"Gimana keadaan Galaksi?" tanya Madava sesaat setelah sampai di depan Alvaro yang saat ini tampak sangat kacau.
Alvaro tidak menjawab pertanyaan dari Madava, ia hanya menatap kosong pada sang Kakak. Melihat kondisi Alvaro, Madava yakin sesuatu yang buruk telah terjadi pada Galaksi.
Tadi Alvaro menelepon Madava, mendapat kabar jika Galaksi mengalami kecelakaan Madava segera datang ke Rumah Sakit.Tak lama dari Madava tiba, Anastasya datang dengan langkah kaki yang terburu-buru. Raut wajah wanita itu sudah tidak karuan, mata yang sembab dan hidung yang sudah memerah.
"Dava, Galaksi gimana?" tanya Anastasya ketika sudah ada di depan Madava.
"Galaksi masih ditangani, Tante." Bukan Madava atau pun Alvaro yang menjawab, melainkan Juan.
Agaknya di antar mereka yang paling tegar adalah Juan. Cowok itu tidak menangis sama sekali walau pun terlihat dari wajahnya yang memerah, ia berusaha untuk tidak menangis.
Berbeda dengan saudara kembarnya, Jean tidak bisa menghentikan tangisnnya. Air mata itu terjun bebas begitu saja dari pelupuk matanya.
"Tante duduk dulu," ucap Madava membawa Anastasya duduk di samping Alvaro.
Anastasya hanya menurut pada Madava. Beberapa saat menunggu Dokter yang menangani Galaksi keluar, semua orang segera menghampiri Dokter itu.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" tanya Anastasya dengan suara yang serak.
Sang Dokter menggeleng, membuat semua orang mendadak lemas seketika.
"Maksudnya, Dok?" Kali ini Madava yang bertanya.
"Kemungkinan Pasien untuk hidup hanya beberapa persen, kami hanya bisa membantu dengan alat-alat agar Pasien dapat bertahan. Kerusakan pada beberapa organ tubuhnya kecuali hati sudah sangat fatal terutama pada gendang telinga Pasien. Jika pun Pasien mendapat keajaiban untuk bertahan, sudah bisa dipastikan Pasien akan tidak bisa mendengar secara permanen," jelas sang Dokter.
Mendengar penjelasan dari Dokter membuat Anastasya hampir limbung, jika tidak ada Madava yang memeganginya.
"Untuk sekarang Pasien ingin bertemu dengan semua orang yang menunggunya. Saya izinkan hanya beberapa menit," sambung Dokter itu.
Tidak membuang waktu lama, semua orang masuk kecuali Alvaro yang tampak bimbang untuk masuk atau tidak.Namun akhirnya berkat paksaan dari Madava, Alvaro ikut masuk ke dalam Ruang tersebut. Mereka tak lupa memakai APD yang harus di pakai untuk menemui Pasien.
Galaksi tersenyum tipis saat semua sudah datang di sebelah kanan dan kirinya ada Juan dan Jean selaku orang yang selama ini dekat dengar Galaksi.
"Makasih udah temuin gue," kata Galaksi membuka suara dengan lirih. "Biar gue aja yang ngomong, karena percuma kalo kalian ngomong gue gak bisa denger suara kalian."
Semua orang yang mendengar perkataan Galaksi tak kuasa menahan air mata kecuali Juan. Cowok itu masih terus berusaha untuk tidak menangis di depan Galaksi.
"Juan-Jean gue mau ngucapin banyak makasih sama kalian, karena udah mau jadi temen gue. Kalian gak ninggalin gue di semua keadaan yang gue alami, ya walau pun kalian sendiri enggak tahu apa-apa tentang gue," kekeh Galaksi diakhiri dengan terbatuk kecil.
Jean mengangguk dengan keras dan Juan hanya merespon dengan senyuman tipis. Lalu mata Galaksi melirik pada Alvaro yang berdiri dari jarak yang jauh, Galaksi tersenyum simpul.
"Al ..."
Mendengar Galaksi memanggilnya Alvaro dengan ragu menoleh.
"Lo tau? Gue sama sekali gak bisa benci sama lo. Lo itu adek gue, akan selalu jadi adek gue sampai kapan pun. Gue iri sama lo iya gue akuin iri, tapi asal lo tau, rasa sayang gue ke lo melebihi apa pun walau gue tau lo gak pernah sayang sama gue," lanjut Galaksi mengungkapkan perasaan tulusnya pada Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT)
Novela JuvenilTerkenal sebagai Badboy, kejam dan tak berperi kemanusiaan. Hampir semua orang tahu siapa dia, sosok misterius yang menyimpan segudang teka-teki. Tidak ada yang tahu jati diri yang sesungguhnya, ia hanya dijuluki sebagai Penguasa Sekolah. Si biang...