ayo vote dan komen ya teman teman biar aku makin semangat buat nyelesain cerita ini
🌻HAPPY READING 🌻
...
"Kalian langsung pulang aja, habis ini gua ada bimbingan sama bu Lilis." Ucap Kala kepada ketiga sahabatnya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, tetapi Kala dan sahabatnya masih betah di dalam kelas.
"Lama?" Niel bertanya meski fokusnya masih pada benda elektronik berbentuk kotak itu.
"Ya gatau, palingan jam empat juga selesai" jawab Kala sambil memasukan semua alat tulis yang ada di mejanya secara asal kedalam tas.
"Ooh"
"Gua duluan ya, udah ditunggu" pamit Kala
"Yoi" jawab ketiganya
Berjalan melewati beberapa kelas sebelum naik tangga menuju lantai tiga tempat perpustakaan itu berada, sesekali tersenyum jika ada yang menyapanya, tak berapa lama akhirnya Kala sampai di depan perpus.
Melepas sepatu, dan menaruh disamping pintu masuk, lalu masuk dan langsung mengisi formulir kunjungan, berjalan menuju pojok di sana Kala melihat sudah ada bu Lilis dan guru pembimbing lainnya serta beberapa anak lainnya yang sedang bimbingan.
Kala langsung berjalan menuju tempat bu Lilis duduk, di sana sudah ada tiga buku yang tebelnya bisa buat orang pingsan kalau kena timpuk dengan itu buka, serta ada modul yang sudah dibuat bu Lilis yang isinya poin poin penting yang harus Kala pelajari.
"Maaf bu telat." Maaf Kala sambil mendudukan diri di depan bu Lilis, jadi posisinya Kala dan bu Lilis saling berhadapan dibatasi dengan meja.
"Santai saja, ibu juga baru datang" jawab bu Lilis, guru ekonomi yang dikenal sangat disiplin jika sedang di kelas bahkan sampai tidak ada yang berani buat izin ke kamar mandi jika beliau sedang mengajar.
"Ini pelajari modul yang sudah ibu buat, di dalamnya sudah ada rangkuman dari tiga buku itu, dan beberapa latihan soal yang sekiranya keluar saat olim nanti" ucap bu Lilis sambil menyerahkan modul kepada Kala, yang langsung diterima oleh Kala.
"Meski begitu tiga buku ini tetep harus kamu pelajari, dan jangan berpatok sama latihan soal yang ibu buat, kamu juga harus cari soal soal latihan dari internet" ucap bu Lilis
"Iya bu" jawab Kala sambil mulai membuka modul yang di berikan bu Lilis.
"Sekarang pelajari yang di modul terlebih dahulu, jika ada yang belum paham tanyakan" perintah bu Lilis.
"Iya bu," jawab Kala
.
.
.Keluar dari perpus, Kala melihat sekeliling yang sangat sepi bahkan di parkiran khusus murid tinggal dua motor saja. sebelum pulang Kala menyempatkan untuk sholat ashar terlebih dahulu di mushola sekolah.
Selesai sholat, Kala langsung menuju kos dengan motornya, ditengah perjalanan dia berhenti di warung penjual makanan untuk membeli sebungkus nasi beserta lauk pauknya.
Memarkirkan motornya di depan warung, Kala turun dari motor dan memasuki warung, mendudukan dirinya dibangku yang kosong.
"Bu nasi" ucap Kala kepada ibu penjaga warung
"Iya dek, sebentar ya habis bapak ini" ucap sang pemilik warung.
"Iya bu" ucap Kala.
"Kala ya" panggilan ragu ragu dari bapak yang duduk di sebelah Kala.
"Eh om, ngapain di sini? Tante ga masak" ucap Kala yang menyadari bahwa bapak bapak disebelahnya adalah bokap Hayden.
"Saya cuma beli ikan goreng, tadi pagi ibunya Eyden lupa beli ikan, kalau kamu?" Tanya ayah Hayden
"Beli nasi sama lauknya om" jawab Kala.
"Pak maaf ini nunggu sebentar gapapa?, ikannya kurang dua, saya harus goreng dulu" sela sang pemilik warung.
"Iya bu gapapa" jawab ayah Hayden ramah.
"Dek Kala ini pesen seperti biasa?" Tanya pemilik warung kepada Kala.
"Iya bu, nasinya setengah aja" minta Kala kepada pemilik warung.
Sambil menunggu pemilik warung membuatkan pesanannya Kala memilih membuka hp, aplikasi pertama yang ia buka adalah whatsaap, ada puluhan pesan dari grup kelas tanpa guru, grup yang berisi sahabatnya, dan grup cahaya hati tempat dia ngekos
Pertama Kala buka adalah grup kelas tanpa guru, isinya perdebatan tentang hilangnya pulpen di kelas, dan kedua grup yang berisi sahabatnya isinya cuma spam stiker meme gajelas, dan terakhir grup cahaya hati isinya tentang masalah sampah dapur yang ga ada yang mau buang.
"Ini dek Kala pesanannya, ibu tambahin sayur dikit, sekali kali makan sayur biar sehat, jangan telur doang" sedikit nasihat dari pemilik warung, sambil menyerahkan buntelan nasi kepada Kala.
"Hehe, makasih bu" ucap Kala sambil menyerahkan uang sebelas ribu kepada ibu pemilik warung.
"Iya, baik baik kos, kalo lapar langsung kesini aja, bayar mah pikir belakang, yang penting kenyang dulu" ucap sang pemilik warung.
"Iya bu, aku pulang dulu, udah mau magrib" pamit Kala, keluar dari warung, dan langsung pulang menuju kosannya.
.
.
."Sering kesini bu?" Tanya ayah Hayden kepada pemilik warung.
"Iya Pak, hampir setiap hari kesini dengan menu yang sama" ucap sang pemilik warung sambil menggoreng ikannya.
"Emang pesen apaan bu?" Tanya ayah Hayden.
"Nasi, seringnya setengah porsi, padahal menurut saya ya pak, satu porsi yang saya kasih aja udah sedikit, terus semur telur, sama ayam bagian sayap, saya yang jualan aja kadang bosen pak ngeliatnya makan itu mulu" beritahu ibu pemilik warung.
"Bener bener gapernah beli yang lain bu?" Tanya ayah Hayden tidak percaya.
"Ga pak, udah saya tawari menu lain anaknya ga mau, dan kalo lagi ga ada sayap ayam biasanya gantinya ayam yang banyak bagian tulangnya, makanya saya selalu sengaja sisihin sayap ayam"
"Waduh bisa gitu ya, emang anaknya pemilih makanan atau budget-nya cuma cukup untuk beli itu" heran ayah Hayden.
"Keliatannya emang pemilih makanan pak, kalo soal budget ada lauk yang lebih murah daripada itu pak" ucap ibu pemilik warung sambil mengangkat ikan dari wajan penggorengan.
"Omong omong bu, anaknya ngekos dimana?" Tanya ayah Hayden sekali lagi
"Itu lho pak dekat masjid jarak dua rumah, di depannya ada papan besar tulisannya cahaya hati" beritahu sang pemilik warung.
"Ooh, saya lewati terus setiap pulang kerja, tapi ga sadar, saya kira itu panti asuhan, soalnya ga ada keterangannya"
"Hahaha iya pak orang orang yang ga tau pasti juga ngira itu panti asuhan"
...
925 words
Hallo guys pa kabar, masih ada yang mau nungguin ini cerita?
Maaf ya lama, awalnya tu ak sudah nulis buat penutupan agustus, eh malah hilang tulisannya jadi harus ngumpulin mood lagi buat nulis, maaf ya lamaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala | Haechan
RandomBebas satu kata yang menemani Kala dari kecil, hidup tanpa orangtua membuatnya bebas melakukan apapun tanpa ada yang menegur. Segala pahit manisnya kehidupan dia lalui sendiri tanpa ada sosok yang mendampingi. Konflik ringan jadi santai saja Brothe...