21. Akhir?

9 3 0
                                    

Galaksi dan Gissela berjanji bertemu di Rumah pohon, lagi-lagi Galaksi yang sudah sampai lebih dulu. Cowok itu tampak risau menunggu Gissela yang tak kunjung datang.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, Galaksi takut jika Gissela ternyata tidak datang lagi pasalnya sudah hampir satu jam Galaksi menunggu.

Fyuh

Tepat ketika Galaksi menoleh karena merasakan sebuah tiupan dari samping kanannya Gissela menunjuk pipi cowok itu dengan telunjuk.

"Gisel." Hembusan nafas lega terdengar dari Galaksi.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, Galaksi menampilkan senyumnya ketika melihat Gissela. Gadis itu malah mengangkat sebelah alisnya, lalu berdiri di depan Galaksi.

"Tumben," kata Gissela.

"Kok tumben?"

"Tumben lo senyum."

Galaksi menggaruk kepalanya yang mendadak gatal, ia tiba-tiba salah tingkah. Melihat itu Gissela terkikik lantas tangannya terjulur untuk menguasai kasar rambut Galaksi.

"Gisel!"

Gissela tidak peduli dengan ekspresi Galaksi yang terlihat marah, baginya sekarang cowok di depannya ini sangat lucu.

"Apa?" Gissela tertawa lebar.

Galaksi memandangi Gissela yang tampak jauh lebih cantik, gadis itu mengenakan dress dengan lengan sebahu dan panjangnya selutut juga rambutnya yang di gerai. Galaksi terkesima melihat Gissela saat ini.

Bagai menjadi pendukung suasana, semilir angin menerbangkan rambut panjang Gissela hingga leher jenjang gadis itu terlihat oleh Galaksi. Sontak saja Galaksi langsung mengalihkan pandangan dengan meneguk ludahnya sendiri.

"Jadi kita mau ke mana?" tanya Gissela membuat Galaki reflek melihat Gissela lagi.

"Eum, ikut aja," jawab Galaksi gugup, melangkah pergi begitu saja.

Gissela berdecak sambil mengikuti Galaksi dari belakang. Ke duanya berjalan menuju motor Galaksi.

"Lo yakin kita mau naik motor?" tanya Gissela sesat setelah sampai di depan motor Galaksi.

Galaksi menganggukkan kepala dan menjawab dengan mantap. "Yakin lah."

"Lo gak liat, Gala. Gue pake dress."

"Terus?"

Astaga!

Apa Galaksi tidak mengerti dengan ucapan Gissela.

"Gal lo—" Ucapan Gissela terhenti ketika Galaksi tiba-tiba saja melepaskan jaket yang dikenakannya, lalu mengikat jaket itu di pinggang Gissela.

"Aman, kan. Ayok naik," kata Galaksi sambil menaiki motornya.

"Gal, kalo lo kasih jaket ini ke gue lo bisa kedinginan."

Galaksi yang baru saja akan memakai helm, reflek menoleh pada Gissela.

"Gissela, mau itu kedinginan atau kepanasan gue udah biasa. Bahkan gue bisa lewatin kedua-duanya secara bersamaan."

Kalimat yang diucapkan Galaksi memiliki arti tersendiri tanpa harus dijelaskan lagi Gissela sudah paham.

Gadis itu maju satu langkah ke depan Galaksi, lalu menangkup kedua pipinya. "Lo itu hadiah terindah dari Tuhan buat gue. Jadi Gala jika suatu saat gue pergi, gue mau lo janji untuk bahagia."

Galaksi yang mendengar perkataan Gissela menurunkan kedua tangan gadis itu. "Lo gak akan pergi ke mana-mana. Gak usah ngomong yang aneh-aneh cepet naik."

Gissela bergeming sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepala dan segera naik ke atas motor.

"Gala lo gak tahu, gue bakal pergi jauh," batin Gissela bersuara.

Galaksi Semesta (REVISI & SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang