Bagian #2

72 3 0
                                    


Assalamualaikum

Budayakan vote setelah membaca ya man teman semuanya hargailah Author nya yang sudah jungkir balik mikirin alurnya hhe

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
G
.
.
.
.
.
.
.
.
.









     Paginya,Zea memaksakan kedapur walaupun sebenarnya ia tidak tau bahkan tidak bisa memasak selain membuat nasi goreng dan telur ceplok saja.dan itupun kadang keasinan,hambar atau bahkan gosong.

Sebenarnya ia ragu untuk membuat sarapan untuk Alaskar, takut kayak kemarin saat ia membuat nasi goreng di pagi hari,memang tidak gosong,tidak juga keasinan hanya saja tidak ada rasa.

Tapi laki laki itu tetap memakannya karena ingin menghargai makanan buatan.sebenernya jika Alaskar tidak memakannya pun tidak apa apa karena ia tau rasanya sangat tidak enak di lidah.

"

Ngapain?" Tanya Alaskar pada istrinya yang hanya berdiam saja di dapur.

"Pengen buat sarapan,tapi gak bisa masak." Jawabnya seraya menyengir tanpa dosanya.

Laki laki menghela nafasnya lalu berjalan kearah kulkas dan mengambil sesuatu disana, setelah mengambil apa yang ia butuhkan,ia langsung menaruhnya di hadapan gadis itu.

"Mas."

"Hm."

"Aku gak bisa gorengnya." Katanya.tadi laki laki itu mengambil daging ayam yang sudah dibumbui oleh bundanya kemarin,agar lebih mudah tinggal digoreng saja.

Kemarin bunda Zea memang kesini untuk membawakan barang milik Zea yang ketinggalan,dan karena mengetahui putrinya yang tidak bisa masak apapun jadi ia sedikit membantu dengan membuat ungkep ayam.

"Dicoba." Balasnya.

Zea mendengus sebal,namun tetap menyalakan kompor untuk memanaskan minyak nya.

 
Saat minyak itu sudah panas, dengan ragu ia memasukkan ayam itu ke penggorengan dengan rasa takutnya.

Zea menoleh kearah suaminya yang hanya menyaksikan penderitaan berperang dengan minyak yang muncrat muncrat itu.

"Kamu gak mau bantuin,ini minyaknya jahat banget tau,kayak yang gak suka sama aku." Melasnya, bahkan ia tidak berani membalikan ayamnya itu.

Alaskar menggelengkan kepalanya karena sedari tadi gadisnya itu mengeluh dengan kata-katanya yang absur.

Dengan tenang, Alaskar mengambil alih sodet yang dipegang gadisnya itu.akhirnya ia membantu untuk membalikkan ayamnya karena jika dibiarkan tanpa dibalik,yang ada malah gosong.

Sedangkan Zea hanya menyaksikan seraya mengumpat dibalik punggung suaminya itu.tanpa ia sadari tangannya melingkar diperut milik Alaskar.

"Tangannya." Kata Alaskar saat ayamnya sudah matang.

"Hah." Balasnya yang masih belum menyadarinya.sampai akhirnya Alaskar menujuk dengan lirikan matanya.  "Oh,maaf." Lanjutnya saat sudah menyadari itu, dengan cepat ia melepaskan tangannya itu dari perut sang suami.

          Selesai sarapan keduanya berangkat bersama dengan tujuan yang berbeda.seharusnya mereka libur untuk tiga hari kedepan setelah acara pernikahan,namun baik Zea ataupun Alaskar memilih untuk beraktivitas kembali seperti biasanya.

Selama diperjalanan hanya ada keheningan saja, sesekali Zea bertanya namun karena Alaskar hanya sedikit berbicara membuat obrolan itu tidak bertahan lama.

Terkadang Zea kesal dengan sifat suaminya itu hanya sangat irit bicara itu,namun ia harus membiasakan diri dengan hal seperti ini untuk jangka waktu yang panjang.

Walaupun sampai saat ini,ia belum bisa mencintai Alaskar,namun ia tetap berharap jika pernikahan ini akan langgeng sampai nanti.

"Dah sampe." Kata Alaskar mengingatkan gadis itu yang masih diam dengan pikirannya sendiri.

"Ah,iya." Balasnya kikuk.zea meraih tangan lelaki itu lalu mencium punggung tangannya sebelum pergi.

Tanpa di duga duga, Alaskar mendekatkan wajahnya dan mencium keningnya itu sekilas.

"A..aku pergi dulu, assalamualaikum." Gugupnya.jujur saja, jantung suka mendadak tak aman setiap kali Alaskar mencium keningnya itu.

"Wa'alaikumsalam."

ALASKAR DAN ZEANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang