Galaksi memarkirkan motornya di halaman belakang Rumah, tadi ia sudah melihat ke halaman depan ternyata sudah banyak mobil mewah datang. Galaksi sendiri baru pulang, entah dari mana selepas kejadian di Sekolah dia menghilang. Juan dan Jean berusaha untuk menghubunginya, tapi ponsel Galaksi dinonaktifkan.Setelah membuka helm full face-nya, cowok tanpa ekspresi itu turun dari motor dan masuk lewat pintu belakang Mansion utama ini, ia melihat Bik Iyam sedang sibuk menyiapkan banyak hidangan, walau pun memang di bantu oleh para staff lainnya.
Namun, Bik Iyam adalah orang kepercayaan keluarga ini, Bik Iyam lah yang selalu terlibat dalam hal apapun yang terjadi disini. Galaksi berdecak kecil, lantas ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri wanita tua itu. Mungkin diperkirakan usia Bik Iyam 70 Tahun ke atas.
"Gala bantu, Bik." Suara Galaksi yang berat dan dingin membuat Bik Iyam tersentak.
Bik Iyam menoleh ke samping dan mendapati Galaksi yang masih berpakaian seragam Sekolah lengkap.
"Tidak perlu, Den. Lebih baik Aden naik ke kamar, ganti baju lalu istirahat," sergah Bik Iyam.
Galaksi menundukkan kepala, ia baru menyadari jika memang dirinya masih mengenakkan seragam Sekolah.
"Gala naik dulu, nanti ke sini lagi," ucap Galaksi.
"Aden istirahat saja, nanti Bibik bawakan makan ke kamar, tidak perlu melakukan hal apapun lagi," balas Bik Iyam seraya mengusap-usap bahu lebar milik Galaksi.
Tanpa menjawab apa yang dikatakan Bik Iyam, Galaksi berlalu begitu saja. Bik Iyam menatap punggung Galaksi dengan tatapan sendu, banyak hal yang ia ingin sampaikan pada anak itu, tapi Bik Iyam bisa apa bahkan hanya untuk mencegah hal buruk terjadi pada Galaksi saja Bik Iyam tidak bisa.
"Anak malang, seharusnya Gala mendapatkan keadilan," gumam Bik Iyam yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri.
Sedangkan Galaksi yang akan naik ke kamar menghentikan langkahnya sebelum menaiki anak tangga. Ia melihat ke halaman depan Mansion ini, pesta meriah sedang dilaksanakan dengan peran utama yang sekarang sudah tampil bak Pangeran Kerajaan.
Galaksi menatap sang Bintang malam ini, dia tampak sangat gembira berbincang dan bersanda gurau bersama para keluarganya dan kerabat serta tamu terhormat Ayahnya.
Galaksi menarik satu sudut bibirnya untuk menyunggingkan senyum sinis. "Munafik."
Setelah mengatakan itu ia benar-benar naik ke lantai atas untuk menuju kamarnya tanpa menoleh lagi ke belakang.
***
Sudah hampir setengah jam berlalu, Galaksi mematut dirinya di depan cermin, ia sudah memakai pakaian yang tersedia di kasurnya ketika tadi Galaksi masuk.
Entah apa maksud dari mereka memberikan pakaian ini, tetapi Galaksi tahu mereka menginginkan semua orang yang hadir dalam acara malam ini tidak mengetahui siapa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT)
Teen FictionTerkenal sebagai Badboy, kejam dan tak berperi kemanusiaan. Hampir semua orang tahu siapa dia, sosok misterius yang menyimpan segudang teka-teki. Tidak ada yang tahu jati diri yang sesungguhnya, ia hanya dijuluki sebagai Penguasa Sekolah. Si biang...