4. Lo senggol Gue bantai

47 18 15
                                    

Plak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat ke permukaan pipi Galaksi, wajahnya tertoleh ke samping. Ya, betul tamparan itu berasal dari Adhitama—sang Ayah. Galaksi terkekeh, Adhitama mendengar dan hal tersebut membuatnya semakin naik pitam.

"Me-ma-lu-kan." Adhitama mengeja setiap kata yang keluar dari mulutnya dengan rahang yang mengeras dan tatapan tajam yang ia layangkan pada Galaksi.

"Sshh." Sementara Galaksi kembali menolehkan kepala sambil mendesis, memegangi sudut bibirnya yang terasa ngilu.

Bukan satu atau dua kali saja Galaksi mendapatkan tamparan seperti ini, agaknya Galaksi sudah kenyang dengan makanan sehari-harinya.

"Anak tidak tahu diuntung, harusnya kamu bersyukur bisa hidup sampai detik ini. Tapi, apa balasanmu padaku? Hanya buat malu, iya!" bentak Adhitama.

Galaksi menundukkan kepala, mengepalkan tangannya di bawah sana. Ia sedang berusaha mengontrol emosinya sendiri.

"Kamu bisu? Tidak bisa menjawab, Gala!" Lagi suara teriakan Adhitama menggelegar hingga ke penjuru ruangan.

Tidak ada yang berani menyela sang pemegang tahta tertinggi disini, semua orang bungkam, menutup mata dan seolah mengabaikan.

"Jawab!" Adhitama mencengkram dagu Galaksi hingga wajah cowok itu menghadap ke arahnya.
Bergeming sejenak, netra sendu Galaksi bertemu dengan netra tajam milik Ayahnya. "Ma-af." Akhirnya satu kata lolos dari mulut Galaksi, detik itu juga Adhitama melepaskan cengkraman tangannya.

"Minta maaf dengan Alvaro!"

Deg!

Bukan sebuah pernyataan melainkan sebuah perintah mutlak, lagi dan lagi Galaksi yang harus mengalah. Sungguh dunia tidak adil.
Mau tidak mau Galaksi mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri Alvaro, hingga sampai tepat di depan Alvaro, cowok itu mengulurkan tangan yang langsung di sambut oleh Alvaro.
"No problem brother. Kita saudara, gue udah maafin lo," kata Alvaro seraya memeluk Galaksi. "Setidaknya lo sadar diri, di rumah ini siapa pemenangnya." Kemudian dilanjutkan berbisik tepat di samping telinga Galaksi.

Sial!

Galaksi muak.

"Memang, di rumah ini lo pemenangnya. Tapi, diluar lo ..." Galaksi menjeda kata-katanya, tersenyum miring lalu sengaja berbisik lebih pelan. "Pecundangnya."

Damn!

Setelah mengatakan itu Galaksi melepaskan diri dari pelukan palsu Alvaro dan berjalan menuju kamarnya, ia tidak menoleh lagi pada mereka yang memandanginya dengan tatapan berbeda-beda.

Alvaro menatap tajam punggung Galaksi yang sudah hilang di balik pintu kamarnya. "Tunggu pembalasan gue."

***

Bruk!

Seorang gadis berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri, satu tangannya menenteng sepatu dan satu tangannya lagi sibuk memasukkan beberapa barang bawaannya ke dalam tas.

Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang