45' 𝓜𝓔𝓙𝓐𝓡'𝓢 𝓒𝓞𝓓𝓔 𝓖28

178 11 0
                                    

Malam mulai larut ketika Syed Aariz dan pasukan D'ylan tiba di sebuah rumah sewa yang telah mereka tempah sebagai pangkalan sementara. Rumah itu terletak di pinggir bandar Kuala Lumpur, cukup jauh dari kesibukan kota tetapi masih dalam jarak yang strategik untuk melaksanakan misi mereka.

Setelah memarkir kereta, mereka semua keluar dengan perasaan bercampur-baur, antara semangat dan keletihan. D'ylan, sebagai ketua pasukan, memimpin mereka masuk ke dalam rumah.

"Okay, everyone, let's get settled in and have a quick briefing before we hit the sack," kata D'ylan sambil membuka pintu

Mereka semua masuk ke dalam rumah. Rumah itu cukup sederhana, dengan ruang tamu yang luas, dapur kecil, dan beberapa bilik tidur. Aariz dan D'ylan bergerak ke ruang tamu, sementara ahli pasukan lain mula mengambil barang-barang mereka dari kenderaan.

Aariz meletakkan begnya di atas sofa dan memandang sekeliling. "Not bad, D'ylan. Where did you find this place?"

D'ylan tersenyum sambil menanggalkan jaketnya. "It's a contact I have here. He owed me a favor, so he hooked us up with this place. It's quiet, out of sight, and nobody's going to ask questions."

Mereka semua berkumpul di ruang tamu setelah meletakkan barang-barang mereka. D'ylan mengambil posisi di hadapan, bersedia untuk memberikan taklimat.

"Alright, team. We've got a long day ahead of us tomorrow, but first, let's go over our plan one more time," kata D'ylan sambil menyalakan projektor mini yang dia bawa.

Imej peta Kuala Lumpur muncul di dinding, menandakan beberapa lokasi yang mereka syaki sebagai tempat persembunyian pengedar narkoba tersebut.

Chris, pakar teknologi mereka, mula memberi penerangan. "Our primary target has been moving around these locations. We've been able to track his movements, and we believe he'll be at one of these spots tomorrow. Our job is to confirm his location and then plan the takedown."

Ali, si pemandu, mengangguk sambil berkata, "I'll be ready with the vehicle at all times. We'll need to be quick and discreet. No time for detours."

Sarah, ahli penyamaran mereka, mencelah, "I'll go in first, see if I can blend in with the locals and gather some intel. Once we're sure, we'll move in."

Semua orang memberikan input mereka dengan penuh kesungguhan. Aariz turut serta, memberikan beberapa cadangan berdasarkan pengetahuannya tentang kawasan tersebut.

Namun, di tengah-tengah ketegangan perbincangan, tiba-tiba bunyi yang agak kuat kedengaran dari dapur. Semua orang terdiam dan berpaling ke arah bunyi itu.

"Guys... I think we have a problem," kata Julia, si paramedik, yang sedang berdiri di dapur sambil memegang sekeping roti yang separuh dibakar.

D'ylan mengerutkan dahi. "What is it?"

Julia menunjuk ke arah pembakar roti yang sedang berasap. "The toaster's on fire."

Mata semua orang membulat seketika sebelum mereka semua tergelak. D'ylan segera melompat ke dapur, menarik palam pembakar roti tersebut dari soket.

Ali, yang paling suka membuat lawak, bersuara, "Well, at least we know what's for breakfast tomorrow—charcoal toast!"

Mereka semua tertawa, termasuk Aariz yang merasakan ketegangan misi sedikit terlerai oleh insiden kecil itu.

Sarah, dengan senyuman lebar, menambah, "Julia, maybe we should stick to instant noodles for now."

Julia mengangkat bahu sambil tersengih. "Hey, I'm a paramedic, not a chef!"

Selepas ketawa mereda, mereka semua kembali ke ruang tamu untuk meneruskan taklimat. Walaupun suasana kembali serius, insiden tadi telah membantu mengendurkan sedikit tekanan yang mereka rasai.

OG | | MEJAR'S CODE G28Where stories live. Discover now