10. Sebuah Rumah?

16 3 0
                                    

Gissela menatap wajah Galaksi lamat-lamat, tangannya terulur untuk menyentuh poni cowok itu menyingkabnya sedikit, kemudian senyum simpul terbit dari kedua sudut bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gissela menatap wajah Galaksi lamat-lamat, tangannya terulur untuk menyentuh poni cowok itu menyingkabnya sedikit, kemudian senyum simpul terbit dari kedua sudut bibirnya.

"Indah sekali," gumam Gissela.

Selama beberapa detik puas memandangi wajah Galaksi, Gissela menegakkan badannya lagi ketika melihat mata Galaksi mengerjap perlahan lalu terbuka.

Sementara Galaksi yang baru saja sadarkan diri memijit keningnya yang masih terasa pening, kemudian menoleh ke arah Gissela.

"Gisel."

"Sorry, gue telat," kata Gissela raut wajahnya terlihat sangat bersalah.

Gadis itu tidak menepati janjinya untuk piknik bersama. Galaksi terdiam ia tidak mendengar apa yang Gissela katakan, cowok itu meraba pada daun telingannya dan ternyata alat pendengarannya tidak ada.

"Lo cari ini." Gissela menyodorkan alat pendengar yang di cari oleh Galaksi, seketika itu pula Galaksi mendelik merampas sedikit kasar alat itu dari tangannya.

"Lo jadi tau," dengkus Galaksi sambil memakai alat tersebut.

"Memangnya gak ada siapa pun yang tau kalo lo gak bisa dengar?" tanya Gissela.

"Cuma keluarga gue," jawab Galaksi jutek.

Gissela tersenyum. "Berarti gue spesial dong, boleh tau rahasia lo."

"Terlanjur tau, bukan boleh tau."

"Sama aja."

"Serah lo."

Galaksi berdiri ia ingin segera pergi dari hadapan Gissela, Galaksi tidak ingin terlihat lemah di depan gadis itu. Apa lagi Gissela sekarang mengetahui sisi lain dari Galaksi yang ternyata tunarungu.

Apa kata orang jika seorang Galaksi tuli, ia akan di hujat habis-habisan.

"Gala." Gissela mencekal lengan Galaksi. "Mau ke mana?" tanya gadis itu.

"Pulang."

"Jangan pulang." Tatapan mata Gissela mengiba pada Galaksi, entah mengapa Galaksi melihat hal lain dari tatapan mata itu.

"Katanya kita mau piknik," sambung Gissela.

Galaksi menghela nafas panjang, lantas melepaskan cekalan tangan Gissela lalu kembali duduk di samping gadis itu dengan jarak.

Sedangkan Gissela tersenyum tipis, ia menatap dengan intens wajah Galaksi yang hari ini terlihat sedikit pucat.

"Gak usah liat-liat gue nanti naksir."

"Kalo gue udah naksir gimana?" tantang Gissela.

"Lo gak boleh naksir sama gue," sanggah Galaksi.

"Ya kalo gue udah naksir sama lo gimana?" Gissela mengulang perkataannya, Galaksi menoleh sembari berdecak.

Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang