Inilah titik akhir dari perjalananku dalam menempuh setiap jejak kehidupan termasuk didalamnya kisah asmaraku. Terbukti kalau kami memang sulit mencari cinta sejati apalagi dengan mitos-mitos fiktif yang beredar di kalangan masyarakat. Tidak akan ada penyesalan yang akan memberatkan kematianku. Aku hanya menyayangkan keluarga kecil yang baru tumbuh dan bersemi dan penuh cinta mereka harus berduka karena kepergianku.
***
Isah duduk bersila menghadap ke sebelah barat. Dia lalu membaca mantra dan mengeluarkan keris itu. Keris itu keluar dengan cahaya. Keris itu seakan menagih darah lagi. Isah lalu mengambil kotak warna hitam dari lemarinya dan memasukkan keris itu ke dalamnya. Dia kemudian membawa kotak itu keluar dan membuangnya ke sungai. Setelah selesai, Isah kembali ke rumahnya dan menemui suami dan anaknya.
Isah keliatan lebih pucat akhir-akhir ini, mungkin karena efek keris yang telah dicabutnya. Dia juga sering sakit-sakitan. Suami dan anaknya selalu memperhatikan Isah dan melayani Isah layaknya seorang ratu rumah.
“Kalian berdua jaga diri baik-baik” perintah Isah kepada Denan dan Demah yang sedang bergantian mengelap dan mengurut tubuh Isah.
“Emangnya kenapa sampai ibu ngomong seperti itu?” tanya Demah.
“Hidupku sudah tidak lama lagi” jawab Isah. Denan dan Demah saling bertatapan.
“Kamu nggak usah ngomong yang macem-macem. Kamu pasti sembuh, ini hanya penyakit biasa kok” kata Denan berusaha menenangkan suasana.
“Kalian harus siap-siap” ucap Isah lagi.
“Husss…sudah. Iya kami harus menyiapkan makan siang untuk kamu, kan? Baik” timpal Denan. Dia lalu beranjak menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Selama Isah sakit, Denan dan Demah bergantian melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus Isah dan pergi berkebun ke ladang. Mereka tampak kompak membagi tugas. Inilah yang dibanggakan oleh Isah. Ucapan syukur selalu ia panjatkan karena telah dipertemukan oleh dua orang laki-laki seperti mereka.
***
Dalam keadaan sakit Isah tetap mengajak anak dan suaminya untuk pergi ngeres bangkai dan kotoran manusia. Kali ini tujuan mereka ke sawah. Sesekali mereka berpisah untuk mencari makanan lezat itu. Berbeda dengan anak dan suaminya, Isah berubah menjadi anjing. Dia terus menyusuri parit di sekitar persawahan milik warga. Tiga sampai empat bangkai ia temukan dan dimakannya dengan lahap.
Tiba-tiba terdengar hentakan kaki dari belakang Isah. Isah menengok dan langsung saja ia dipukul oleh seseorang. Orang itu lalu membacakan mantra sempoter. Apalah daya Isah yang tidak bisa melawan, dia hanya terdiam. Setelah di sempoter, tubuh Isah tidak bisa kembali lagi sebagai manusia sampai ia meninggal dunia. Isah kesakitan dan berusaha meminta pertolongan, tapi sayang tidak ada yang datang menolongnya, tidak suami maupun anaknya.
Dia terkapar lemas di tengah sawah, tatapannya kosong ke arah langit. Lidahnya menjulur keluar dan tak henti meneteskan air liur. Tiga hari tiga malam Isah meregang nyawa disana. Di hari ke empat ia sudah lelah dan menghembuskan nafas terakhir. Demah dan Denan bingung, mereka tidak tau kemana lagi harus mencari Isah. Setiap hari mereka menyusuri sawah dan parit, tidak ada jejak Isah. Isah meninggal dalam keadaan yang mengenaskan dan tidak ada satupun orang yang tau. Dia juga tidak dikubur layaknya manusia normal.
***
Sejak kepergian Isah Demah sering mengigau sendirian. Ia sangat merindukan ibunya. Dia sudah bisa menebak kalau ibunya pasti akan menghilang dan pergi meninggalkan mereka berdua. Itulah sebabnya Isah kemarin memperingati Demah dan ayahnya. Ketika mengingat kebersamaannya dengan sang ibu, Demah meneteskan air mata pilu.
“Jika ibu memang sudah pergi untuk selamanya, maka pertemukan kami dengan jasadnya untuk terakhir kali. Jika memang ibu pergi untuk sebentar, maka pertemukan kami di masa depan. Kami akan selalu menanti ibu disini” suara Demah lirih.
Denan yang melihat anaknya sedih, ia merasa lebih terluka. Seandainya ia bisa menjaga Isah, mereka pasti bisa berkumpul bersama sampai sekarang. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa Denan lakukan. Tugasnya sekarang hanya bisa menghibur dan membesarkan Demah sesuai keinginan Isah dulu.
***
Waktu berlalu begitu singkat, Denan dan Demah mengikhlaskan kepergian Isah. Mereka menjalani kehidupan dan aktivitas seperti biasa, sedangkan tubuh Isah menyatu dengan tanah. Sukmanya telah pergi entah kemana. Orang tua Isah juga sudah tahu semuanya.
“Memang perjalanan kita akan berakhir seperti ini. Entah kita akan dikubur atau menghilang ditelan bumi. Tau Salak adalah orang-orang pilihan yang pantang menentang takdir” keluh Bu Markonah ketika mengemas sisa pakaian Isah di lemari. Dia ingin menyumbangkannya kepada warga lain yang membutuhkan. ***
Tau salak adalah golongan orang-orang yang berada dalam mitos masyarakat Lombok. Percaya atau tidak, memang mitos itu berkembang dari tuturan mulut ke mulut. Entah mitos itu ada yang benar atau sekedar cerita saja. Namun, hal terpenting adalah cerita Tau Salak ini dijabarkan untuk menghibur, memberikan informasi tanpa bermaksud untuk menyudutkan atau menyinggung pihak tertentu.
Tau Salak, berdasarkan dari rangkuman ceritanya, mereka memiliki keanehan yang tidak biasa bagi orang normal yakni memakan kotoran manusia, mayat, bangkai hewan bahkan manusia hidup seperti bayi. Konon katanya, orang seperti ini sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Belum pasti mereka berasal dari keturunan ras atau suku mana, intinya sempat ada di luar negeri juga. Mungkin mereka yang masih tinggal di Lombok adalah generasi dari orang-orang tersebut.
Secara istilah Tau Salak bisa disebut sebagai kanibal. Kanibalisme merupakan suatu kelainan yang diidap oleh orang tertentu dan tidak bisa diobati secara langsung dengan medis. Oleh karena itu, di dalam cerita hanya diobati oleh orang yang paham tentang adat dan bisa juga secara agama. Ceritanya lagi Tau Salak erat kaitannya dengan ilmu hitam. Ilmu yang dipercaya digunakan untuk hal-hal yang mengarah kepada keburukan dan mencelakakan manusia lainnya.
Itulah sedikit cerita dan gambaran tentang Tau Salak. Inti dalam cerita sebenarnya merujuk kepada kemalangan kisah asmara keturunan Tau Salak. Mereka tidak bisa dengan mudah mendapatkan pasangan sejati yang mau mengikuti dan mendukung sosok mereka sebagai Tau Salak. Isah jelas-jelas menemukan lika-liku perjalanan kisah asmara yang rumit. Isah sadar diri akan hal itu, keturunan Tau Salak sangat dihindari untuk dinikahi oleh orang normal karena mereka takut akan mengalami kelainan yang serupa. Maka dari itu, Isah sempat mengambil pilihan yang menjadi tradisi zaman dahulu, guna-guna yang akan bertindak jika mereka tidak laku-laku.
Akhirnya sekalinya Isah mendapatkan cinta sejati dan kebahagiaan, dia harus meregang nyawa karena dibunuh. Ia harus meninggalkan orang-orang tersayang tanpa berpamitan terlebih dahulu. Bahkan sampai tidak dikuburkan dan menjadi bangkai yang dikerumuni oleh belatung dan ulat. Kasus meninggalnya Isah dikarenakan kejadian sempoter. Sempoter adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan dan memusnahkan keturunan Tau Salak. Mereka hanya dipukul satu kali menggunakan kayu atau apapun sambil dibacakan mantra. Dengan begitu mereka tidak akan bisa kembali menjadi manusia normal dan tetap menjadi Tau Salak sampai meninggal dunia. Selama sakaratul maut, mereka yang telah disempoter akan merasakan sakit yang berjuta kali lipat dibandingkan mati biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tau Salak
HorrorSetiap daerah pasti memiliki kearifan lokal masing-masing dan kepercayaan terhadap mitos. Begitu juga dengan daerah Lombok, salah satu pulau yang dijuluki Seribu Masjid. Pulau destinasi wisata yang indah nan cantik. Akan tetapi, dibalik itu semua ad...