20

4.5K 122 4
                                    

"Mas Theo katanya mau pendidikan lagi, Neng."

Anna yang tengah memainkan ponselnya menoleh ke arah Aldo yang tengah memegang stir mobil. Anna diam sejenak, "Pendidikan?"

"Iya." Aldo menatapnya sekilas. "Katanya, dia sudah memenuhi Kualifikasi untuk naik pangkat, jadi dia bisa ambil pendidikan. Kalo itu beneran, berarti Mas Theo udah ga jadi Ajudan Bapak lagi. Dia ditarik kembali ke Pasukan. Tapi gatahu jelas kapan nya, sebelum atau sesudah Pilkada."

Anna mengeraskan rahangnya. Dada nya terasa sesak. Ujung mata nya pun sedikit berair. Apa ini akan menjadi akhir dari cerita mereka yang tak pernah dimulai itu? Apa dia tidak akan pernah melihat pria itu lagi? Apa ini adalah perpisahan mereka lalu fokus pada kehidupan dan masa depan masing-masing?

Dan apakah pria itu merasakan hal yang sama saat mendapatkan Kualifikasi itu.

Apa tidak ada sedikitpun terlintas dibenak nya mengambil langkah untuk masa depan mereka berdua? Masa depan nya yang ada Anna di dalam nya.

Apa dia benar-benar tidak memiliki perasaan sedikitpun untuk Anna? Yang bisa ia pertimbangkan agar membawa Anna ke dalam kehidupan nya.

Anna mengigit bibir bagian dalam sambil memandang kosong keluar jendela. Hari sedikit mendung, tidak ada sore yang cerah. Kenapa rasa nya semua menyerang Anna bertubi-tubi. Perasaan Anna, Kondisi Politik, Perilaku Papa. Seakan memang tidak mau Anna bisa berpikir tenang.

Padahal bukan Anna yang maju sebagai Calon tapi semua menyerang dan mengharapkan kejatuhan nya.

Anna menarik napas pendek lalu kembali menatap ponselnya.

"Kalo dia berhasil, Pangkat selanjutnya Mayor. Beberapa langkah lagi jadi Jendral, apa dia ga kepikiran buat nikah, ya?"

Anna menelan ludahnya kasar mendengar celotehan Aldo dengan berpura-pura bermain ponsel. Aslinya, air mata nya hampir jatuh.

Jika suatu saat Theo akhirnya memilih seorang perempuan sebagai pendamping hidup bukan sekedar pemuas kebutuhan biologis nya. Apa Anna akan kuat? Apa dia akan sanggup melihat Pria itu bersanding dengan perempuan lain selain dirinya?

Melihatnya tersenyum bahagia dan menatap pasangan nya penuh cinta. Seperti yang ia harapkan dilakukan pada diri nya.

"Eh, tapi Neng tahu ngga dia nanyain Neng terus akhir-akhir ini."

Stop it.

Anna tidak mau melayang hanya karna satu tindakan kecil yang menurutnya punya dampak besar. Dia hanya bertanya, Anna. Dia hanya bertanya kenapa perempuan penghiburnya ini menghindar. Hanya sebatas itu. Ingat dia tidak pernah menganggap mu ada dalam hidupnya.

"Neng kalo sedih karna ga bisa ketemu anak-anak Panti, nanti saya atur cara nya supaya bisa ketemu diem-diem, tanpa sepengetahuan Mas Theo." Aldo menghentikan mobilnya tepat dihalaman belakang Mall besar. "Jangan diemin Mas Theo, capek Neng ditanyain terus."

Nayara tidak ada di panti, tidak tahu kenapa. Itu semakin membuat Anna khawatir dan gelisah tentang sahabatnya dan tentang anak-anak panti namun Theo malah melarang nya untuk pergi kesana.

Anna menarik napas panjang sebelum mengangkat kepala nya sambil tersenyum ke arah Aldo. "Iya, Aldo."

Setelah mengatakan hal itu, Anna keluar dari mobil dan berjalan menuju seseorang yang sudah ada di sana. Menunggu kedatangan Anna sambil bersandar di mobilnya.

"Sulit sekali menemui tuan putri ini." Jovan tersenyum meledek sebelum menyalam tangan gadis itu.

"Sejak Bokap gue berhasil di Usung, Ajudan nya makin ketat ngawasin gue." Balas Anna.

HIS SECRET SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang