🍁011🍁

5.3K 379 14
                                    

Lucien De Saint-Pierre adalah seorang pria dengan penampilan yang memikat. Rambut hitam legamnya tertata rapi, menambahkan kesan maskulin pada wajah tampannya. Namun, yang paling mencuri perhatian adalah mata peraknya—indah, dingin, namun penuh intensitas yang tak terlukiskan. Lucien adalah sosok suami kedua Virgo, seorang pria yang sangat mencintai dan menyayanginya, meski cara ia menunjukkan kasih sayangnya sangat berbeda dari Sebastian.

Sebagai sahabat dekat Sebastian, Lucien memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Jika Sebastian memperlakukan Virgo dengan kelembutan dan penuh perhatian, Lucien justru cenderung mendominasi. Ia adalah pria yang arogan, dengan kehadiran yang kuat dan karisma yang sulit diabaikan. Sifat dominannya sering kali membuatnya tampak seperti sosok yang sulit didekati, tetapi di balik semua itu, ada cinta yang mendalam dan rasa sayang yang begitu besar untuk Virgo.

Sisi lembut Lucien bukanlah kelembutan yang terlihat jelas seperti pada Sebastian. Lembutnya Lucien lebih subtil, tersembunyi di balik sikapnya yang tegas dan cenderung mengontrol. Meski begitu, justru itulah yang membuat Lucien memiliki daya tarik tersendiri. Baginya, Virgo adalah seperti permata langka—indah, berharga, tetapi sulit untuk ia sentuh sepenuhnya. Ada sesuatu dalam diri Virgo yang selalu membuatnya merasa terhalang, seolah-olah ada jarak yang tak terjangkau di antara mereka.

Namun, ketika Lucien mendapati kelembutan baru dari Virgo—sikap yang berbeda dari yang biasa ia temui—ia merasa perasaannya yang pernah ingin ia kubur justru semakin menguat. Alih-alih menjauh, ia semakin jatuh cinta pada Virgo. Perasaan itu begitu kuat hingga ia tidak bisa lagi mengabaikannya, bahkan jika itu berarti ia harus menghadapi tantangan baru dalam hubungannya dengan wanita yang begitu sulit ia sentuh ini.

Di hadapan Virgo saat ini berdiri dua anak laki-laki yang usianya sama dengan Verleon. Mereka adalah Saveryn dan Claude, sepasang anak kembar non-identik yang mudah dikenali perbedaannya. Wajah mereka menampilkan campuran ketakutan dan kecanggungan saat mereka mengintip dari balik tubuh Lucien, seolah mencari perlindungan dari sosok yang seharusnya mereka kenal baik—ibu mereka sendiri. 

"Kalian sudah besar, mengapa kelakuan kalian masih seperti anak kecil, hah?" hardik Lucien dengan nada tajam, membuat kedua bersaudara itu semakin menciut ketakutan.

"Lucien, kenapa kamu harus sekasar itu?" tegur Virgo dengan nada yang lebih lembut, meski ada ketegasan di dalamnya.

"Kalau kau lupa, kau lebih kasar kepada mereka dibandingkan denganku, Sayang," jawab Lucien dengan tenang, meski ucapan itu penuh dengan sindiran.

Kata-kata Lucien membuat Virgo terdiam. Ia menundukkan kepala, menghindari tatapan tajam suaminya. Bukan salahnya jika ia tidak memiliki ingatan Virgo yang asli, pikirnya. Lagipula, siapa yang harus disalahkan atas hilangnya ingatannya? Tapi entah mengapa, tuduhan itu tetap menyakitkan. Lagipula, siapa yang bisa menyalahkan dirinya untuk sesuatu yang bahkan bukan dirinya?

Lucien mengusap wajahnya dengan kasar, menyadari kesalahannya. Ia hampir lupa bahwa Virgo kini mengalami amnesia. Melihat ayah mereka bersikap arogan kepada ibu mereka yang hilang ingatan, Saveryn dan Claude langsung memukul punggung Lucien dengan menahan rasa kesal mereka.

"Meskipun kau ingin aku mengingatnya, dokter mengatakan ingatanku hilang permanen. Jadi, apakah itu salahku jika aku tidak bisa mengingat kalian?" ujar Virgo dengan nada kesal dan sedih yang menyatu.

Virgo sama sekali tidak mengerti mengapa Lucien bersikap seperti itu kepadanya. Mengapa Lucien bersikap seperti itu padanya? Virgo merasa tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi suaminya yang satu ini. Sementara itu, Lucien terpaku mendengar kata-kata Virgo. Hilang ingatan permanen—itu bisa menjadi kabar baik atau buruk, tergantung dari sudut mana ia melihatnya.

Lucien segera berlutut di hadapan Virgo yang duduk di sofa single. Ia meraih tangan Virgo dengan lembut dan mengecupnya penuh kasih. 

"Maafkan aku, Sayang. Aku kira kamu hanya bercanda soal itu," kata Lucien, suaranya penuh penyesalan saat ia terus menciumi punggung tangan Virgo.

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang