BTFM 18

35 3 0
                                    

Aeri menghela nafas kemudian memutar kedua matanya malas. Sudah beberapa hari semenjak dirawat di rumah sakit. Kini Aeri sudah lebih baik dan sudah boleh pulang. Namun, satu hal yang menganggu pikirannya kini.

Mark

Sungguh Aeri bosan sekali di kamar, lelaki itu tidak mengizinkan nya untuk keluar kamar. Sangat aneh bukan? Apa dia baru saja ketempelan setan? Ah tidak, Aeri rasa setan pun malas menempeli suaminya itu.

"Tadaaa... bubur jagung sudah siap oleh Chef Mark," Mark baru saja masuk dan menyodorkan semangkuk bubur jagung.

"Untuk apa?" Tanya Aeri

"Ya untuk kau makan lah, apalagi? Kau harus makan banyak!"

"Mark? Lihatlah ke samping...." Aeri mendesah kesal, beberapa tumpukan piring dan mangkuk kotor masih stay di meja nakas. Belum ada siang hari Mark memberikan nya makanan-makanan,dan memaksa nya untuk makan.

"Hehehe..." Mark tersenyum canggung, menggaruk kepala nya yang tidak gatal itu. "Ya.... kan aku hanya ingin kau cepat sehat lagi,"

"Tapi tidak begini Mark, kau hanya akan membuang-buang bahan dan tenaga. Memangnya perut ku perut gentong yang bisa menampung banyak isi? Huh!"

"Ya Aeri kau seharusnya berterima kasih kepada suami mu ini sudah merawat dan memperhatikan mu. Kau juga tau kan aku belum pernah merawat orang sakit."

"Mana ku tau."

"Yakk kau—" Sahut Mark sambil duduk di kursi di samping tempat tidur Aeri.

Aeri menghela napas lagi, lalu memotong ucapan Mark. Kali ini lebih panjang. Ia tahu Mark sebenarnya tulus, hanya saja caranya yang berlebihan. "Mark, aku tahu kau ingin aku cepat sehat, tapi kau jangan berlebihan. Aku butuh istirahat, bukan makanan setiap jam."

Mark mengangguk pelan, terlihat sedikit menyesal. "Aku cuma... tidak mau kau sakit lagi, Ae."

Aeri tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja sekarang. Jangan khawatir terlalu berlebihan."

Mark terdiam sebentar, lalu memegang tangan Aeri. "Terima kasih istri ku, kau telah berbuat baik pada suami tak tau diri mu ini. Pengorbanan mu untuk ku begitu banyak, termasuk ginjal mu. Kau tau aku begitu shock saat eomma memberitahu ku. Ku pikir donor ginjal itu dari seorang yang sudah menyerah untuk hidupnya. Bodoh nya aku tidak meminta eomma untuk menceritakan hal itu lebih lanjut."

"Ae, maafkan aku sudah menduakan mu. Aku tau kau berubah satu tahun ini karena penolakan ku saat itu kan? Ku mohon maafkan aku, aku memang brengsek. Tapi kau harus tau jika sekarang aku sudah tidak lagi berhubungan dengan Keeya. Sesuai janji ku saat kau masih terbaring di rumah sakit, kita akan memulai nya dari awal."

Aeri menatap Mark dalam-dalam, matanya memancarkan kelelahan tapi juga kejujuran. Ada banyak yang ingin ia katakan, tapi ia memilih untuk tidak langsung menumpahkan semuanya. “Mark...,” ia memulai dengan suara yang hampir berbisik, “aku memang baru tahu tentang Keeya belum lama ini. Aku hanya tidak ingin membahasnya saat itu, karena aku merasa terlalu lemah, terlalu lelah. Tapi yang paling menyakitkan adalah kau tidak pernah menyadari bahwa aku tahu.”

Mark menundukkan kepalanya, rasa bersalah jelas tergambar di wajahnya. “Aku benar-benar minta maaf, Ae. Aku tahu aku seharusnya lebih jujur, lebih berani menghadapi semuanya. Tapi aku takut… takut kehilanganmu.”

Aeri menghela napas panjang, lalu tersenyum pahit. “Kehilangan? Mark, kau hampir kehilangan aku bukan karena Keeya, tapi karena kau tidak pernah benar-benar melihat apa yang terjadi di depan matamu.”

Mark mengangkat pandangannya, menatap Aeri dengan mata berkaca-kaca. “Aku ada di sini, Ae. Aku tahu aku sudah terlambat, tapi aku bersumpah, aku akan memperbaikinya. Aku ingin kita memulai dari awal, seperti yang aku janjikan.”

BE THERE FOR ME [ MARK LEE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang