Masa Dewasa

24 0 0
                                    

Kami hanya meneruskan karma, melanjutkan kutukan dan menebus kesalahan. Entah siapa yang bersalah dan terkutuk itu, kami tidak pernah diberikan jawaban. Dimana keadilan bagi kami yang tidak tahu apa-apa? Sesungguhnya kami ingin hidup normal layaknya manusia. Misi ini sangat berat, pertaruhan antara hidup dan mati. Apa imbalannya? Kami berkorban untuk sang raja atau para leluhur? Siapa sebenarnya yang menjadi tuan kami?

***

Isah kini sudah beranjak dewasa, tibalah waktunya ia mengetahui identitas aslinya. Orang tua Isah merasa dilema, khawatir kalau Isah tidak mau ikut jejak mereka. Keliatan dulu waktu Isah masih kecil, dia banyak bertanya dan mengomentari kelakuan orang tuanya. Butuh waktu yang lama untuk memberikan pengertian kepada Isah.

“Isah, kemari duduk sama ibu” kata Bu Markonah yang sedang duduk di teras rumah.

“Tumben, Bu. Ada apa?” tanya Isah penasaran.

“Sekarang kamu sudah besar ya, Nak. Kamu seharusnya sudah punya pacar”

“Ahhh…ibu” jawab Isah malu-malu.

“Ibu mau memberitahu kamu sesuatu”

“Apa itu, Bu?” tanya Isah sambil mengubah posisi duduk. Sembari berbicara, Bu Markonah menarik nafas dalam terlebih dahulu.

“Kamu sebenarnya bukan manusia biasa, sayang. Kamu terlahir menjadi manusia istimewa” jelas Bu Markonah perlahan tapi pasti.

“Maksudnya Bu?”

“Kamu pernah mendengar warga sini bercerita tentang Tau Salak? Itulah kita” tambah Bu Markonah.

“Aku tidak mengerti. Coba jelaskan lebih detail lagi, Bu” rengek Isah kepada ibunya.

“Kita adalah keturunan Tau Salak yang diceritakan warga sebagai manusia hantu di Lombok” 

“Lalu? Dimana istimewanya Bu? Oiya aku ingat, dulu waktu aku masih kecil, ibu pernah berkelakuan aneh sama Ayah kan?” tanya Isah.

“Iya, sayang. Kamu benar sekali. Istimewanya kita bisa terbang kemanapun kita mau. Kita juga bisa berubah menjadi binatang umumnya seperti anjing dan kucing” ujar Bu Markonah.

“Itu berarti aku tidak perlu jalan kaki lagi pergi ke sawah atau kemanapun” jawab Isah sumringah.

“Bukan. Bukan begitu sayang. Kita tidak bisa memakainya sembarangan, hanya pada saat malam hari saja. Kalau kita menggunakannya pada siang hari, yang ada kita bisa digebukin warga dan lebih parahnya lagi dibunuh”

“Berarti ini harus kita rahasiakan dari warga Bu?”

“Iya, Isah”

“Diluar sana masih banyak orang yang memiliki kemampuan lebih dari kita, Bu? Makanya kita harus sembunyi”

“Tepat sekali. Mau tidak mau kamu wajib ikut kami menjadi Tau Salak karena ada darah kami yang mengalir di setiap sudut tubuhmu” 

“Aku tidak bisa menolak, Bu?”

“Iya, tidak bisa. Kalau kamu menolak, kamu harus menanggung resikonya”

“Resiko apa, Bu?”

“Kamu akan secara tiba-tiba berubah menjadi sosok Tau Salak, dimanapun dan kapanpun tanpa bisa kamu kendalikan”

“Kayaknya seru Bu, tapi kalau boleh Isah tahu, kerjaan kita seperti apa?”

“Nah, ini yang sulit. Tapi, kalau kamu mau dan sungguh-sungguh, semuanya pasti akan mudah” kata Bu Markonah.

“Bagaimana caranya menjadi Tau Salak, Bu? Apakah harus dilantik atau bagaimana?”

“Nanti kita jalanin ritual dan mengucap beberapa mantra” 

Tau SalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang