"baru pulang apa baru seleasi nge jalang?"Perjalanan dari Rumah Sakit menuju kediaman Miller ternyata cukup jauh, beberapa kali Elora terbangun namun belum juga sampai.
Perpulangannya kali ini di antar oleh Bi Nina dan Pak Beni yaitu Sopir Pribadi Elora yang si pekerjakan oleh Sang Papa.
"Non bangun, udah sampai" Bi Nina menepuk pelan pipi Elora yang perlahan terbangun.
Masih dalam keadaan setengah sadar, Elora memaksakan diri untuk keluar mobil.
Ditatapnya Rumah yang akan di tempatinya tak jauh berbeda. Hanya perbedaan design yang jauh lebih modern."Jangan gugup non, ada Bibi sama Pak Beni" Bi Nina mengusap pelan tangan Elora.
Elora bukan Gugup, dia hanya kebelet ingin buang air kecil saja. Namun Bibi salah mengartikan tatapannya.
Sebelum berangkat ke Rumah, Bi Nina sudah cerita tentang kedua abangnya dan bagaimana kondisi mereka dengan Elora.
Elora melangkah masuk ke dalam rumah, dibukanya pintu tinggi itu. Suasana yang ramai berubah menjadi hening.
"Oh sedang berpesta rupanya" Elora membatin.
Dilihatnya sebuah keluarga yang sangat hangat, penuh dengan canda tawa. Bahagia sekali mereka, melupakan anak bungsunya yang baru saja keluar dari rumah sakit.
Tunggu-
Siapa gadis yang berada di antara tengah-tengah mereka?
"Oh halo Elora" Suara nyaring menyapa teling Elora.
"parasnya aja yang cantik, suaranya kayak kodok kejepit" Sarkas Elora yang memang benar adanya.
"Baru pulang apa baru selesai nge jalang?" Elora menatap tajam lelaki yang di perkirakan 1 tahun lebih tua diatasnya.
Perkataan menusuk dan tajam itu tak ada yang membantah, keluarganya hanya diam seolah membenarkan apa kata Putra Kedua-nya.
Elora faham situasi ini, situasi yang hanya ada di drama-drama klise yang endingnya bisa di tebak oleh seukuran bocah sd.
"Mana ada ngejalang di Rumah Sakit?" Elora membalas perkataan yang ia tebak adalah Abangnya.
"Bisa, siapa tau sama dokternya" Terdengar suara tawa kecil di depan sana.
Mereka menertawakannya? Bahkan bayi pun tak akan tertawa mendengar lelucon itu.
"Oh iya bisa, gapapa sama dokter. Asal jangan sama pengangguran aja kayak lo" Jawab Elora tajam.
"ELORA!" Sang Kepala Keluarga sepertinya sudah keluar tanduk mendengar perdebatan Elora dengan Kakak Tak Berotaknya.
Malas menanggapi, Elora lebih memilih untuk pergi ke kamarnya di tuntun oleh Bi Nina. Elora benar benar tidak bisa menahan lebih lama lagi, dia harus melakukan panggilan alam.
Suasana di Ruang Keluarga tersebut mendadak hening setelah Anak Bungsu memilih untuk pergi ke kamarnya, di bandingkan menggelayut mesra ke Kakak maupun Orang Tuanya.
"Dia berbeda sekali hari ini, namun aku merindukan hal itu"
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Never and Ever
Teen Fiction"BERANINYA KEROYOKAN! SINI MAJU LO PAK TUA, BY ONE LAH KITA!!" Tak pernah terfikirkan oleh Mora, bertemu dengan sang pemeran utama dalam keadaan yang kacau. Semuanya kacau. Bagaimana bisa plot dalam cerita tiba-tiba berubah saat ia terjebak masuk ke...