Alarm yang sudah di setel dalam Handphoenya berdering sangat kencang, membuat Elora terpaksa harus terbangun.
Bangun atau telat!
Wallpaper layar depannya mengingatkan kalau hari ini hari Senin, hari yang paling tidak ditunggu kehadirannya.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk Elora selesai menyiapkan dirinya, apapun yang terjadi hari ini, dia siap menjalaninya.
Tepat pukul 6.50 Elora turun dari kamarnya untuk menghampiri sarapan miliknya yang sudah berteriak minta untuk dimakan.
Jika kalian berfikir Elora akan makan di kursi paling ujung, sekarang tidak. Elora makan di kursi sebelah Jarvis. Memang kursi itu tempatnya sedari dulu, hanya saja bocak tengik yang tak tahu diri merebutnya.
"Elora kamu duduk di kursi aku!"
Lihat, sebagaimana tak tahu dirinya bocah bau tanah itu.
"Berisik, dari dulu kursi ini memang milik Elora" Tegas Jarvis menghentikan tingkah bodoh Alika.
Alika mendengus kesal, dengan terpaksa dia duduk di kursi paling ujung.
"Gapapa, kan deket sama Kak Davin" Davin menenangkan Alika.
Elora yang melihat kejadian itu sungguh sangat ingin muntah, bagaimana bisa keluarganya hidup disaat ada monyet yang berusaha masuk.
"Elora" Suara tegas milik sang Papa mengalihkan pandangan semua orang.
Elora yang merasa terpanggil lantas menoleh tanpa mau manjawab.
"Bagaimana sekolah mu?" Elora terbingung atas pertanyaan Papanya, tumben sekali.
"Ga tau, ini baru mau sekolah" Elora tanpa minat menjawab pertanyaan Papanya.
Papa dan Mama Elora tersenyum canggung.
"Setelah kamu lulus, kehidupan kamu mau gimana?" Kali ini sang Mama bertanya.
"Enggak gimana-gimana, jalanin aja" Jawab Elora acuh.
"Elora, kalo kamu ditanya sama orang tua itu jawabnya yang sopan. Kayak aku dong, sopan. Masih mending kamu punya orang tua, dari pada aku" Alika tiba tiba menyerocos seolah paling tersakiti.
Davin mengelus punggung Alika, memberikan kekuatan.
"Yaudah si. Ortu lu masih ada, cuma lu nya aja yang di usir. Cepetan pergi, suasana keluarga gua horor kalo ada lu"
Elora mendadak tidak lapar lagi, dirinya pergi meninggalkan semua orang yang masih berada di ruang makan.
Diantar sopir pribadinya, Pak Beni. Elora sampai di sekolahnya tepat pukul 7.15.
"siapa tuh?"
"anak kelas mana deh? Aing gapernah liat"
"terimakasih banyak mama sudah membangunkan aku pagi pagi, sehingga aku bisa melihat bidadari sepagi ini"
"mau minta ig nya, kiw cewek"
Berbagai bisikan Elora dengar dari telinga kanan maupun kiri. Elora memang menyembunyikan dirinya, tak banyak orang yang kenal dengan dirinya.
Pribadi yang tertutup membuat orang orang segan untuk mendekatinya, bahkan tak ada yang tahu jika Elora merupakan Anak Bungsu dari Miller Family.
"EELOOORAAAA!!!"
Elora melihat ke kebelakang, matanya melebar. Seorang Gadis berlari dengan cepat dari arah koridor dengan tangan terbuka.
Grep!
KAMU SEDANG MEMBACA
Never and Ever
Teen Fiction"BERANINYA KEROYOKAN! SINI MAJU LO PAK TUA, BY ONE LAH KITA!!" Tak pernah terfikirkan oleh Mora, bertemu dengan sang pemeran utama dalam keadaan yang kacau. Semuanya kacau. Bagaimana bisa plot dalam cerita tiba-tiba berubah saat ia terjebak masuk ke...