan tangan dan lututnya untuk menstabilkan tubuhnya, sedangkan Clovis memegang pinggang Virgo dengan lembut. Virgo menggerakkan tubuhnya dengan ritme yang disesuaikan, membuat pengalaman ini menjadi berharga untuk menambah wawasan Virgo.

Mereka melanjutkan dengan gaya spooning. Clovis dan Virgo berbaring miring di ranjang, dengan Clovis memeluk Virgo dari belakang. Virgo merasa punggungnya menempel pada dada Clovis, sementara Clovis membelai tubuh Virgo dengan lembut. Gerakan mereka lembut dan penuh kasih, terkadang kasar setiap Virgo orgasme.

Akhirnya, mereka mencoba gaya lotus. Clovis duduk bersila di ranjang, sementara Virgo duduk di atas pangkuannya dengan kaki melingkar di sekitar pinggang Clovis. Mereka saling berhadap-hadapan, Virgo memegang bahu Clovis untuk menyemimbangkan. Dalam posisi ini, mereka bisa saling melihat mata satu sama lain, merasakan kedekatan yang intens, dan bergerak dengan ritme yang cepat. 

"Akh! Clovis ... terlalu dalam," desah Virgo yang membuat Clovis semakin bergairah.

"Teruslah mendesah, buatlah aku puas, Virgy. Setelahnya aku akan membuatmu puas berkali-kali lipat!" ujar Clovis penuh gairah.

Malam itu, di dalam kamar Clovis, mereka tenggelam dalam keintiman yang tidak hanya melibatkan fisik, tetapi juga perasaan yang selama ini mungkin tidak pernah benar-benar mereka sadari.

***

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang