Kami malu ketika memiliki rasa cinta kepada manusia. Kepercayaan diri kami hanya setipis tisu. Sebagian jiwa kami masih ada naluri manusia, pasti ada hasrat ingin mencintai dan dicintai. Kata nenek moyang kami, cinta hanya nafsu sesaat bagi mereka yang melihat kami berwujud manusia, bukan sebagai Tau Salak. Kalau jatuh cinta, kami harus siap-siap antara ditinggalkan atau berakhir terhina.
***
Sejak mengenal Kasim, Isah terlalu berani menunjukkan diri agar terlihat pantas baginya. Kasim juga begitu, sebagai seorang pria, ia tergesa-gesa meyakinkan pilihannya. Semuanya berawal dari saling membagikan curahan hati masing-masing sampai mereka tenggelam dalam perasaan suka. Isah lupa bahwa dirinya dan Kasim hanya dua orang yang butuh untuk diisi, bukan untuk memiliki. Dunia yang berbeda tidak akan menemukan jalannya.
Berita tentang kedekatan Isah dan Kasim sudah sampai ke keluarga mereka masing-masing. Keluarga Kasim segera menyuruh Kasim untuk menikahi Isah agar tidak berlama-lama menjalin hubungan. Orang tua Kasim takut akan ada setan yang bakalan mempengaruhi mereka berbuat dosa. Sedangkan keluarga Isah masing bimbang dengan pilihan anaknya. Mereka takut kalau anaknya itu akan berakhir pisah jika Kasim tidak sepenuh hati mencintai Isah.
"Aku harus bagaimana, yah? Aku sudah terlanjur mencintai Kasim" ucap Isah saat pulang ke rumahnya.
"Nanti aku obati kamu. Intinya ayah tidak setuju kamu dengan dia" larang Pak Solas.
"Ayah jahat! Ayah selalu keras sama Isah. Tidak pernah sedikitpun aku melihat ayah lembut dan sayang sama Isah" kata Isah sambil menangis.
"Kamu...! Kamu berani membangkang sama ayah. Kamu lebih memilih pria itu dibanding mematuhi perintah ayah?" teriak Pak Solas sambil melotot kepada Isah.
Isah yang melihat ayahnya murka kemudian bersembunyi dalam pelukan ibunya. Ibunya duduk terdiam di pintu rumah. Dia yakin bahwa ibunya mengerti perasaan Isah. Seorang anak perempuan yang tidak direstui ayahnya tidak akan pernah bisa menikah karena dia yang memegang peran sebagai wali nikah, salah satu syarat sah sebuah pernikahan. Posisi Isah sangat berat, hampir setiap hari dia mengurung diri di kamarnya.
"Ayolah yah, dia sudah tau konsekuensinya. Dia sudah mempertimbangkannya" bujuk Ibu Isah kepada Pak Solas.
"Justru karena dia tahu, bu. Dia sedang dimabuk cinta, bukan atas kesadarannya sendiri" jawab Pak Solas.
"Kasihan Isah, yah. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar" rayu Bu Markonah.
Pak Solas menatap istrinya nanar. Keputusannya sudah bulat, tidak istrinya maupun anaknya yang bisa mengubah pendirian Pak Solas. Sebenarnya ada niat terselubung dalam hati Pak Solas saat menentang Isah menikah dengan Kasim. Hal itu karena ketidakinginan Pak Solas melihat anaknya ikut keluarga Kasim dan melupakan tugasnya menjadi Tau Salak.
Pertentangan yang terjadi dengan ayahnya tidak akan berujung. Lambat laun Isah mulai berdamai dengan keadaan. Ia menyibukkan diri dengan membantu orang tuanya bekerja di sawah seperti dulu lagi. Itulah cara agar Isah bisa melupakan Kasim. Mimpinya untuk mencari pasangan di kampung bibinya coba ia kubur dalam-dalam. Akibat perseteruan panas itu juga yang membuat Isah tidak mau memaksa untuk menikah lagi, biarlah waktu dan takdir yang membawakan jodohnya.
***
Masing-masing daerah memiliki patokan usia untuk menikah. Dulu orang Lombok biasanya mematok usia seorang wanita harus menikah jika ia sudah belasan tahun. Lewat dari usia itu, ia tentu disebut tidak laku. Usia Isah sudah kelewatan batas dan sebutannya sebagai kembang desa kini berubah menjadi perawan tua. Isah sekarang sudah tidak terganggu jika dipanggil begitu, alasannya karena itu bukan kemauan Isah, hanya saja karena nasibnya memang harus begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tau Salak
HorrorSetiap daerah pasti memiliki kearifan lokal masing-masing dan kepercayaan terhadap mitos. Begitu juga dengan daerah Lombok, salah satu pulau yang dijuluki Seribu Masjid. Pulau destinasi wisata yang indah nan cantik. Akan tetapi, dibalik itu semua ad...