"Gala ayok turun." Gissela melambaikan tangan dari bawah agar Galaksi ikut turun bersamanya.
Galaksi tidak menjawab seruan itu melainkan mulai turun dari Rumah pohon untuk menghampiri Gissela. Terlihat gadis itu sedang menata banyak makanan dan minuman di atas meja.
Satu jam yang lalu Gissela pergi ke Supermarket terdekat untuk membeli makanan-makanan tersebut, sedangkan Galaksi tertidur di Rumah pohon. Galaksi duduk di depan Gissela, diam-diam ia mengamati gadis itu lalu tiba-tiba senyum kecil muncul dari bibirnya.
"Lucu," gumam Galaksi.
"Hah? Kenapa, Gal?""Gak."
Gissela mendengkus, ia sedang sibuk menyusun makanan tetapi samar mendengar Galaksi bergumam. "Dih, dasar kutub."
"Kutub?"
"Iya. Lo itu kaku, dingin kayak kutub utara," kata Gissela.
"Perasaan lo aja." Galaksi mengambil makanan di depannya kemudian melahapnya. Tidak peduli dengan tatapan sinis dari Gissela.
Gissela mencebik, mengambil gelas lalu menuangkan segelas air putih untuk Galaksi.
"Minum. Lo harus minum obat juga."
"Lebay amat. Gue gak sakit parah."
"Lo sakit. Gak usah banyak protes, minum obatnya," ucap Gissela, ia meletakkan satu butir obat pereda nyeri di telapak tangan Galaksi.
Luka-luka yang di dapat Galaksi sudah melebam, Gissela yakin akan terasa sangat ngilu dan tadi setelah belanja makanan gadis itu menyempatkan ke apotek untuk membeli obat.
Mendapat perhatian dari Gissela lagi-lagi Galaksi diam-diam tersenyum kecil, bersama Gissela ia merasakan sedikit perasaan lain. Tidak tahu juga, yang pasti Galaksi merasa nyaman dengan gadis itu.
Selama beberapa saat hening ke duanya mulai memakan makanan yang telah tersaji, setelah minum Galaksi mencoba untuk membuka percakapan dengan Gissela dan untuk pertama kalinya Galaksi mengeluarkan banyak kosakata, ia menjelma seperti seorang yang banyak bicara sekarang. Gissela seperti membawa sebuah perbedaan dalam hidup Galaksi.
Padahal Juan dan Jean selaku temannya saja Galaksi hanya berbicara seperlunya. Tetapi dengan Gissela, lihat saja cowok itu dapat leluasa mengeluarkan isi pikirannya.
Gissela memperhatikan wajah Galaksi yang sekarang sedang tertawa, gadis itu meraba jantungnya yang mendadak berdegup sangat kencang dan juga pipinya yang terasa panas.
Ia melihat tawa lepas dari Galaksi, yang mana Gissela yakin Galaksi jarang tertawa.
"Gala," panggil Gissela seketika Galaksi menoleh ke arahnya. "Sering-sering ketawa kayak gini."
Galaksi menundukkan kepala, ia tertawa miris. "Gue juga gak nyangka bisa ketawa kayak gini. Apa lagi lo nyuruh sering-sering ketawa."
"Ya gak apa-apa dong. Ketawa-ketawa aja yang banyak."
"Orang gila kali," decak Galaksi.
Kali ini Gissela yang tertawa melihat ekspresi wajah Galaksi menurutnya itu lucu.
Gissela mengambil gelasnya lalu meminum minumannya, Galaksi mencuri pandang pada gadis itu semakin lama melihat Gissela, Galaksi menyadari sesuatu gadis di depannya ini memang sangat cantik.
Apa benar Gissela hadir untuk menjadi pelengkap hidup Galaksi?
Jika memang benar, tolong izinkan Galaksi untuk menjaganya. Galaksi ingin mengenal lebih jauh dengan Gissela.
"Gisel."
Gissela menoleh. "Hem?"
"Gue pengen kenal lo lebih dekat, boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT)
Teen FictionTerkenal sebagai Badboy, kejam dan tak berperi kemanusiaan. Hampir semua orang tahu siapa dia, sosok misterius yang menyimpan segudang teka-teki. Tidak ada yang tahu jati diri yang sesungguhnya, ia hanya dijuluki sebagai Penguasa Sekolah. Si biang...