🍁038🍁Revisian

1.9K 209 21
                                    

Virgo tidak pernah menyangka bahwa Dexter, putra Cedric yang tampak sinis dan pendiam, ternyata memiliki hobi yang sama dengannya. Bukan hobi Virgo, melainkan hobi Clasia. Clasia sangat menyukai buku-buku tentang arkeologi dan sering menghabiskan waktu mempelajarinya dengan penuh antusias.

Sekarang, di hadapannya, Dexter berdiri dengan tatapan heran, memperhatikan bagaimana mata Virgo berbinar melihat koleksi buku arkeologi miliknya yang tersusun rapi di rak-rak perpustakaan. Dexter sendiri tidak menyangka ibunya akan menunjukkan ketertarikan sebesar itu pada topik yang ia cintai. 

"Sejak kapan Ibu menyukai arkeologi?" pikirnya dalam hati, meskipun ia enggan menanyakannya secara langsung.

Hari itu terasa terik di luar, panas yang menyengat membuat orang malas bergerak. Tetapi di dalam perpustakaan pribadi Dexter, udara sejuk memenuhi ruangan, menjaga suhu tetap di bawah 16 derajat. Tempat itu menjadi surga bagi siapa pun yang ingin melarikan diri dari panasnya hari dan tenggelam dalam dunia pengetahuan yang tenang.

Virgo duduk nyaman di salah satu sofa besar yang empuk, menatap rak-rak tinggi yang penuh dengan buku-buku tebal. Semua tertata rapi dengan estetika yang memanjakan mata. Dinding kayu berwarna cokelat gelap, karpet lembut yang melapisi lantai, serta lampu gantung elegan menambah kesan mewah pada ruangan tersebut.

Dexter yang semula tampak acuh tak acuh perlahan tersenyum tipis, lalu mengambil sebuah buku dari rak terdekat. Ia berjalan mendekati Virgo dan meletakkan buku itu di pangkuannya. 

"Ini salah satu favoritku, tentang peradaban Mesir kuno," katanya dengan nada datar.

Virgo mengangkat buku itu, membaca judulnya sejenak sebelum menatap Dexter dengan penuh rasa ingin tahu. 

"Kamu benar-benar menyukai ini, ya?" tanyanya lembut.

Dexter mengangguk. "Aku suka belajar tentang masa lalu. Rasanya seperti menemukan potongan puzzle dari kehidupan yang hilang."

Virgo tersenyum kecil, merasa kagum dengan kedalaman pemikiran putranya yang jarang ia lihat sebelumnya. "Aku juga dulu begitu," bisiknya dalam hati, tetapi ia tidak mengatakannya dengan keras. Hanya saja, kenangan tentang dirinya dan kecintaannya pada arkeologi membanjiri pikirannya.

"Kenapa kamu tiba-tiba tertarik, Bu?" tanya Dexter tiba-tiba, memecah keheningan.

Virgo terdiam sejenak sebelum menjawab. "Mungkin, karena ibu merasa ada sesuatu yang menarik di masa lalu. Ibu mengingat perasaan itu meski ibu tidak mengingatnya secara gamblang," ucapnya, berusaha merangkai kata-kata yang tepat.

Dexter tidak merespons, jantungnya hampir berhenti ketika Ibunya itu mengatakan mengingat 'perasaan itu', akan sangat bahaya jika Virgo mengetahui apa yang terjadi. Dexter berharap ayahnya itu menyelesaikan penelitina membuat alat mengganti memori seseorang.

Virgo membuka buku yang diberikan Dexter, memperlihatkan gambar-gambar piramida dan hieroglif yang menghiasi dinding-dinding kuno peradaban Mesir. Halaman demi halaman, Virgo merasakan sensasi yang tidak asing—ini adalah topik yang sangat dikenali oleh Clasia. Saat jemarinya menyentuh halaman itu, Virgo menatap Dexter, dan dia mulai berbicara.

"Kamu tertarik pada sejarah Mesir kuno?" tanya Virgo, sedikit penasaran kenapa putranya yang sinis itu bisa terpikat oleh dunia yang begitu jauh dari realitas mereka.

Dexter mengangguk, lalu duduk di kursi seberang Virgo. "Mesir kuno adalah salah satu peradaban paling maju di zamannya. Mereka tidak hanya membangun piramida raksasa, tetapi juga menciptakan sistem tulisan yang rumit, hieroglif, untuk mencatat sejarah dan ritual mereka. Banyak orang mengira piramida hanya sekadar makam, tetapi sebenarnya, mereka adalah monumen spiritual yang luar biasa."

Im Sorry I Cant be PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang