1. she's coming

386 15 0
                                    


"jiwamu pergi terlalu jauh, aku akan mengembalikanmu ketempat yang seharusnya kamu berada."

Amora Pov

Cahaya silau memaksa masuk, ruangan yang kosong dan bau khas obat-obatan membuatku tersadar, ini di Rumah Sakit. Bertapa beruntungnya diriku, tidak masuk Rumah Sakit Jiwa.

Pandanganku menelisik setiap sudut ruangan ini, kosong. Hanya ada aku dan alat pengukur detak jantung.

Apa aku hidup kembali?

Itu fikirku, namun jika aku benar benar hidup setelah kecelakaan mobil yang mengerikan itu mustahil. Baiknya tuhan menghidupkan kembali aku yang berdosa ini?

Benar-benar mustahil, bagaimana caranya?

Kriet!

Aku mengalihkan pandangan, pintu ruanganku dibuka entah oleh siapa.

"n-non sudah sembuh? bibi panggilkan dokter" Wanita tua yang memasuki kamar inapku berbicara dengan gelagapan.

Ada apa dengannya? Siapa dia? Jika dia menyebutku nona dia siapa, bahkan Bi Iyem pun bukan.

Tak lama dokter masuk memeriksa keadaan ku, perlu aku kagumi bahwa dokter ini sangat tampan.

"hm, jantungnya sudah berdetak dengan normal. Pasien pun tidak mengeluh kesakitan, jika pasien masih menunjukan perkembangan tolong hubungi saya. Esok hari pasien diperbolehkan untuk pulang, saya permisi" Dokter tampan itu keluar dari ruangan setelah memeriksa keadaanku.

Wanita tua itu tetap memperhatikan keadaan ku, tetapi raut wajahnya ketakutan.

"Bibi siapa ya? Kok bukan Bi Iyem" Wanita tha tersebut menunjukan ekspresi terkejut.

"Haah? Gimana non? Saya Bi Nina, ART di rumah nyonya" Jelas Bi Nina.

"Lah bibi siapa? ART di rumah saya cuma Bi Iyem" Jelas aku tidak mau kalah, siapa wanita ini. Tiba tiba mengaku ART dirumah ku.

"Non Elora teh ngomong apa? Bibi mah ga ngerti siapa Iyem Iyem" Wanita yang mengaku namanya Bi Nina tersebut kebingungan.

"Lah Elora? Nama saya Amora bi, bukan Elora. Lagian siapa Elora" Aku tak kalah kebingungan.

"Kumaha sih non, nama non teh Elora bukan Amora. Sejak dalam kandungan nyonya besar juga gitu namanya ga berubah." Jelas Bi Nina

End of Amora POV

Tiba-tiba ingatan tak jelas menghantam kepalanya, berusaha untuk masuk. Amora menggeram kesakitan yang amat luar biasa.

"Non kenapa? Bentar bibi panggil dokter" Bi Nina pun berlari keluar memanggil dokter dan Amora pun terbaring tak sadarkan diri.

--

Berselang dua jam lamanya, Amora terbangun. Ruangannya kosong sama saat ia bangun terakhir kali. Entah kemana wanita yang memanggil dirinya Bi Nina tersebut.

"Ough!" Amora memgang kepalanya pusing, ingatan tak jelas masih berusaha memasuki kepalanya.

Bi Nina pun masuk, kali ini dia bersama dengan dokter yang terkahir kali memeriksa majikannya.

"sepertinya nona Elora mengalami amnesia ringan setelah menerima benturan cukup keras pada kepalanya. Saya sarankan untuk tidak terlalu panik karena perlahan ingatannya akan kembali. Saya permisi."

Bi Nina menatap Majikan Kecilnya, ia merasa tidak tega harus melihat kondiri nonanya yang mengenaskan.
Tak ada dukungan dari keluarga, bahkan keluarganya tidak ada yang peduli dengan labar bahwa putri bungsunya masuk IGD.

"Bi" Amora membuka matanya, menatap Bi Nina.

"Non udah bangun, sini bibi bantu duduk." Bi Nina membantu tubuh amora untuk duduk di bangkar kasurnya.

Amora tersadar, ini bukanlah tubuhnya. Kulit seputih susu, Rambut hitam legam, dan Tubuhnya lebih tinggi dari tubuh asliya.

"Bi nama saya siapa?" Tanya Amora dengan cukuo penasaran.

"Nih ya non bibi jelasin. Nama non itu Elora Jéannete Miller, bagus kan non. Sama kayak Mama dan Papa non, marganya juga sama Miller. Oiya, keluarga non juga kaya raya banget non, hartanya ga abis 7 turunan. Cuma-" Bi Nina menggantung kalimat akhirnya.

"Cuma apa bi?" Lanjut Amora penasaran.

"Cuma ya gitu, keluarga non ga ada yang peduli. Termasuk kedua kakak laki-laki non, mereka pada benci sama non. Cuma kalo alasan kenapa di benci bibi kurang tau" Jelas Bi Nina.

"Yaudah ga papa bi, nanti sisanya biar Elora aja yang cari tau. Makasi banyak ya bi" Bi Nina mengangguk lalu pamit pulang ke kediamannya.

Amora-ralat Elora,
Tidak pernah terbayangkan olehnya akan ber transmigrasi ke jiwa yang bahkan asal usulnya tak pernah Amora ketahui.

Namun satu kesamaan yang ia miliki dengan tubuh barunya ini dalah, sama sama tidak memiliki perhatian dari orang tua.

"Besok keluar dari rumah sakit ini. Let's go, banyak pecahan yang harus gua rekatin."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never and EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang