Bagian #9

46 4 0
                                    

Assalamualaikum

Budayakan vote setelah membaca ya man teman semuanya hargailah Author nya yang sudah jungkir balik mikirin alurnya hhe

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.
.
.
.
.

    Selesai membantu mamanya membuat sarapan,Zea kembali ke kamarnya untuk membangunkan suaminya yang masih tidur.

Sepertinya Alaskar memang lelah kemarin, bukannya hanya tidur lebih awal tapi setelah shalat subuh pun langsung tidur lagi.

Ia membuka semua gorden yang masih tertutup itu, namun sinar yang cerah pun tidak membuat laki laki itu terganggu dalam tidurnya.

"Bangun, udah mulai siang lho ini."  Zea mencoba membangunkan nya.

"Mas, bangun ih." Ulangnya.

dan kali ini lelaki itu membuka matanya, pandangan yang pertama ia lihat adalah istrinya yang sedang tersenyum kearahnya.

" Morning kiss." Katanya dengan suara khas bangun tidurnya.

Zea tersenyum dan mengecup singkat dahi suaminya,membuat laki laki itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

Setelah nyawanya kumpul semua, Alaskar menuruni tempat tidur.sebelum pergi ke kamar mandi ia menyempatkan mengecup kening istrinya itu sekilas.

Zea menggelengkan kepalanya menatap kepergian suaminya yang mulai menghilang di balik pintu kamar mandi itu.

Ia mulai membereskan tempat tidurnya lebih dulu, selesai itu barulah ia menyiapkan pakaian untuk Alaskar.

Laki Laki itu memang tidak membawa semuanya bajunya agar jika menginap disini tidak pernah membawa pakaian lagi.

Selang beberapa menit, Alaskar keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan badannya.

Walaupun rambutnya masih adak acakan tetap saja tidak membuat ketampanannya luntur.sebenernya mau bagaimana pun keadaan,tetap saja Alaskar selalu terlihat tampan dari sisi manapun.

Zea membantu mengeringkan rambut Alaskar,usai laki laki itu memakai baju rumahannya itu.bukan hanya membantu mengeringkan rambut,tapi Alaskar juga memintanya agar sekalian merapikan rambut itu.

   Selesai mengurus bayi gedenya itu,Zea mengajak Alaskar untuk sarapan di bawah.saat Sampai disana ia melihat kedua orang tua itu yang baru selesai makan itu.

"Tuh kan,ma.nungguin penganten mah lama." Sahut Elang,yang tak lain adalah papanya Alaskar.

Pria paruh baya itu memang senang jika menjahili putranya,liat saja baru segitu saja sudah mampu membuat Alaskar kesal.

Tadi Zea memang mengatakan agar mertuanya makan duluan saja, karena tidak mau membuatnya menunggu.

"Papa ih, jangan gitulah." Ia tau jika suaminya memang selalu membuat gara gara jika dekat dengan putranya itu

"Yaudah kalian sarapan aja ya,mama tinggal dulu." Katanya yang pergi untuk mencuci piring kotornya.

Elang juga ikut berdiri,namun sebelum pergi ia membisikkan sesuatu pada putranya itu.

"Papa tunggu kabar baik dari kalian." Bisiknya yang diakhiri oleh kekehannya.

"Papa ngomong apa?" Tanyanya saat papa mertuanya itu sudah pergi.

"Gak penting." Balasnya.

Zea mengangguk,dan melanjutkan aktivitasnya itu.

  
         Siangnya Alaskar dan Zeana sudah berada di perjalanan pulang kerumahnya sendiri.sebenernya Zea masih betah disana namun apa boleh buat, suaminya itu mengajaknya pulang lebih awal dari obrolan awal.

Awalnya mereka sudah sepakat untuk pulang sore hari,tapi entah kenapa tiba-tiba saja Alaskar mengajaknya pulang abis Shalat dzuhur tadi.

"Kenapa si tiba-tiba ngajak pulang?" Tanyanya.

"Gapapa." Balasnya.fokusnya masih melihat jalanan.

Zea menghela nafasnya pelan, sepertinya jika bertanya lebih pun, Alaskar tidak akan mau mengatakan yang sesungguhnya.

Alaskar melirik istrinya sekilas,ia cukup lega karena kali ini zea tidak bertanya lebih lanjut.sebenernya ia senang karena Zea sangat betah juga dekat dengan mamanya seperti ibu dan anak sungguhan, namun ia kesal karena papanya sejak tadi terus saja mengingatkan dirinya agar segera memiliki anak.

Bukan ia tidak mau memiliki anak,hanya saja ia tau jika untuk saat ini memang bukan waktu yang tepat, mengingat Zeana yang masih sibuk kuliah.

"Mas." Panggilnya.

"Hm."

"Berhenti di depan bentar ya." Pintanya.

"Ngapain?" Tanyanya bingung,kenapa tiba tiba Zea ingin ia berhenti di tengah tengah perjalanannya ini.

"Pengen jajan hhe." Cengirnya.di sebrang sana memang ada penjual kebab yang sesekali ia kunjungi.

"Tunggu." Cegah Alaskar saat zea ingin turun dari mobil.

"Kenapa?kamu mau nitip?" Tanyanya,siapa tau aja kan Alaskar juga ingin mencoba kebab di tempat biasanya ia beli.

Laki Laki itu menggelengkan kepalanya, lalu tangannya mengambil dompet dan memberikan istrinya uang.

"Eh gausah,yang kemarin masih ada ko." Tolaknya.ia tidak berbohong karena memang ia masih memegang uang cas.jika hanya membeli kebab saja itu masih ada lebihnya.

"Ambil." Suruhnya yang tidak terima penolakan itu.

Melihat raut wajah suaminya yang memang tidak mau dibantah itu, membuat Zea akhirnya menerima uang yang di berikan itu. "Makasih,suami." Ujarnya.Zea langsung pergi ke tempat penjualnya.

Alaskar yang melihat istrinya itu hanya bisa tersenyum tipis.Zea memang masih seperti anak kecil yang lebih hobi jajan daripada belanja barang barang seperti perempuan pada umumnya.kalo tidak jajan makanan ya jajan buku.

Tapi ia lebih suka dengan perempuan seperti itu,yang tidak belanja barang barang yang sebenarnya tidak terlalu penting.bukan karena ia pelit,namun rasanya melihat orang menghamburkan uang hanya untuk gaya gayaan juga tidak baik.

 

ALASKAR DAN ZEANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang