Ceritanya flashback
"Haishhh!"
Percuma!
Percuma kalau punya ponsel tidak digunakan dengan baik. Panggilan nya dengan Mark tidak tersambung.
Sungchan menghela napas panjang, sambil sesekali melirik ponselnya yang tak juga berbunyi. Dia benar-benar tak habis pikir, kenapa Mark selalu terlambat. Seharusnya dia sudah tiba di rumah sejak satu jam yang lalu, tapi sekarang malah terjebak di pinggir jalan tanpa tahu harus berbuat apa.
Andai saja ibunya tidak menyita kendaraannya, ia pasti sudah berada di alam mimpi sekarang mengistirahatkan otaknya setelah seharian berkutat pada mata kuliah yang membosankan.
Tunggu? Mata Sungchan mengedar pada sebuah coffeshop yang sedang menawarkan diskon spesial. Haruskah ia menggunakan kesempatannya ini? Harus! Dari pada menunggu hyung nya itu semakin membuatnya kesal.
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang pelayan saat Sungchan melangkah masuk ke dalam kafe. Aroma kopi yang khas segera memenuhi indra penciumannya, sedikit mengurangi kekesalannya.
Sungchan mengangguk, matanya menatap isi penjuru coffeshop yang menurutnya lumayan oke. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika pandangannya jatuh pada sebuah meja di sudut kafe. Ia membelalakkan mata, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Di sana, duduklah Mark, kakaknya yang seharusnya menjemputnya tadi. Tapi yang lebih mengejutkan, Mark tidak sendiri. Di hadapannya ada seorang perempuan, bukan Aeri, istrinya, melainkan seseorang yang tidak dikenal oleh Sungchan.
Siapa perempuan itu?
Mereka tampak berbicara dengan akrab, bahkan tertawa bersama. Sungchan merasakan kebingungan, ia berdiri mematung, otaknya berusaha keras mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Sungchan?!" panggil Mark, terkejut melihat adiknya di ambang pintu kafe. Perempuan di depannya juga menoleh, tersenyum kecil yang anehnya membuat Sungchan semakin tak nyaman.
Mark segera bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Sungchan dengan wajah yang sedikit bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, mencoba terdengar santai.
Sungchan menatap kakaknya dengan tatapan tajam. "Aku yang harusnya bertanya begitu, hyung. Kenapa kau di sini? Dan siapa dia?" Sungchan menggerakkan dagunya ke arah wanita yang masih duduk di meja, kini tampak sedikit canggung.
Mark tampak tergagap, jelas tak menyangka harus menjelaskan situasi yang tampak begitu salah. "Ini... Ini bukan seperti yang kau pikirkan, Chan," jawabnya dengan suara rendah.
Namun, bagi Sungchan, kata-kata itu hanya menambah kecurigaannya. "Kalau begitu, jelaskan," tuntutnya. Tiba-tiba saja dalam benak Sungchan terbesit sesuatu. Apa jangan-jangan kakak nya itu selingkuh? Woah berita yang sangat bagus bukan?
Mark menelan ludah, berusaha keras menyusun kata-kata yang tepat agar dapat meyakinkan adiknya. "Ini... dia adalah salah satu staffku, Chan. Kami hanya berbincang ringan sambil beristirahat sejenak," ujarnya dengan nada yang berusaha terdengar tenang, meskipun hatinya berdebar kencang. Wanita yang duduk di depannya, yang jelas merasa canggung dengan situasi tersebut, hanya mengangguk setuju sambil tersenyum tipis.
Sungchan mengerutkan kening, berusaha mencari tanda-tanda yang bisa membuktikan bahwa ada sesuatu yang salah. Tunggu! Bukannya coffe shop ini hanya melayani take away ya?Kenapa mereka bisa dine in?
Sungchan mengerutkan keningnya, menyipitkan matanya, merasa ada yang tidak beres. Haruskan ia bertanya lebih lanjut? Tapi kemungkinan hal lain bisa saja terjadi, seperti mereka kenal dekat dengan pemilik kafe sehingga memperbolehkan dine in kan? Kakaknya kan memang sering terlibat dalam urusan pekerjaan hingga larut malam, sehingga obrolan ringan dengan stafnya mungkin saja terjadi, pikir Sungchan.